XXXII

518 87 5
                                    

"Kamu jemput kan tapi?"

"Iya, sekitar satu jam lagi"

"Kok lama?"

Yara tak menjawab karena matanya menelisik memandang ke depan mendapati sosok yang memang dia perkirakan dia temui.

Dia memang sengaja datang ke klinik dokter psikolognya dulu. Bukan untuk konsultasi, namun membuktikan perkataan Noel mengenai seseorang.

Helios.

Noel mengatakan jika Helios beberapa kali terlihat di klinik psikolognya juga klinik fisioterapi Mahesa. Sebenarnya Yara kesini untuk menangkap basah Helios yang mungkin saja lagi mencari tahu mengenai keadaan Yara atau Mahesa. Namun setelah melihat bagaimana Helios keluar bersama psikolognya dari ruangan dimana Yara biasa melakukan konsultasi. Yara tahu ada hal yang tak beres dari Helios.

Mata laki-laki itu terlihat kosong.

Berbeda dengan Helios yang menemui nya beberapa hari lalu.

"Yara?"

Suara Mahesa mengembalikan Yara ke realita. Yara akhirnya melangkahkan kaki nya menuju Helios yang sedang duduk di kursi tunggu. Ingin menunjukkan dirinya pada Helios.

"Satu jam lagi. Aku ada urusan sebentar" Jawab Yara yang membuat Helios yang sedang memainkan hpnya menengadah karena merasa mendengar suara familiar. Kentara familiar.

Saat mata mereka saling bertubrukan, Yara dapat melihat kekagetan Helios.

Perasaannya menjadi buruk.

Dia tahu ada hal yang tak beres benar-benar terjadi sekarang.

"Urusan apa?"

"Urusan kantor. Kamu fokus terapi aja ya. See you satu jam lagi" Ujar Yara yang menutup sambungan teleponnya.

Fokus Yara akhirnya dapat terpusat pada orang didepannya.

"Helios. I'm just gonna ask you one time and I hope you respond me with a very honest answer"

Yara menarik nafasnya.

Lalu menatap Helios lurus.

"Lo kenapa?"

....

Yara berbohong.

Pada akhirnya dia meminta Pak Hasan untuk menjemput Mahesa di klinik fisioterapi.

Dia belum bisa meninggalkan Helios disaat perasaannya campur aduk masih mengenai keadaan Helios. Karena itu dia membawa Helios ke tempat terdekat yang sepi.

Yang hanya mereka berdua yang bisa mendengarkan percakapan mereka.

Pilihan Yara jatuh ke taman komplek yang berdekatan dengan klinik psikolog mereka sambangi sebelumnya.

"Thanks" Ucap Helios saat Yara membawakan sebotol kopi instan untuk dirinya.

"Hm" jawab Yara yang sudah bergabung duduk bersebelahan dengan Helios di bangku taman.

Hening.

Nyaman.

Mereka terlalu nyaman dengan suasana mereka sekarang.

Namun Yara, sebagai orang yang sadar jika mereka harus berbicara akhirnya membuka suara.

"Jadi?"

"Kita udah mantanan loh, tapi lo masih kepo aja-"

"Jawab yang bener, Iyos" potong Yara.

Bukannya dia gak bisa bercanda ya.

Tapi.... dia khawatir.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang