I'M HERE [20]

616 100 20
                                    








Dengan emosi yang sangat menggebu, ia berjalan menyusuri koridor kampus. Tak peduli berapa pasang mata yang melihat dirinya dengan aneh.

Brak!

Zee membuka pintu lapang basket indoor dengan sangat kencang. Melihat orang yang ia cari ada disana, Zee langsung menghampirinya.

Zee menarik kerah baju orang tersebut lalu

Bugh!

Melayangkan satu pukulan pada wajah orang tersebut.

"Anjing? apa - apaan lu?" jelas, orang yang dipukul oleh Zee tak terima.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Zee terus memukuli wajah orang tersebut. Orang - orang yang ada disana pun langsung kaget menjatuhkan perhatiannya pada Zee yang sedang menyerang Sabil.

"Anjing!" Zee menendang perut Sabil dengan sangat kencang, membuat Sabil jatuh tersungkur. Melihat Sabil yang terjatuh, Zee langsung menginjak perut dan wajah Sabil dengan sangat kencang.

"Zee!" Ravo memanggil nama Zee dan menarik Zee menjauh dari Sabil.

Sabil meringis menahan sakit disekujur tubuhnya. Ia bangkit lalu bergerak hendak mendekat pada Zee, namun Idar langsung menahannya. "Sini lu anjing!" teriak Sabil.

"Jangan sama aja lu sama cewe." ujar Idar mendorong Sabil agar menjauh dari Zee.

"Lu yang sini anjing!" Zee menunjuk Sabil dengan sorot mata penuh kebencian.

"Hey Zee!" Ravo mencoba untuk menyadarkan Zee. Ia menampar nampar pipi Zee. "Azeena heyy!" ujar Ravo lagi.

"Urusan kita belum selesai ya anjing!" teriak Zee kembali. Ravo lansung meraih dagu Zee dan ia tarik agar Zee melihat wajahnya.

"Zee lu masih diarea kampus." ujar Ravo penuh penekanan.

Masih dengan nafas yang memburu dan penuh emosi, Zee melepas tangan Ravo yang ada di dagunya lalu pergi keluar dari lapangan tersebut.

Setelah Zee keluar dari lapang basket, orang - orang yang berada disana mulai saling berbisik, ter heran - heran dan kaget, sebenarnya ada apa?




•••





Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter bahwa kini Ashel tengah mengandung, Zee hanya bisa diam melamun dan lemas. Ia marah, ia sangat marah pada dirinya sendiri karena ia tak bisa menjaga Ashel.

Sakit? sudah tentu. Hatinya sangat sakit saat mengetahui fakta ini, bahkan ia sudah tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa sakitnya.

Namun, rasa sakitnya kalah dengan rasa kecewa dan juga kagum. Ia kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Ashel, ia juga kagum pada Ashel karna mampu melewati ini dengan sendirian selama tiga bulan.

Zee menyerang Sabil bukan tanpa alasan, entah mengapa saat menerima fakta bahwa Ashel tengah mengandung, dirinya langsung ingat kala Ashel pulang diantar Sabil dengan keadaan tidak sadarkan diri.

Zee yakin bahwa Sabil lah yang sudah melakukannya.

Mendapat kabar bahwa Ashel harus dirawat, Zee langsung pulang untuk mengambil baju dan beberapa makanan, setelah dari kampus tadi hanya untuk menyerang Sabil. Ia belum ada niat untuk memberi tahu keluarga Ashel, ia takut akan respon keluarga Ashel seperti apa.

Olla, Adel dan teman - teman Ashel tahu? tentu. Zee langsung memberitahunya, tapi Zee meminta agar mereka keep berita ini dan jangan sampai ada yang tahu.

i'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang