"Sore!" Sapa Yara sedikit bersemangat membuat laki-laki paruh baya didepannya terkejut.
Melihat ekpresi Om Reynald membuat senyum Yara terukir.
"Saya bawa martabak. Om punya teh gak?"
"Yara-"
"Biar saya cari dan bikin sendiri teh nya, Om bawa ini aja ke taman belakang" Suruh Yara yang sudah meninggalkan Om Reynald menuju dapur. Reynald menatap martabak yang diberikan Yara.
Pertemuannya dengan Yara yang terakhir adalah empat bulan lalu saat keadaan putra sulungnya benar-benar mengenaskan.
"Kenapa kamu kesini?"
"Saya kan sudah janji bagaimanapun keadaan saya dan Mahesa, saya akan tetap dekat dengan Om" Ujar Yara setelah mereka duduk berhadapan dengan cangkir teh masing-masing.
"Mahesa sudah bisa jalan walaupun belum sempurna. Dia sudah pakai kruk"
"...."
"Saya kasih tahu soalnya Om gak ada ke rumah nengokin Mahesa"
Reynald masih terdiam. Alasan utama dia kenapa tak pernah mengunjungi Mahesa adalah karena dia takut. Tak sanggup melihat keputusasaan sang anak. Saat pertama kali Mahesa bangun dari tidurnya dan tak bisa merasakan apa-apa dibagian kakinya adalah mimpi buruk Reynald. Dia sangat ingat bagaimana Mahesa mencoba beberapa kali membunuh dirinya sendiri dengan meneriakkan banyak hal.
"Aku udah gak ada gunanya!"
"Yara gak akan kembali ke aku"
"Aku lebih baik mati"
Menyaksikan kehancuran anaknya bukan hal yang ingin Reynald lakukan lagi. Karena itu dia tak pernah mengunjungi Mahesa sendiri, dia hanya rutin menyuruh putra bungsunya untuk mengunjungi Mahesa.
"Keadaan Mahesa sudah membaik, jauh dari kondisi awal kecelakaannya. Dia gak se-desperate kemarin. Kalau Om sudah siap, mungkin Om bisa temui dia. Dia emang gak bilang kangen Om, tapi saya tahu dia iya. Dia kangen dengan orang tuanya"
Yara banyak berpikir kemarin. Disaat kesehatan Mahesa sudah mulai normal rasanya bukan hal yang salah jika dia kembali ke tujuan awalnya.
Untuk berpisah dengan Mahesa.
Tapi kali ini dia sudah memutuskan untuk tak tergesa-gesa seperti kemarin. Dia akan mencoba membicarakan semuanya dengan Mahesa.
Walaupun ya ada kadang disatu momen, Yara merasa semua ini, Pernikahannya dan Mahesa akan berhasil. Tapi setelah itu akan muncul keraguan yang besar.
Menurut Yara jika sudah seperti itu, maka dirinya harus sadar diri dan ikhlas dengan kenyataan kalau pernikahan mereka bukan hal yang bisa bertahan lama.
Dan itu gak apa-apa.
Walaupun kenyataan itu menyakiti Yara, tapi lagi-lagi dia mencoba berlapang dada.
Kehidupannya harus tetap berjalan dengan atau tanpa suaminya.
"Suami ?"Batin Yara.
Dia sudah lama tak memanggil Mahesa sebagai suaminya. Rasanya asing mengenal Mahesa sebagai suaminya.
"Om akan coba" jawaban Reynald membuat senyuman Yara mengembang.
"Good for both of you then" balas Yara senang.
Dia seneng dan lega karena setelah ini Mahesa akan ditemani oleh keluarganya.
Laki-laki itu tak akan kesepian.
"Kamu dan Mahesa- kalian bagaimana?"
Pertanyaan Reynald membuat Yara yang ingin meminum tehnya terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Days Operation
Fanfiction"Ten days. Give him ten days to fix everything. Kalau memang tak bisa diselamatkan lagi, maka kamu bebas melakukan apa yang kamu mau" Photos Credit : Pinterest