Sepertinya baru kali ini Ashel merasa perasaannya lega seperti tidak ada masalah di hidupnya, baru kali ini Ashel merasa sangat bahagia dari pertama kali ia membuka mata.Di hadapannya ia bisa melihat orang yang sangat amat ia sayangi masih terlelap dalam tidurnya dengan wajah yang menenangkan. Jemari lentik milik Ashel mengusap lembut wajah kekasihnya, ia bersyukur mempunyai Zee di hidupnya.
"Sayang banget aku sama kamu Zee." ucap nya pelan sambil mendaratkan satu kecupan di pipi mulus kekasihnya itu.
Melihat kekasihnya yang tak terganggu sama sekali, ia segera bangun dari tidurnya dan segera pergi menuju kamar mandi.
•••
Seperti hari biasanya Zee dan Ashel sarapan berdua di meja makan. Tadi, Ashel yang menyiapkan sarapannya. Hal itu membuat Zee marah, karena seharusnya Ashel tidak banyak bergerak terlebih dahulu. Namun, nasi sudah menjadi bubur Ashel sudah menyiapkan sarapannya jauh sebelum Zee bangun tidur.
"Harusnya kamu tuh diem, Sha. Bangunin akuu, gimana si." kata Zee menyuapkan sendok terakhir kedalam mulutnya.
"Yaelah Zee masak nasi goreng doang." kata Ashel membela dirinya.
"Tetep ajaa Asha elzinaa."
"Yaudah siii kan udah terlanjur juga."
"Yaiyaa, nanti kamu gaboleh ya masak - masak lagi kaya gini. Kamu diem gaboleh banyak gerak, kalau mau apapun bilang, jangan dilakuin sendiri, minta tolong sama aku."
"Iyaa sayang." mendengar kata 'sayang' yang terlontar dari mulut Ashel, membuat Zee langsung bersandar pada kursi dan berpura - pura tidak sadarkan diri. "Eh ehh pingsan tuh. Biarin aja ah."
"Ko biarin aja sih, Sha? aku pingsan gara - gara kamu loh, ngomong sayang gapake aba - aba kan gakuat hati aku." protes Zee.
"Stop alay yaa, jangan ketularan Ella." Ashel merotasikan kedua bola matanya dengan malas.
"Sedih banget dikatain alay sama pacar sendiri." Ashel hanya bisa menggeleng sambil mengkerutkan keningnya tak paham lagi dengan kealayan, kekasihnya.
"Btw Zee, aku mau ngobrol serius deh sama kamu."
"Gamau ah pasti minta putus."
"Astagaa kenapa nethink mulu sih sama aku, males deh ah." Ashel langsung memasang wajah bete nya. Zee pun menyengir dan langsung pindah ke sebelah Ashel.
"Hehe becandaa, kenapa? mau ngobrol apaa?" tanya Zee namun Ashel tak menggubrisnya. "Ihh malah diem, kenapa sayangg?" masih tak digubris.
Cup!
Tiba - tiba Zee mendaratkan sebuah kecupan di bibir Ashel. Hal itu membuat Ashel langsung menahan senyum nya, Ashel salting bray.
"Idihh senyum mah senyum aja kaliii." Zee mencolek hidung Ashel dan menaik turunkan kedua alisnya.
Plak!
"Aww kenapa dipukul??"
Satu tamparan mendarat sempurna di lengan Zee. "Nyebelinn!" kata Ashel.
"Yaudah maaf deh maaf, jadi mau ngobrol apa nih kita?"
Dengan terpaksa Ashel pun harus mengenyampingkan rasa kesalnya, karena ada hal yang harus di diskusikan dengan Zee.
"Zee." Zee menatap Ashel menunggu Ashel melanjutkan perkataannya. "Kalau nanti aku udah tau siapa ayah dari bayi ini...gimana?"
"Gimana apanya? gimana akunya? atau gimana hubungan kita?" tanya Zee. "Gini Sha, kalau nanti kamu udah tau siapa ayah si dedek aku serahin semuanya ke kamu dan ayah dedek. Kalau ayah nya mau tanggung jawab dan kamu juga bisa nerima dia, aku bisa lepasin kamu. Kalau nanti kamu udah tau siapa ayahnya kamu pikirin si dedek jangan pikirin hubungan kita, peran ayah buat si dedek pastinya lebih penting. Tapi kalau ayahnya gamau tanggung jawab, kamu jangan khawatir. Aku yang bakal tanggung jawab, tanggung jawab atas kehidupan si bayik dan juga kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
i'm here
Подростковая литератураZee menyukai Ashel, begitupun sebaliknya. Keduanya mempunyai rasa yang sama, namun disaat Zee menyatakan perasaan dan meminta Ashel untuk menjadi kekasihnya, Ashel menolak dengan alasan yang tidak jelas. Kira-kira apa yang membuat Ashel menolak Ze...