I'M HERE [6]

644 95 6
                                    











Akhirnya mereka bisa mengistirahatkan tubuh yang sudah terasa pegal-pegal. Di kamar tercintanya, Ashel dan Zee langsung merebahkan diri diatas kasur.

"Mau siapa dulu yang ke wc?" tanya Zee dengan matanya yang terpejam. "Sha?" Zee kembali berbicara kala tak dapat jawaban dari Ashel.

Karena Ashel tak kunjung menjawab, akhirnya Zee membuka mata dan bagun dari tidurnya. "Heh!" Zee menggoyangkan bahu Ashel untuk memastikan Ashel tertidur apa tidak.

Tanpa menjawab pertanyaan Zee, Ashel membuka mata lalu bangun dari tidurnya dan beranjak pergi masuk kedalam toilet.

Lagi, Zee dibuat bingung oleh perilaku Ashel. "Ga jelas." kata Zee yang tentunya masih terdengar oleh Ashel.





•••



Zee sangat anti dengan saling diam, apalagi dengan Ashel. Masalahnya, ia kan tinggal berdua dengan Ashel yang tentunya terus bertemu dan jika mereka tidak saling berbicara dan tak saling sapa kan tidak enak, aneh juga.

"Nyari apa?" tanya Zee melihat Ashel yang terlihat seperti sedang mencari sesuatu di kotak obat-obatan.

Zee menghela nafas, Ashel masih tak menjawab dirinya. "Lu kenapa sih?" tanya nya heran, beranjak dari kursi belajarnya.

Ashel yang sedang mencari sesuatu langsung menghentikan aktifitasnya dan melirik Zee sekilas. "Kenapa? gue ada salah? ngomong jangan diem gini." kata Zee sambil berjalan mendekat pada Ashel.

Hati Ashel dagdigdug tak karuan melihat Zee yang terus mendekat. Nafas nya sedikit tercekat saat Zee meraih pergelangan tangannya. "Kenapa?" tanya nya lagi.

Ashel membalikan badan menghadap pada Zee. "Apasih? gapapa, awas ah." jawabnya.

"Jujur atau gue cium?" perkataan Zee berhasil membuat pupil mata Ashel membesar, kaget. Ahh, sekarang Zee paham. Apa Ashel menghindar gara-gara menciumnya semalam? apa Zee mengingatnya? tentu, karena ia tidak seratus persen mabuk.

"Atau lu yang mau nyium gue lagi?" tanya Zee dengan kedua alisnya naik turun, juga senyumnya yang tengil.

Lagi? gila berarti Zee mengingat kejadian semalam? mau disimpan dimana muka Ashel saat ini.

"A-apaan sih? s-siapa juga yang nyium lu." kata Ashel sedikit tergagap dan menarik tangannya yang di pegang oleh Zee. "Lagian kapan gue nyium lu? ngapain juga? dih ogah gue. Yang ada bibir gue berbusa, terus panas-panas, terus iritasi. Inget ya kita kan tem—"

Perkataan Ashel terhenti kala terasa ada benda kenyal yang mengenai pipinya. Ya betul Zee mencium pipi Ashel, ditambah ia menyimpan jari telunjuknya di bibir Ashel.

"Bawel lu, gue tau lu malu kan gara-gara nyium gue semalem? jadi biar fair lu cium gue, gue cium lu. Udah kan?" kata Zee tanpa merasa salah sedikitpun. Setelah berbicara, Zee kembali menurunkan tangannya dari mulut Ashel.

"Gila." kesal Ashel.

"Loh? betulkan gue?"

"Terserah."

"Udah deh Sha ahh, jangan kaya gini kaya anak kecil. Lagian kan sesama temen cium pipi gada yang salah?"

Yaa memang jika hanya cium pipi itu hal yang biasa bagi perempuan, tapi ini yang ia cium itu orang yang ia suka? ahh sudahlah, Zee tidak mengerti.

"Udah ah, nyari apa lu?" tanya Zee lagi.

Karena Ashel pun sepertinya nanti akan lebih banyak membutuhkan Zee, akhirnya ia memutuskan untuk menjawab dan tidak lagi menghindar. "Kayu putih."

i'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang