Ada sebuah kemampuan yang Yara miliki dan banyak orang bisa bertepuk tangan akan kemampuan Yara yang satu itu.
Mengikhlaskan.
Sebenarnya daripada mengikhlaskan, Yara lebih kayak menyerah sih. Dan kalau dia sudah menyerah maka gak ada lagi yang bisa membuat dia kembali.
Dan kata menyerah sudah banyak dia gaungkan dalam kasus hubungannya dan Mahesa. Tapi dia tahu, kemarin-kemarin dia tuh cuman ngomong kosong. Nyatanya perasaan cintanya lebih besar saat itu untuk Mahesa. Karena itu dia selalu saja memaafkan kesalahan laki-laki itu dan terus berada disampingnya.
Tapi entah kenapa yang kali ini, Yara merasa jika dirinya sudah lewat dari kata menyerah.
Dia sudah habis rasa.
Dan untuk Mahesa ini mungkin adalah bencana, karena sekalinya Yara sudah kehilangan interest, dia gak akan balik menyukai apapun itu.
"You come to here a lot, lately. Gak dimarahin laki lo?"
Namanya Djuang. Dia salah satu staff yang selalu diminta menemani Yara saat Yara berkunjung ke Evening Rose. Club malam kesukaan Yara.
"Udah pegat" jawab Yara setelah meminum habis cocktail miliknya.
Dia udah minum dua. Yang baru aja dia habisin itu gelas ketiganya.
Setelah dia sudah berakhir dengan Mahesa. Yara kembali ke runititas favoritnya. Mabok.
Dulu, dia sangat mengurangi kegiatannya yang satu itu karena Mahesa gak suka perempuan yang senang mabok.
"Finally! Bagus deh, biar customer setia kita balik lagi. Welcome back to Evening Rose, then" balas Djuang yang cuman dianggukin oleh Yara.
Djuang tahu kok perkara Yara yang memang dibatasi nengujungi club malam oleh suaminya. Yah, dulu mereka dekat banget. Udah kayak kakak beradik. Dan Djuang juga tahu perihal pernikahan Yara yang udah bisa disebut neraka dunia. Dia banyak menaruh simpati pada Yara dan mendengar Yara mengakhiri pernikahannya membuat Djuang lega.
"Balik ngerokok juga?" Tanya Djuang lagi.
Dulu, Yara suka banget menyesap minuman beralkohol racikan bartender kenamaan Evening Rose sambil mengisap batang nikotin.
Pemandangan Yara yang kayak gitu tuh ngebuat Djuang gimana ya dulu? Terpesona?
Dia gak jatuh cinta ya! Catet!
Cuman heran aja, kok bisa kelakuan Yara yang cenderung negatif tuh terlihat begitu effortlessly mesmerizing?
Evening Rose kayak mendapatkan muse-nya menurut Djuang pas melihat Yara.
Mawar tengah malam. Cantik dan misterius.
"Punya?"
"Apa?"
"Rokok"
Tanpa banyak bunyi Djuang memberikan sebatang rokok beserta pematiknya untuk Yara pakai.
"Thanks. Lo bisa kerja lagi. Gue keluar dulu " Ujar Yara sambil mengambil jaket milikinya. Dia beneran niat ngerokok.
Kayak balik ke masa lalu aja. Nostalgic. Dan dia suka perasaan itu untuk sekarang.
Kembali ke runitasnya yang dulu.
Yara jarang ngerokok kecuali kalau lagi stres. Tenang aja, kelakuannya ini udah diketahui semua orang. Kecuali Mahesa.
Memang apa sih yang Mahesa tahu tentang dia?
Yara menghembuskan asap rokok yang dia isap. Rasanya ada yang terbakar di paru-parunya.
Sakit tapi nagih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Days Operation
Fanfiction"Ten days. Give him ten days to fix everything. Kalau memang tak bisa diselamatkan lagi, maka kamu bebas melakukan apa yang kamu mau" Photos Credit : Pinterest