Di dalam kamar apartemen, Ashel sedang berusaha membangunkan Zee. Tidak, kali ini tidak dengan cara berteriak. Ashel tengkurap di samping Zee, sebelah tangannya menopang pada daerah dada dan leher Zee sambil mengusap pipi Zee dengan lembut.Semalam saat dirinya dan Al pulang, Zee sama sekali tidak menyapa nya. Zee mendiamkan dirinya dan juga Al.
"Zee bangunn." ucap Ashel dengan suara parau khas orang bangun tidur.
Karena sebenarnya Zee sempat terbangun, jadi cukup dengan sekali panggilan ia perlahan membuka mata lalu mengucek kan matanya. Ia melirik sekilas pada Ashel lalu meraih hp nya yang berada di nakas, setelah mendapatkan hp nya ia mulai memainkan hp dengan tangan kanannya tanpa mempedulikan Ashel yang ada di sebelah kirinya.
"Ihh Zee!" Ashel menampar pipi Zee dengan kesal. Namun, Zee sama sekali tidak terganggu. "Azeena Hazel, ihh kenapa sii." Ashel mencolek - colek pipi Zee menggunakan telunjuknya.
"Zee, jangan diemin aku dong." ujar Ashel yang suaranya kini mulai memelan dan mempoutkan bibirnya. "Zee ihh." Ashel kembali memanggil Zee kala Zee tak menghiraukannya.
"Ahh Zee mah diemin aku." karna tak kunjung di respon, akhirnya Ashel pun menyeludupkan kepalanya ke samping kepala Zee. Membuat nafas Ashel kini terasa oleh leher Zee.
Tentunya, hal itu tidak membuat Zee langsung luluh. Zee tetap fokus pada handphone nya tanpa menghiraukan Ashel.
Hingga saat terdengar suara isakan tangis, Zee menghentikan aktifitas di handphonennya. Saat kembali terdengar isakan tangis, Zee menyimpan handphone nya lalu terkekeh. Ia mengangkat lengan Ashel yang ada di lehernya, lalu ia memiringkan tubuh nya membuat posisi kepala Zee dan dan Ashel kini saling berhadapan.
"Apaan nangis, cengeng." kata Zee mengusap air mata Ashel. "Jangan nangis ah jelek, maaf yaa?" ucap Zee dengan sangat lembut.
"Kamumah nyebelinn." ujar Ashel dengan nada kesalnya dan menepis tangan Zee.
Zee pun terkekeh. "Lagian mainnya asik banget sampe malem." kata Zee.
"Ya salahin kakak kamu, jangan salahin akuu." kata Ashel mengubah posisi tidurnya menjadi telentang.
"Yaudah maap yaa." Zee mendekat pada Ashel lalu.
Cup!
Mendaratkan satu kecupan di pipi Ashel.
"Dihh!! dilarang cium - cium kalau belum jadian." kata Ashel mengelap bekas ciuman Zee tadi.
Zee pun terkekeh dan mengusap pipi Ashel. "Tunggu waktu yang pas yaa."
Tanpa sepengatahuan keduanya, Al yang awalnya hendak masuk langsung mengurungkan niatnya saat melihat dua manusia didalamnya sedang bermesraan. Ia tersenyum saat melihat pemadangan di dalam kamar.
•••
Al kembali memeriksa tas nya, takutnya ada barang yang tertinggal, repot jika ada yang tertinggal.
"Udah gaada yang ketinggalan?" tanya Zee. Sambil memakai tas nya Al pun menggeleng.
"Gue balik yaa, jaga diri baik - baik disini." Al mengusak kepala sang adik lalu memeluk Zee dengan sangat amat erat, hal itu membuat Zee kesusahan bernafas.
"Woiii sesekk nih gueee." Zee menepuk - nepuk punggung Al. Dan Al pun segera melonggarkan pelukannya lalu mengusap - usap punggung Zee.
Entah mengapa Zee merasa ini bukan hanya sekedar pelukan yang biasa keduanya lakukan jika salah satu dari mereka akan berangkat/pergi. Pelukan kali ini terasa lebih hangat dan membuatnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'm here
Teen FictionZee menyukai Ashel, begitupun sebaliknya. Keduanya mempunyai rasa yang sama, namun disaat Zee menyatakan perasaan dan meminta Ashel untuk menjadi kekasihnya, Ashel menolak dengan alasan yang tidak jelas. Kira-kira apa yang membuat Ashel menolak Ze...