XXXVI

514 83 10
                                    

"Biadab lu setan!"

Tanpa basa-basi Nicole langsung melempar flatshoes high-end nya pada Mahesa yang terduduk lesu di kursi tunggu rumah sakit. Setelah berhasil mengenai kepala Mahesa, Nicole dengan cepat meraup kerah baju Mahesa dan memberi tamparan keras ke wajah laki-laki itu.

"Emang bajingan! Brengsek! Gak pantes lo hidup! Yara seharusnya ninggalin lo aja biar mati sekalian! Brengsek!" Kutuk Nicole yang tak kunjung berhenti memukuli Mahesa hingga laki-laki itu terjerembab karena belum bisa menopang beban tubuhnya tanpa bantuan kruk.

Di depan ruang inap Yara sebenarnya ada banyak orang, ada Noel, Helios, Kalina dan juga Ezekiel. Namun semuanya tak ada niatan untuk membantu Mahesa lepas dari amarah seorang Nicole.

Jika ada yang bertanya kemana Winata, perempuan itu ada di dalam ruang inap Yara. Dia yang bertugas untuk memeriksa keadaan Yara.

"Lo seharusnya lumpuh total aja! Lo-" perkataan Nicole terjeda karena air mata yang merangsek keluar tanpa aba-aba.

"Lo jahat banget. Apa yang Yara lakuin sampai lo menyakiti dia sebegitunya?" Tanya Nicole disela tangisnya.

Mahesa hanya terdiam. Matanya terpaku pada lantai marmer rumah sakit.

Dia masih belum sembuh dari semua yang terjadi hari ini.

"Let me help you" Ujar Helios akhirnya datang namun kedatangannya tak berniat untuk menolong Mahesa. Melainkan Nicole.

Nicole menghapus air matanya kasar.

"Lo! Lo inget baik-baik apa kata gue. Setelah ini, seujung kuku pun gak akan bisa lo deket-deket Yara lagi. Mau lo bunuh diri setelah ini juga peduli setan! Gak akan gue biarin Yara ketemu sama sampah kayak lo"

....

Mahesa menatap sedih ke arah ruang inap Yara. Ini sudah hampir jam sebelas malam, tapi dia tak diperbolehkan untuk menemui Yara.

"Jangan berani kamu nunjukin wajahmu ke anak saya! Saya bisa penjarakan kamu. Selama ini saya sabar karena putri saya yang minta. Tapi kali ini enggak akan! Saya akan hancurkan kamu" Ancam Giovanne yang sudah tak bisa menahan amarahnya.

Mahesa juga mendapatkan setidaknya dua tamparan keras dari Giovanne hingga sudut bibir kirinya sedikit sobek. Tapi Mahesa gak melakukan apapun. Dia tahu dirinya salah dan patut mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Tuan"

Itu Pak Hasan, yang senantiasa menemani Mahesa daritadi.

"Tuan sebaiknya kita pulang dulu-"

"Istri saya belum siuman, Pak. Nanti kita pulang kalau dia sudah sadar" potong Mahesa tanpa menatap Pak Hasan. Matanya hanya tertuju ke arah ruang inap yang sedikit menampilkan Yara yang tengah terkulai lemah di ranjang rumah sakit.

"Tapi Tuan Reynald meminta Tuan untuk pulang. Keadaan Ibu bisa Tuan monitor dari Tuan Eji katanya"

"Enggak. Eji gak mungkin mau. Saya mau disini saja" balas Mahesa. Kekeuh dengan pendiriannya.

Hatinya masih gelisah karena Yara tak kunjung sadar dari pingsannya. Dia tadi mencuri dengar jika keadaan Yara memang sangat memprihatinkan.

"Kurang tidur, banyak pikiran. Malnutrisi juga. Dia harus banyak istirahat dan worry-free. Stress gak bagus untuk pasien"

Begitulah pernyataan Winata yang sanggup membuat rasa bersalah Mahesa makin menjadi.

Semua yang Yara alami adalah hal yang dialami berbulan-bulan lampau. Saat dia masih lumpuh total. Dan Yara lah yang menyelamatkan dirinya.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang