XV

594 92 1
                                    

"You might want to tell Mahesa about this-"

"Gue belum yakin banget. Tapi emang rada aneh sih ini laporan" Ezekiel mengintrupsi perkataan teman diskusinya.

Ezekiel lagi ngomong sama Kalina. Dia sebenarnya capek banget tapi dia kayak perlu teman bicara mengenai temuannya tentang laporan keuangan perusahaan yang dia korek-korek dari kemarin.

"Terus, gimana? Lagian masa yang kayak gini gak pernah dicek sama Mahesa"

"Kalau laporan keuangan biasanya dipegang sama Mba Arina sebelum diberikan ke Pak Mahesa, Pak"

"Gue juga bingung ya, ini sebenarnya perusahaan apasih?! Masa iya sekretaris yang megang laporan keuangan?!" Rutuk Ezekiel. Semenjak Mahesa ditetapkan menjadi direktur utama perusahaan, Ezekiel gak terlalu banyak mau ikut campur. Pertama, karena dia punya pekerjaan sendiri yang perlu dia tekuni. Kedua, ya karena gak sopan aja dia mengoreksi pekerjaan orang lain. Terlebih kakaknya

"Atau mau lo kasih ke Yara? Dia jago masalah ginian. Ingat, kan dulu dia pernah nolongin Baba nya Nicole?"

Oh, tentu saja Ezekiel masih ingat betapa kerennya Yara dan tindakannya yang bisa menemukan operasi pencucian uang di perusahaam keluarga Nicole hingga pelaku bisa dipenjarakan. Yara memang bukan orang hukum seperti dirinya dan Kalina, tapi dia punya insting yang kuat jika mengenai pekerjaannya.

"Menurut lo gitu?"

Kalina mengedikkan bahu "Memang lo punya pilihan apa lagi? Lagian untuk seminggu ini, lo yang berkuasa, lo bisa melakukan apa saja yang perlu dilakukan demi perusahaan"

Kalina mungkin memberikan jawaban yang terkesan membingungkan padahal dia dalam sekali lihat juga sudah tahu kalau memang ada yang tidak beres dengan laporan keuangan yang Ezekiel terima secara raw dari finance dan laporan keuangan yang Mahesa terima melalui Arina.

Orang awam pun kayaknya kalau dikasih begituan bakal langsung tahu kalau ada kesalahan yang terjadi.

"Yang gue heran, masa Mahesa gak ngecek ini sih? Ini udah lama"

"Gue gak bisa jawab soalnya gue bukan Mahesa" kata Kalina lagi.

Ini mereka berdua lagi ada di apartemen Kalina dan perempuan itu lagi asyik maskeran pas bell apartemennya di tekan oleh Ezekiel dengan gak santai.

Ezekiel terdiam menatap kedua laporan yang ada di meja kopi apartemen Kalina.

Dia bimbang.

Soalnya yang dia lawan ini adalah kekasih tercinta, tersayang dan belahan jiwa Mahesa. Salah-salah bisa jadi geprek dia.

Ezekiel udah pernah bilangkan kalau kakaknya itu bukan lawan yang mudah?

"Kalau langsung ke bokap gue bisa perang dunia sih" monolog Ezekiel.

Kalina berdecak "Yaudah biarin aja kalau gitu, cerita ke Mahesa lo takut, ke bokap lo juga. Lo cemen amat!" Hinaan Kalina tentu saja membuat Ezekiel kesal.

"Lo kalau gak pernah ngadepin keduanya gak usah banyak cocot!" Balas Ezekiel pedas.

Di dunia ini ada tiga yang Ezekiel takuti.

Tuhan, ayahnya dan kakaknya.

Lagi-lagi hening.

Ezekiel ini terlalu banyak berpikir kalau menurut Kalina. Bukan seperti dirinya yang akan melakukan sesuatu dengan cepat jika sudah ada bukti yang jelas.

Memang kurang apa lagi bukti yang dikantongi Ezekiel?

"Gue heran ya, overthinking lo ini gak berubah-rubah, kita udah pisah hampir lima tahun, and still, your overthinking always eating you alive. Yang lebih mengherankan lagi dengan overthinking lo itu, lo malah jadi pengacara. Lo mau hidup pendek ya?"

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang