³³. Jadi ngecas

22.6K 1K 31
                                    

"Satt! Mhh bool gue shh." Desis Regan pelan sambil memegang pundak Rion dan memejamkan matanya menahan sakit.

Rion diam, dia memeluk pinggang kekasihnya dan memejamkan matanya.

"Lu ngapain, yon? Sumpah, bapak gue udah ngelarang njir, kalo tau anak nya tiba tiba jalan ngangkang gimana?." Tanya Regan panik saat sakitnya sedikit mereda.

"Diem. Mas Ga bergerak kok, mochi. Gausah bacot." Jawab Rion santai.

"DIH SI ANJING?! MALAH NGUMPATIN GUE LO?!." Ngegas Regan sambil memincingkan matanya.

"Iya. Udah tau nanya."

"Anjing yon! Lu kenapa ege! Tiba tiba toxic, anjing!." Heran Regan.

"Ngimbangin kamu. Kamu toxic, mas juga bisa."

"Biadab lu Kontol. Lepasin nih burung dari bool gue, cepet!." Paksa Regan sambil mencoba berdiri dan lepas dari pelukan Rion yang menyandarkan kepalanya di dadanya sambil memejamkan matanya.

"Coba aja gerak. Nanti kalo penis nya mas tambah berdiri, ancur tubuhmu." Setelah Rion mengatakan itu, Regan kicep. Ga berani gerak, bahkan mau nafas aja takut

Nanti kalo di ewong beneran kan yaa bahaya.

Tapi Rion sebenernya yang licik. Dia yang agak gerakin tubuhnya, alasannya mau ngenakin posisi.

•••

Setelah acara cas mengecas tadi yang hampir satu jam, akhirnya Regan lepas dari kungkungan singa edan.

Gila beneran njir! Ngecas doang kaga bergerak, terus penisnya di urut sendiri, keluarnya di bool Regan.

Emang agak tolol.

Dia mau nyumbangin sperma ke bool Regan apa gimana sih?! Orang Regan ga dikasih pun udah punya.

Sekarang dia tengah berjalan keliling sekolah seperti biasa. Entah apa tujuannya, tapi Regan seneng aja kalo bisa keliling sekolah.

Padahal ya pemandangan nya itu itu aja.

Dia mau nyamperin Aldi sama Rizal, tapi tu anak lagi dipanggil buat latihan pidato. Yaudah, Regan keliling sekolah aja.

"Siangku suramku, matahari pun redup, Ku gendong tas biru ku di pundak!. Selamat siang semua, ku nantikan Guruku, di depan diriku menantikan aku. Guru ku tersayangg, ialah pak Rion~ Guru ku, terimakasihkuu." Dengan gabut Regan bernyanyi dengan nada Lagu yang entah apa judulnya itu. Intinya itu lirik dugong, tidak patut ditiru.

Saking gabutnya, Regan sampek naik ke aula yang kosong, gatau mau ngapain. Padahal kalok ke kelas dia bisa ikutin pelajaran.

Di aula, sudah di siapkan panggung yang sedikit besar. Mungkin akan ada acara entah itu apa. Nyatanya, tadi Aldi dan Rizal disuruh latihan pidato.

Untung pas seleksi Regan kaga ada.

"Gila, Bagus bener dekornya, mau ada apaan dah?." Tanyanya entah kepada siapa.

"Eh? Regan? Ngapain disini?." Regan tersentak lalu menoleh ke belakang. Dia mendapati anak yang tadi di ruangan pak Rion. Yang kata pak Rion imut itu loh! Anjg.

"Kagak ngape, gabut doang." Jawabnya malas.

"Emang di kelas kamu gada gurunya?." Tanya anak itu lagi.

"Ada sih."

"Lah terus--

"Lo wartawan atau kuli bangunan sih njir?! Nanya mulu daritadi." Setelah mengucapkan itu, Regan pergi dari aula dan menuruni tangga dengan cepat

Anak yang tadi berbicara dengan Regan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karna melihat Regan yang agak laen.

Regan sendiri tengah berjalan ke kelas sebelas, megintip calon suaminya yang memakai kacamata sambil menjelaskan materi.

My Teacher? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang