V

791 126 6
                                    

"Udah enakan?"

Noel mengangguk terus kembali menyuap apel yang disodorlam padanya. "Besok sudah bisa keluar kata dokter"

Yara tersenyum, merasa lega. Dia memang gak memiliki waktu luang yang banyak sekarang karena sudah mulai masuk kantor secara normal.

Semua perubahan yang signifikan ini Yara lakukan untuk membuktikan pada Reynald jika keinginannya berpisah dengan Mahesa bukan isapan jempol. Kalau perhitungan Yara bener ya, sekarang Reynald mungkin lagi memutar otak untuk ngebuat pernikahan dirinya dan Mahesa bertahan.

Dih.

"Besok kita balik ke Adysetia" umum Yara, ngebuat mata Noel membesar.

"Kalian cerai?" Soalnya Noel masih mengingat jelas janji Yara padanya mengenai hubungannya dengan Mahesa.

"Kalau kita balik ke Adysetia, artinya gue udah give up sama dia. Kalau itu kejadian, lo bisa lapor sama papah"

"Maunya sih gitu. Masih sakit gak matanya?" Yara mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia soalnya masih nunggu apa yang akan terjadi besok.

Yara yakin banget bakal ada sesuatu yang terjadi besok dan semuanya akan bermuara pada Reynald.

Mertuanya itu.... biang masalah.

"Sorry telat" perkataan itu keluar dari Ezekiel yang datang tergesa setelah Yara mengatakan jika perempuan itu ada di rumah sakit menemani Noel.

"Bawa apa?"

"Buah. Buat Noel, get well soon, bro. Sorry ya abang gue emang rada-rada" kata Ezekiel meringis sambil menaruh bingkisan buah di nakas sebelah ranjang rawat Noel. Dia merasa gak enak aja sama Noel yang wajahnya masih membiru.

"Gak apa-apa. Makasih buah nya. Sekarang lo fokus sama Yara aja sebelum gue lapor sama Papahnya" Ujar Noel. Dia juga penasaran apa yang bakal terjadi tentang hubungan Yara dan Mahesa. Dan dia udah siap banget memberi laporan sama Papahnya Yara. Pria paruh baya itu pasti senang mendengar jika anak perempuannya bercerai.

"Ayah kayaknya mau pura-pura sakit. Dia manggil Dokter Firman pagi tadi" beber Ezekiel.

Tuh kan! Emang asem banget mertuanya itu!

Dokter Firman itu bukan dokter gadungan ya, dia dokter beneran tapi selain dokter beneran, dia juga sobat kental Om Reynald. Hal itu ngebuat Firman mau-mau aja ikut rencana Reynald untuk mendiagnosisnya dengan penyakit-penyakit mematikan biar semua anaknya nurut.

Mungkin cuman Mahesa yang bisa dikibulin. Soalnya Ezekiel enggak. Dia tahu banget kalau dokter Firman udah ke rumah maka agenda pura-pura sakit ayahnya bakal terlaksana.

"Biarin aja, besok gue mau lihat seberkelas apa akting om Rey. Bokap lo tuh ya! Duh, bingung gue! Drama banget anjing!"

Ezekiel kembali meringis, dalam hati setuju kalau Papi nya emang drama dan nyusahin.

Salah satu hasil dari drama terbesar Papinya adalah pernikahan Yara dan Mahesa.

Dramanya ya gak jauh-jauh dari pura-pura sakit.

"Hidup om sepertinya gak lama lagi, Yara. Dan om akan sangat senang jika kamu bisa menjaga anak-anak om. Apalagi Mahesa-"

Dikira Yara baby sitter apa?!

Yah, baby sitter masih mending lah ya soalnya dapat gaji.

Yara ? Disakitin iya, digaji kagak!

Yara kan bukan sukarelawan?

Tapi hati Yara tuh emang mudah tersentuh walaupun dia  bukan termasuk orang baik ya.

Untuk kasus-kasus khusus seperti Reynald yang tak lain dan tak bukan adalah kolega favoritnya ngebuat Yara tuh mudah luluh dan menyetujui begitu saja keinginan Reynald dengan berpikir seperti

"Yah paling lama enam bulan gue bareng Mahesa. Dilihat dari parahnya penyakit Om Rey"

Eh tahunya, dia malah bertahan sampai sekarang sama Mahesa.

Hingga secara tak sadar dirinya jatuh cinta sama Mahesa.

Yara beneran mau mecahin kepalanya saat sadar kalau udah cinta sama Mahesa.

Si iblis.

Dan selama itu juga Reynald sehat-sehat aja tuh. Gak jadi koit.

"Gue mau pisah sama kakak lo, peduli setan lo setuju atau engg-"

"Gue setuju, kalau perlu gue yang jadi pengacara lo" potong Ezekiel buru-buru.

Dia udah gak tahan ngelihat perlakuan kakaknya ke Yara. Walaupun mereka satu darah ya, Ezekiel gak serta merta mendukung kakaknya.

Daripada kakaknya, Ezekiel lebih dekat dengan Yara karena circle pertemanan mereka yang sama. Ngelihat temennya tersiksa untuk kesenangan pribadi Ayahnya ngebuat Ezekiel muak.

"Besok aku udah bisa mulai kerja normal lagi ?" Tanya Noel.

Untuk yang bertanya kenapa Noel bisa tanya begitu asalah karena Noel ini bukan pengawal biasa.

Dia cuman jadi pengawal kalau Yara serumah sama Mahesa. Jika sudah kembali ke kediaman Adysetia maka Noel akan bekerja sebagai manager human resource dikerajaan bisnis keluarga Adysetia.

Bukan main kan jabatannya si Noel? Tapi udah kayak gak ada harga dirinya kalau dihadapan Mahesa.

Semua ini dilakuin karena perintah orang tertinggi di keluarga Adysetia. Giovanne Burhan Adysetia. Papahnya Yara.

"Itu orang kayaknya ada penyakit jiwa.  Papah takut kalau Yara diapa-apain, jadi kamu nanti temenin Yara ya? Soalnya Yara ogah papah bantuin langsung. Selagi dia gak mau, kamu aja yang bantuin dia. Papah jadi ngeri, kok bisa ya Yara kejebak sama drama gak mutu si Reynald itu?"

Gitu kata Papah Gio.

Noel dikeluarga Yara tuh udah kayak anak sendiri. Soalnya keluarga Noel udah mengabdi dari lama pada keluarga Adysetia. Dari kakeknya Noel sampai Noel sendiri ikut mengabdi ke Adysetia. Dan semua ini terjadi juga karena Adysetia tuh keluarga yang ramah dan gak semena-mena dengan orang yang bekerja pada mereka.

Noel aja sekolah sampai S2 dibiayain penuh sama Papah Gio.

Baik kan?

"Iya, balik kantor lagi. Tapi kamu gak perlu masuk besok, minggu depan aja. Muka kamu masih jelek"

"Okay-"

"Gue keluar dulu. Terima telepon" potong Ezekiel sambil nunjukkin hp nya. Yara sama Noel cuman ngangguk.

Gak terlalu perduli soalnya, tapi ternyata mereka harus peduli karena sehabis nerima telepon, Ezekiel membawa berita yang lumayan wow untuk mereka.

"Udah dimulai. Dramanya udah mulai. Mbok Ratri nelpon sambil nangis bilang Ayah pingsan"

Yara ketawa.

Drama oh drama...

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang