XLIX

644 81 3
                                    

Travelling places,

"Pak, sudah waktunya boarding"

Mahesa baru aja mungkin menutup matanya 10 menitan saat sekretarisnya, Anton, bersuara. Mahesa sekarang merasa lebih nyaman jika semua staff yang akan berhubungan langsung dengannya memiliki gender yang sama dengannya.

Mengurangi masalah kalau Mahesa bisa bilang.

Mahesa menarik nafas pelan lalu meregangkan tubuhnya. Rasanya dia udah lama banget gak istirahat, jadinya pas ada waktu buat istirahat walaupun 10 menit, dia bakal pakai dengan baik.

"Okay, kamu duluan saja. Saya mau ngumpulin nyawa dulu"

"Oke pak, ini untuk kopinya yang bapak minta tadi" Ujar Anton sambil menyerahkan satu cup americano double shot pada Mahesa.

Mahesa mengangguk dan meminumnya sesaat setelah Anton berjalan menjauh darinya.

Mahesa sekarang banyak ngambil pekerjaan yang mengharuskannya berpindah ke banyak tempat.

Selain menurut Mahesa sehat, karena dia banyak jalan. Alasan utamanya adalah jika dia terlalu banyak di rumah dia bakal keingat satu orang yang selalu ada dipikiran dan juga hatinya.

Nyatanya walaupun perpisahan mereka sudah bertaut tiga tahun lamanya. Mahesa belum bisa sembuh seperti yang Yara katakan padanya.

Hatinya masih menyimpan begitu banyak penyesalan.

Hatinya masih ingin Yara memberikan kesempatan untuknya.

Hatinya masih untuk Yara.

Walaupun terlambat rasanya sah-sah saja Mahesa mengatakan hal itu bukan?

Sambil meminum kopinya, Mahesa bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah gate dimana pesawat yang dia tumpangi sedang melakukan boarding checking.

Mahesa lagi menuju Bali.

Ada beberapa proyek yang perlu Mahesa cek juga ada beberapa klien yang minta bertemu dengannya.

"Heh, Helli! Lo gue timpuk ya! Jangan diseret gitu anjir! Isinya laptop!"

"Lo nyusahin! Udah mending gue mau bawain"

I ain't see you in ages.

Ada rasa tak percaya saat melihat sosok Yara bersama Helios berada di gate yang sama dengannya.

Berada beberapa langkah di depannya.

Untuk Mahesa bisa melihat Yara seperti sekarang itu udah kayak pengalaman langka. Nyatanya Yara benar-benar menutup kemungkinam untuk Mahesa sekadar bisa melihat perempuan itu dari jauh.

Ada sedikit harapan dari Mahesa dia bisa melihat Yara di beberapa acara yang mengundang mereka berdua. Tapi nihil, Yara selalu diwakilkan oleh Noel atau tidak oleh Giovanne

Dan saat melihat Yara seperti sekarang itu membuat dada penuh dengan rasa senang juga sedikit sedih.

But I hope you come back to me.

I still think of you a hundred times a day.

Pengharapan Mahesa tuh sangat tak tahu diri.

Dia tahu tapi yang namanya berharap akan selalu terasa tak tahu diri.

Contohnya saat kita berdoa pada Tuhan.

Kita banyak meminta hal yang tak masuk akal untuk Tuhan kabulkan.

Jadi rasanya tak apa jika Mahesa punya pengharapan untuk dirinya yang bisa bersama dengan Yara.

Ten Days OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang