Mahesa bangun kesiangan. Sebenarnya dia pengen tidur lagi tapi karena merasa gak ada Yara disisinya, dia akhirnya memutuskan untuk bangun aja. Mencari keberadaan sang istri yang ternyata lagi asyik masak sambil dengerin lagu.
Pemandangan kayak gitu lagi-lagi membuat dada Mahesa menghangat sekaligus berdetak cepat.
"Masak apa?" Tanya Mahesa yang udah ada dibelakang Yara, mengusap punggung sang istri pelan lalu memberikan ciuman yang lumayan lama di tengkuk Yara.
"Toast. Suka gak?"
"Suka, wanginya juga enak" balas Mahesa walaupun dia jarang sarapan roti, biasanya dia lebih suka sarapan yang lebih ringan seperti buah, tapi kali ini gak masalah.
Apapun yang dibuat Yara akan dia makan.
"Hari ini sama besok mau kemana lagi?" Tanya Mahesa lagi yang kini udah duduk dikursi kitchen island sambil mandangin punggung Yara yang lagi masak.
Ini udah hari ketiga mereka di Bali. Kalau sesuai hitungan Yara maka besok adalah hari terakhir dari perjanjiannya dengan Om Reynald.
Ada rasa tak nyaman bercokol di hati Yara.
Mungkin karena dalam tiga hari yang mereka lalui Yara seperti masuk ke dalam ilusi jika dia dan Mahesa bisa bahagia bersama.
Jika laki-laki itu bisa meninggalkan Arina untuknya.
"Punya mimpi jangan ketinggian, Yar" bisik Yara pada dirinya sendiri.
Kenapa Yara bisa sangat yakin Mahesa tak akan bisa meninggalkan dirinya? Karena ya walaupun cuman tipis-tipis, dia bisa melihat bagaimana perhatian Mahesa untuk Arina.
Pas mereka lagi jalan keliling pasar dan melihat beberapa kerajinan, Yara bisa melihat Mahesa membeli beberapa aksesoris kecil yang identik untuk perempuan disaat Mahesa mengira dirinya terasa sudah berjalan lebih dulu meninggalkan laki-laki itu.
Yara ketawa hambar, hatinya terasa ditampar.
Sebanyak apalagi usaha yang Yara harus lakukan untuk menjadi satu-satunya perempuan yang ada di kehidupan Mahesa?
"Hmm... gimana kalau di Villa aja? Kita manggil terapis buat pijet. Kalau udah di Jakarta pasti gak sempet lagi buat santai kayak gitu" Jawab Yara yang sudah menyodorkan sepiring toast juga jus berbagai buah yang dia buat sebelumnya.
"Thanks, Love"
Yara terdiam sebentar lalu menggeleng "No. Don't call me that" balasnya.
"Kenapa?"
"Ya jangan aja, gak cocok. Gue gak cocok disebut seperti itu apalagi oleh-"
"You are my wife, Yara"
Itu mulu dah, apa kagak bosen!
"Ya iya, gue istri lo tapi bukan cinta lo"
Sindir terosss!!!
"Yara-"
"Udah, jangan dilanjutin lagi. Masih pagi, makan aja dulu" potong Yara.
Dia lelah. Dan beradu argumen dengan Mahesa bukan hal yang dia inginkan.
"Mau kemana?" Tanya Mahesa pas ngelihat Yara ingin meninggalkan dirinya sendiri.
"Mandi, abisin ya toastnya, kalau enggak gue tampol"
....
"Dhuha lagi stay di bali juga, dia lagi ketemu klien. Ada beberapa berkas yang perlu tandatangan lo, gue titipin ke dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Days Operation
Fanfiction"Ten days. Give him ten days to fix everything. Kalau memang tak bisa diselamatkan lagi, maka kamu bebas melakukan apa yang kamu mau" Photos Credit : Pinterest