XXXV

487 85 9
                                    

Mahesa masih mengingat dengan benar pertemuan pertamanya dengan Yara setelah bertahun-tahun. Malam itu adalah malam dimana Jagad Liu Reswara, Babanya Nicole berulang tahun yang ke 50 tahun. Sebagai seorang yang memiliki nama belakang Pradikarsa,tentu saja Mahesa diundang. Ayah dan adiknya juga. Namun malam itu, Mahesa memang datang terlambat karena ada beberapa urusan yang harus dia selesaikan.

Yang dia ingat saat memasuki ballroom di salah satu hotel terbaik Jakarta, matanya menemukan sang ayah tengah bercengkrama riang dengan seorang perempuan terlampau muda jika dibandingkan dengan sang ayah. Kedua terlihat begitu menikmati pembicaraan mereka.

"Ekhem. Excuse me" Ucap Mahesa setelah berada di dekat sang ayah.

Reynald menoleh ke sampingnya dan tanpa banyak omong merangkul Mahesa "Nah! Ini dia datang juga akhirnya! Yara! Kenalin nih anak Om, namanya Mahesa"

Dari sekian banyak orang yang pernah berkenalan dengan Mahesa, Yara adalah orang pertama yang gak terlihat excited sama sekali saat berkenalan dengannya. Kebanyakan orang tuh malah ada yang sampai terkesima melihat parasnya.

Mahesa gak songong tapi ini fakta.

"Yara"

"Mahesa"

Udah. Gitu doang.

Namun setelah beberapa saat Mahesa baru sadar jika yang perempuan yang sedang berkenalan dengannya ini adalah Nayyara Michelle Adysetia.

"Lo- Michelle, kan? Adysetia?"

Yara mengangguk simpel lalu tersenyum

"Nice to meet you. Again."

Nah lagi-lagi sampai disana doang.

Soalnya setelah itu Yara lebih suka berbincang dengan Ayahnya, mereka berdua bahkan tertawa terbahak tanpa peduli pada Mahesa yang cuman bisa melongo menatap keduanya.

"Apa dia mau jadi istri Ayah ya?"

Pikiran itu sempat bercokol dalam otak Mahesa namun terenyahkan dengan segera saat Yara berusaha mencarikan beberapa calon istri potensial untuk Ayahnya.

"Kenapa Sa? Begong aja kamu" tegur Reynald saat melihat sang anak hanya terpekur menatap ke arah depan. Mereka berdua lagi duduk santai di teras depan rumah. Lebih tepatnya Mahesa menemani sang ayah untuk membersihkan beberapa koleksi senapan anginnya.

"Enggak. Cuman bingung aja"

"Bingung kenapa?"

"Itu si Yara emang gak punya temen ya? Kesini mulu perasaan"

Reynald tertawa sambil mengelap beberapa senapan angin miliknya. Dia punya hobi nembak soalnya namun tak sering lagi dia geluti. Sekarang dia lebih suka golf karena bisa main bersama anak-anaknya. Hitung-hitung bonding time. Walaupun yang ikut biasanya cuman Mahesa.

"Ya gak apa-apa. Lebih bagus malah, Ayah punya teman bicara. Kalian kan sibuk. Buktinya Eji nih, dari kemarin gak pulang"

"Seingat aku, Eji temenan sama Yara-"

"Dia perlu teman bicara yang lebih tua. Itu aja" potong Reynald.

Reynald mengenal Yara karena Giovanne. Giovanne meminta dirinya untuk mengajari Yara cara berbisnis yang handal dan cekatan. Tipikal Giovanne sekali.

Reynald tak akan pernah bilang kalau Giovanne tidak menyayangi sang anak karena kenyataannya laki-laki itu sangat menyayangi Yara. Namun ada kalanya rasa sayang Giovanne itu terasa menyekik Yara.

Reynald pernah menemui Yara yang kelimpungan hingga mimisan karena mengurus urusan kantor yang bahkan anak-anaknya saja belum ia suruh untuk melakukannya. Giovanne ingin Yara menjadi anak yang sempurna. Itu adalah bentuk cinta Giovanne.

Dan menurut Reynald ada satu hal yang pasti mengenai kesempurnaan.

Mustahil.

Namun walaupun Yara serasa ingin mati karena keinginan sang Papah. Dia tak pernah mengeluh. Dia melakukan semuanya hingga Reynald datang dengan prinsipnya mengenai kesempurnaan.

"Gak ada yang namanya sempurna, Yara. Papah kamu ngigo. Kerjaan kamu ini akan selesai pada waktunya dan gak perlu secepat ini. Perlahan saja. Kalau perlu, minta bantuan dengan yang lain. Kamu gak perlu melakukan semuanya sendiri, paham?"

Sehabis pembicaraan itu, Yara terasa lebih menikmati ritme kerjanya dan mulai bisa menikmati hidupnya.

"Kenapa harus ayah?" Tanya Mahesa.

Soalnya Mahesa masih ingat betul dengan circle pertemanan Yara yang memiliki orang tua lebih "sukses" daripada ayahnya.

"Ya mana Ayah tahu. Terserah Yara lah-"

Dan belum sempat ayahnya menyelesaikan perkataannya tedengar teriakan yang lumayan keras, reflek membuat Reynald san juga Mahesa bangkit dari duduk dan berlari menuju halaman depan rumah mereka.

Ada Yara yang sudah terduduk di tanah sambil memegang kepalanya dan terisak juga meracau.

Keadaan Yara yang seperti itu Mahesa kira adalah yang pertama dan terakhir akan dia lihat hingga Mahesa menutup mata.

Namun nyatanya salah.

Dia melihatnya lagi untuk kedua kalinya.

Tapi kali ini bukan di rumah ayahnya.

Namun di supermarket saat Yara berniat baik untuk membelikan berbagai macam bahan makanan untuknya.

Yara terlihat kacau. Dia bahkan sudah meremas rambutnya keras hingga banyak orang mencoba untuk menenangkannya.

Namun tak bisa.

Awalnya Mahesa masih cluless dengan apa yang terjadi hingga istrinya bisa segila itu.

Namun detik berikutnya Mahesa paham.

Rasanya ada pisau tak kasat mata mengoyak jantung Mahesa.

Di dekat Yara ada Arina.

Yang sedang memeluk erat sorang anak.

Dan sialnya, mata anak itu bertubrukan dengan Mahesa.

"Papi!"

Teriakan dari anak yang Arina peluk membawa Yara kembali ke kenyatan.

Yara kembali menangis. Kali ini benar-benar pilu hingga ada beberapa pengunjung yang juga ikut menangis karena mendengar Yara.

"Oh, Tuhan!" Isak Yara sambil terus mencengkram rambutnya.

Rasanya air matanya tak bisa berhenti. Begitu juga dengan rasa sakit dan perih yang begitu terasa dihatinya.

Yara lalu mencoba memukul dada kirinya. Berpikir jika dia memukul cukup kuat maka  Tuhan akan memberikan jalan yang lebih singkat akan rasa sakitnya.

Dia takut dengan Tuhan tapi rasanya sakit hati yang dia derita tak kunjung berhenti membuat dia berpikir untuk mati saja.

Kapan semuanya akan berhenti?

Kapan gue bisa berhenti mencintai Mahesa?

"Papah! Papah! Tolong aku- aku harus gimana?? Papah! Huhuhu!" Racau Yara yang sudah tak perduli dengan apapun lagi.

Yang dia inginkan hanya rasa sakit dihatinya menghilang.

Dear God, berikan Yara kekuatan.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang