XLII

513 80 17
                                    

"Good evening, Madam. Can we take your orders now?"

Yara menggeleng sebagai jawaban.

"Can you take my orders after five minutes?" Tanya Yara. Dia beneran lagi pusing parah dan mau muntah soalnya. Perutnya terasa bergolak.

"Sure, Mam. Sementara itu, anda bisa menikmati complementary dish dari kami" balas sang pelayan ramah sambil memberikan beberapa potong garlic bread untuk Yara nikmati. Yara cuman mengangguk lalu tak menghiraukan sang pelayan.

Kepalanya yang sakit lebih penting sekarang.

Dia awalnya memang mau makan malam karena dia baru ingat jika dirinya sudah tak makan selama tiga hari dan hanya mengandalkan susu untuk asupannya dalam tiga hari itu.

Tapi mengingat kondisi nya yang seperti sekarang, kayaknya Yara cuman mau take away aja dan memanggil taksi untuk pulang. Tidur rasanya lebih menggoda sekarang daripada makan malam.

Dia sengaja mengemudi sendiri ke salah satu restoran favoritnya tanpa ingin membawa Noel atau temannya.

Dia lagi ingin sendiri aja.

"Malam" suara berat terdengar ke telinga Yara membuat perempuan itu mendongakkan kepalanya mendapati seorang laki-laki dengan senyum tergolong seduktif berdiri di dekat mejanya.

"Ya?"

"Saya boleh duduk disini? Saya lihat kamu sendirian"

"Hidup ada-ada aja masalahnya" rutuk Yara dalam hati.

"No, I have a date. So please get rid of yourself" jawab Yara tak ramah.

Orang lagi kesakitan mustahil untuk ramah.

"Saya gak ngelihat teman nge-date kamu" Ujar laki-laki asing itu lagi.

"Fuck off, man. I'm married"

"I don't see your husband-"

"But you see a fucking ring on my ring finger!" Potong Yara dengan suara sudah mulai meninggi.

Sang laki-laki asing tertawa remeh "It's just a ring. Mungkin jadi lo bohong"

Yara mengusap wajahnya yang sudah sedikit pucat dengan kasar dan menatap nyalang laki-laki itu.

"Don't try me. Lo sebaiknya pergi sebelum gue manggil security dan ngebuat lo gak bisa nginjekin kaki lo lagi di resto ini"

"Jangan sok jual mahal dong manis-" Ujar laki-laki asing itu sambil ingin mengelus pipi Yar namun terhenti saat satu tangan menarik kasar tangannya.

"Back off, dude" intrupsi seseorang membuat Yara lagi-lagi menoleh dan langsung mengutuk dalam hati saat melihat siapa yang tengah bergabung ke dalam percakapannya dengan orang asing kurang ajar di depannya.

"You heard what my wife said, fuck off" tambah Mahesa.

Iya, Mahesa. Gak paham lagi kenapa Tuhan kayaknya demen amat mempertemukan dirinya dengan Mahesa. Padahal dia lagi muak maksimal dengam wajah laki-laki satu itu.

"You're not her husband-"

"He is my husband, you fucking stupid dipshit! Ini orang gila ya! Lo tadi nanya suami gue mana, itu disebelah lo suami gue, Goblok! Pergi gak lo?! Gue daritadi nahan-nahan buat gak nonjok lo anjing! Lo kalau ngelihat cewek makan sendiri bukan berarti dia bisa lo bungkus kayak lonte yang biasanya lo bayar, anjing!-"

Yara tahu dia terkesan memanfaatkan keberadaan Mahesa yang gak tahu deh, apakah sekarang tepat gitu ada disini. Tapi bodo amat, soalnya Mahesa juga sering malah selalu memanfaatkan dirinya.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang