XXXVIII

497 74 1
                                    

Winata kesel parah. Dia kira pesta piyama nya Nicole bakal limited untuk para cewek aja. Ternyata dia salah.

"Bibir lo gak usah monyong gitu"

"Lo yang monyong!" Balas Winata pedas.

Helios ketawa kecil terus merangkul sang adik.

"Kenapa sih lo tuh bawaannya kalau ngelihat gue marah mulu? Padahal dulu pas lo kecil suka banget ngintilin gue-"

"Dulu ya dulu. Sekarang ya sekarang! Udah ah, lo jangan SKSD sama gue" potong Winata yang dengan brutal melepaskan rangkulan kakaknya.

Helios berdecak tapi menuruti keinginan Winata. Mereka udah ada di kediaman Reswara. Mau naik lift ke lantai empat, lantai yang didedikasikan oleh Jagat untuk sang putri semata wayang.

Emang kelihatan berlebihan tapi buat Jagat enggak. Jagat tuh mirip sama Giovanne. Bucin anak. Tapi bucinnya Jagat Liu Reswara tuh udah next level.

Jadinya, kan udah dia bilang kalau yang ditempat Giovanne adalah dia. Wah, Mahesa udah tinggal nama.

"Lo duluan" Ujar Helios membuat dahi Winata mengerinyit.

"Kenapa?"

"Mau ngudud dulu gu-"

"Semoga cepat matinya! Gue gak sabar! Semoga paru-paru lo hancur sekalian"

Winata paling benci kalau kakaknya udah berhubungan dengan rokok. Winata tuh kelihatannya aja cuek dan jutek sama Helios. Padahal dia sering banget khawatir sampai berujung nangis karena keadaan sang kakak.

Pas dia tahu kalau Helios berhenti jadi atlet anggar, dia nangis diruangannya. Dia merasa apa ya? Dia merasa sakit aja karena kakaknya gak bisa lagi menikmati apa yang dia cintai dari dulu.

Pada intinya sih, Winata senang jika Helios senang dan sebaliknya dia akan sedih jika Helios sedih.

Dia tuh anak baik aslinya. Tapi ketutupan sama sarkas dan kelakuan antiknya.

"Bawel dah! Ini baru mau satu, Ta"

"Bodo! Semoga paru-paru lo rusak dan miskin sekalian gara-gara keseringan beli rokok! Lo mikir-"

"Udah, bawel. Masuk" potong Helios yang sudah membalikkan tubuh Winata dan mendorongnya masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"Hati-hati" tambah Helios dengan senyum jenaka membuat Winata memberikan jari tengahnya. Merasa jengkel.

Setelah pintu lift tertutup dan membawa adiknya ke lantai empat dimana kamar Nicole berada, Helios menghela nafasnya dan menoleh ke arah balkon yang pintunya terbuka.

Kaki berjalan membawa dirinya untuk ke balkon itu. Winata mungkin tak sadar, tapi Helios terlalu peka dengan keberadaan seseorang yang membuatnya rela kemari walaupun akan menjadi boneka ondel-ondel buat Nicole.

Nafas Helios sedikit tercekat saat melihat sosok Yara yang terlihat menikmati angin sepoi malam sambil menutup matanya.

Terlihat begitu menawan.

Namun terasa menyedihkan.

The epitome of beauty. But very fragile.

Untuk Helios, Yara tuh cover-nya aja terlihat kokoh dan tahan banting. Tapi dalamnya Yara adalah orang terlembut yang pernah Helios temui. Perempuan itu selalu memperhatikan orang-orang disekitarnya hingga melupak dirinya sendiri.

Helios sungguh tak habis pikir kenapa ada orang yang bisa menyakiti Yara?

Kemana hati orang itu hingga bisa menyakiti Yara ?

"Angin malem gak bagus buat gadis" celetuk Helios. Dia gak ngerokok kok, tenang aja.

Dia gak akan pernah merokok jika sedang bersama Yara walaupun perempuan itu memberi lampu hijau padanya.

Helios terlalu menyayangi Yara.

"Bold of you to assumed that"

"Hah?"

"Gue gadis. Bisa aja gue gak gadis lagi" jawab Yara yang kini udah membuka matanya.

"Hai Iyos" sapa Yara membuat senyum Helios terbentuk.

"Hai Yara. Kenapa gak ke atas? Gak dicariin?"

"Gue udah bilang mau nyari angin. I need a little space"

Helios akhirnya menyandingkan dirinya disamping Yara sambil menatap ke arah langit.

Langit malam lagi sendu. Gak ada bintang. Kayaknya malam juga tahu kalau hati Yara lagi gak dalam keadaan terbaik.

"Nganterin Wina ya?"

"Enggak. Gue diundang sama Nicole. Lebih kayak ditodong buat dateng, dia mau jadiin gue ondel-ondelnya soalnya"

Nicole tuh seneng banget main make over. Dan dari dulu korbannya adalah teman-temannya. Yang cewek pasti suka tapi yang cowok banyak yang trauma. Juara bertahan cuman Helios sama Ezekiel. Mereka pasrah aja udah kalau Nicole lagi usil pengin dandanin mereka.

"You guys don't change at all" komentar Yara setelah tertawa keci membayangkan apa yang akan dilakukan Nicole pada Helios.

Lalu hening kembali tercipta.

Helios mulai bicara saat melihat gelagat aneh dari Yara. "Kenapa?" Tanya Helios, tangannya dia tempatkan dipundak perempuan itu.

"Enggak. Gue mau duduk" Jawab Yara yang kini sudah duduk bersila sambil memegangi railing balkon. Helios ikut duduk disebelah Yara yang terasa semakin aneh. Nafas perempuan itu memburu membuat kekhawatiran Helios semakin terpupuk.

"Yara, are you alright?"

"How can he lied to me?" Bisik Yara tanpa menjawab pertanyaan Helios.

Sungai kecil kembali muncul disepasang mata Yara.

Astaga, ternyata perempuan disampingnya benar-benar patah hati.

"How can he'd be so cruel to me? Apa cinta gue begitu buruk untuk dia? Gue kurang apa selama ini?"

Helios menatap sendu Yara. Hatinya terasa benar-benar teremas.Menyaksikan perempuan yang selalu memiliki kepingan hatinya hancur karena laki-laki seperti Mahesa.

Ada rasa tak terima namun melebihi rasa itu, Helios merasa sama hancurnya dengan Yara.

Karena saat Helios meninggakan Yara, dia berharap perempuan itu selalu dilingkupi rasa senang dan bahagia. Bukannya duka tak berujung.

Dia merasa bersalah karena berlari lebih dulu. Meninggalkan Yara.

Helios akhirnya merangkul perempuan itu dan mengusap pundaknya sambil melantunkan beberapa lagu yang dia tahu Yara menyukainya.

Helios tak akan memberikan kata penenang atau semangat seperti 'Sabar, kamu pasti akan bisa melewati semua ini' atau 'kamu orang baik, setelah ini kamu pasti akan bahagia'

Karena Helios sudah belajar memberikan kata-kata kosong pada orang yang seperti Yara adalah sebuah kesalahan.

Bagaimana jika ternyata apa yang dia ucapkan tak terjadi?

Yara mungkin bisa saja semakin terpuruk.

Dia tak ingin memberikan harapan kosong pada Yara.

Gak lagi.

"Sorry for letting us ruined, Yara. I'm deeply sorry"

Malam ini dalam hatinya, Helios beribu-ribu kali mengucapkan maaf pada Yara.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang