L

645 77 9
                                    

"Iyos sialan!"

Kayaknya Yara sudah menyumpahi nama Helios beratus-ratus kali hari ini. Hari ini tuh adalah hari terakhirnya di Bali dan laki-laki itu sudah berjanji untuk menemaninya seharian berkeliling Bali. Mencari beberapa tempat makan hidden gems. Tapi apesnya Helios hari ini kena diare karena prank mie kober level neraka kalau Helios bilang.

"Ini juga karena lo gue bolak-balik toilet! Emang asem lo!"

Yara cuman bisa meringis pas itu. Iya sih, diarenya Helios bisa dibilang salah dia, karena Yara lah yang ngejejelin mie sensasi neraka itu pada Helios.

"Emang dia nya aja yang cupu! Ck! Jadi cuman disini kan gue akhirnya! Astaga, mana enak makan di resto hotel doang" keluh Yara yang lagi menikmati nasi goreng yang dia pesan.

"Makan gelato pasti enak banget" monolog Yara.

Ngebayangin gimana gelato meleleh dalam mulutnya. Duh dia ngiler parah!

Jadi bermodal kengileran nya itu, Yara akhirnya meminta pihak hotel menyiapkan satu mobil untuk dia ke kedai gelato yang paling digandrungi di Bali. Soalnya kalo disuruh motoran dia yang nyerah duluan.

Soalnya dunia lagi panas-panasnya.

Gak perlu waktu yang lama untuk Yara bisa sampai ke kedai gelato yang selalu dia datengin kalau lagi ke Bali. Yara juga punya flavour andalan.

"Yang mango ukuran kecil aja" pesan Yara pada staff yang melayani nya. Yara paling suka rasa mangga. Soalnya cocok aja sama cuaca sekarang. Bikin seger.

"Ini ya kak"

"Thankyou" balas Yara. Yara lalu berjalan ke kasir untuk membayar gelato yang dia pesan.

Tapi ada hal yang naas terjadi.

Yara lupa bawa dompet sama hp!

Yara panik tapi dia berusaha gak terlihat panik.

"Hm, misi, saya boleh pinjem hp kamu gak? Saya ketinggalan dompet dan hp saya. Jadi saya mau nelpon temen saya yang dihotel supaya bisa nganterin kesini. So sorry for the inconvinient" sesal Yara. Harusnya dia lebih teliti tadi bukannya langsung ngacir aja.

"Oh sebentar ya kak, saya ambil ke dalam dulu hp nya. Tadi saya charge-"

"Bli, untuk punya dia biar saya saja yang bayar. Ini, tolong di proses"

Suara itu.

Yara sudah terlampau familiar dengan suara itu.

Yara berbalik mendapati wajah Mahesa menampilkan senyum simpul.

"Hai?"

Sapaan Mahesa terasa seperti pertanyaan membuat Yara berdecak kecil.

Bukan, dia gak marah melihat Mahesa disini. Malah sebaliknya. Dia merasa sedikit senang dan lega.

Seenggaknya dia gak malu-malu banget karena gak bisa bayar gelatto yang dia makan.

"Nanti gue bayar" Ujar Yara setelah mereka kedua keluar dari kedai gelato.

"Gak usah. It's on me. By the way, sendirian?"

Ada gak yang nyangka kalau setelah tiga tahun mereka bisa ngomong seakan-akan gak terjadi apa-apa?

Seakan-akan mereka gak pernah berbagi apapun?

"Iyos lagi diare. Jadinya gue jalan sendirian. Lo?"

"Tadinya sama Anton, tapi dia balik duluan karena mau tidur siang sedangkan aku mau kesini. Dulu pas kita- nevermind" potong Mahesa, urung bercerita.

Mahesa dan Yara masing-masing paham jika pengalaman Bali mereka bukan hal yang baik untuk dibicarakan satu-sama lain.

Yara mengangguk, gak berniat memperpanjang apapun yang akan Mahesa katakan.

"Ini mau langsung pulang?" Tanya Mahesa lagi. Dia merasa senang aja bisa berbincang dengan Yara tanpa tarik urat.

Yara mengangguk sambil memakan gelato miliknya. "Hm... kalau sendirian tuh gak asik jalan. Habis ini mungkin gue bakal nyari ojek-"

"How about, hm- how about I accompany you? Kalau kamu gak keberatan? Ini udah siang dan kayaknya kita masing-masing belum makan siang. So what do you think about us having lunch together? Tapi kalau kamu keberatan, gak apa-apa. It's totally fine, aku anterin ke hotel kamu ya? Gak usah naik ojek-"

Yara tertawa agak keras menghentikan perkataan Mahesa.

Mahesa rasanya gak pernah seperti ini padanya. Dulu.

Mahesa menatap Yara lalu tertawa canggung.

"Aku kebanyakan ngomong ya?"

Yara mengangguk sebagai jawaban tapi tak ayal melemparkan senyum cantiknya.

Tipikal Yara.

"Aku gak pernah ngelihat kamu kayak gitu. It's first time experience? Terus, It will be delightful, Mahesa. Untuk lo menawarkan diri untuk nemenin gue keliling"

Yara dapat melihat jawabannya membawa kelegaan untuk Mahesa. Terlihat dari laki-laki itu menghela nafas kentara senang dengan jawaban Yara.

"So shall we? Kita isi tenanga dulu, baru keliling ya?"

Yara tertegun beberapa detik saat Mahesa mengulurkan tangannya.

Kenapa?

Kenapa gak dari dulu lo begini?

Pertanyaan itu langsung keluar di otak Yara.

Yara lalu mengalihkan tatapannya ke wajah Mahesa yang ternyata juga menatap dirinya.

Mata mereka bertemu.

Ada rona pengharapan dari Mahesa, agar Yara menyambut tangannya.

Should I?

Yara menarik nafas cepat lalu tanpa keraguan memberikan tangannya pada Mahesa.

"Sure. Yang deket dari sini aja. I'm starving" Jawab Yara yang mulai berjalan tanpa menatap Mahesa yang kini sudah mengembangkan senyum terbaiknya.

Yara tak tahu jika dirinya lah yang menjadi alasan utama senyum Mahesa tak pernah lepas dihari itu. Bahkan saat mereka sudah berpisah dan masuk ke kamar masing-masing saat sore menjemput. Mahesa tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Untuk pertama kali dalam tiga tahun kebelakang, Mahesa merasa kembali hidup.

....

Yang manis-manis dulu hehehehe

Edisi 17 Agustus!!

Selamat Hari Kemerdekaan, Y'all!!.

P.S. Sorry banget gak bisa update se-sering dulu. Hidup gue lagi hectic parah :')

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang