XX

625 104 9
                                    

Untuk beberapa orang hari ini adalah hari yang mereka paling gak inginkan untuk datang. Sebut aja Arina dan Mahesa mungkin juga Om Reynald.

Tapi disatu sisi, hari ini adalah hari yang dinantikan beberapa orang, salah satunya orang yang Ezekiel temui tengah duduk anggun dikursi tunggu ruang rapat yang disiapkan untuk RUPSLB hari ini.

"Kok lo ikut kesini?"

"Oh! I'm here on behalf of Ms. Nayarra Michele Adysetia" jawab Kalina. Ezekiel memandang Kalina, sedikit curiga dengan senyum yang daritadi dilemparkan oleh Kalina.

"Lo kesini bukan cuman mau nemenin Yara, kan?"

"Harus banget lo nanya itu? Ya iyalah! Kehancuran seseorang tuh baiknya ditonton langsung"

Kan!

Ezekiel berdecak namun gak berusaha menjugde kelakuan Kalina. Karena dia masih memgingat bagaimana kelakuan para teman Yara yang lain.

Bar-bar. Apalagi jika berurusan dengan Nicole. Takut kena jambak.

Kalina sih masih aman walau tukang sindir.

"Yara nya mana?"

"Belum dateng. Masih on the way"

"Dan lo semangat banget kesini? Kenapa lo gak luangin waktu lo yang ini buat bacain file kas-"

"Gue bukan lo yang baca file klien sistem kebut semalam. Punya gue udah selesai" Potong Kalina. Ya, walaupun dia kesannya sedang bolos dikantor tapi dia udah menyelesaikan kewajibannya kok.

Lagian itu firma hukum punya bapaknya. Siapa yang berani ngeluarin Kalina?

Bapaknya? Gak mungkin! Kecuali Bapak Handil yang terhormat mau dimarahin oleh ibunya.

"Gue gak-"

"Morning" perkataan Ezekiel harus kembali terpotong akibat suara seseorang.

"Oh! Babe! You look stunning!" Puji Kalina yang membawa orang yang menyapa mereka ke dalam pelukan.

"Morning, pagi banget datangnya padahal masih bisa ngopi dulu" Kali ini Ezekiel yang berbicara.

"Noel ada urusan, jadi gue minta dianterin duluan" jawab Yara yang sudah melepas pelukan Kalina.

"Oh, kalau gitu, ngopi dulu?"

"Enggak, psikolog gue gak nyaranin untuk minum kopi, soalnya kemungkinan malam gue gak bisa tidur nyenyak. Tapi kalau lo punya teh hijau, boleh deh"

Oh.

Kalina menatap prihatin ke arah Yara. Dia udah mendengar hal ini dari Noel. Sebenarnya perihal Yara yang bolak-balik ke psikolog bukan hal baru tapi intensitasnya mulai menurun beberapa bulan ini. Mendengar Yara yang kembali konsultasi membuat hati Kalina teriris.

Memang salah apa temannya sampai harus menderita?

"Gue pesanin ya? Nanti Dhuha juga bakal kesini-"

"Mahesa" bisikan Ezekiel membuat Yara dan Kalina menoleh ke arah samping

Mendapati Mahesa yang sepertinya terlihat kaget saat matanya bertubrukan dengan Yara.

Yara menghela nafas lalu memandang Ezekiel datar.

"Tunggu apa lagi? Buka ruang rapatnya, gue mau duduk"

....

Yara sih udah mengira akan banyak tarik urat yang terjadi dalam ruang rapat. Tapi dia gak mengira jika Mahesa benar-benar membela Arina hingga detik sekarang.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang