I'M HERE [16]

573 82 16
                                    







Zee terus mengirimkan chat kepada Ashel, namun tak kunjung mendapat jawaban. Ia telfon pun tak kunjung di jawab, sudah menelpon teman - temannya, mereka tidak mengetahui keberadaan Ashel dimana.

Pikiran - pikiran buruk terus menghantui dirinya, ini sudah pukul setengah satu malam namun Ashel belum juga pulang. Sedari tadi pulang dari kampus dan Ashel meminta Zee untuk oulang duluan, Ashel tidak kembali mengabari Zee hingga saat ini.

Ia mengusap wajahnya frustasi. "Shaa angkat dong Shaa." ucap nya dengan sangat khawatir.

"Gue harus nyari kemanaa." ia berjalan mengambil kunci motornya dan mengambil akses apartemennya, ia harus mencari Ashel.

Baru saja pintu apartemennya terbuka, ia dikagetkan oleh Sabil yang sedang menggendong Ashel dengan ala bridalstyle. "Astaga Sha, lu kenapa?" panik Zee.

Sabil pun langsung saja masuk dan menidurkan Ashel di sofa. Melihat Sabil sudah menidurkan Ashel di sofa Zee langsung menarik kerah baju Sabil. "Lu abis bawa Ashel kemana hah?!" tanya nya dengan sangat emosi. "Jawab anjing!"

Karena tak kunjung mendapat jawaban Zee langsung melayangkan pukulan pada wajah Sabil.

Bugh!

"JAWAB GUE ANJINGG!"

Sabil memegang pipi yang di pukul oleh Zee tadi lalu berbicara. "Bukan gue yang bawa dia keluar, gue cuman nemuin dia di club sendirian, gue nyelametin dia yang hampir aja dibawa ke room, harusnya lu berterimaksih ke gua bukan malah gini." ujar Sabil berusaha agar tidak emosi.

"Lu pikir gue anak kecil yang bakal percaya? bego."

"Terserah lu deh Zee, kalau emang nantinya ada sesuatu yang terjadi sama Ashel gue berani tanggung jawab, pegang omongan gue." ujar Sabil tak mau memperpanjang semuanya, karena ini sudah malam juga takut menganggu yang lain.

Melihat Sabil yang berjalan keluar, ia langsung mengusap wajahnya frustasi. Haruskah ia percaya pada Sabil? pikirannya berkecamuk saat ini.

Ia melirik Ashel yang tertidur sofa lalu menghampirinya. Ia bisa mencium aroma alkohol yang samgat kuat dari tubuh Ashel.

"Lu kenapa ke club tanpa gue sih Sha?" tanya Zee yang sebenarnya tahu bahwa pertanyaannya tidak akan dijawab. Zee mengusap pipi Ashel dengan sangat lembut dan menatap mata Ashel yang terpejam dengan tenang.






•••



Terdengarnya suara orang yang sedang muntah membuat Zee tersadar dari tidurnya. Menyadari Ashel tak ada di sampingnya, Zee bangun dari tidurnya dan segera pergi ke dapur untuk memberikan Ashel air hangat.

"Minum dulu air angetnya sini." ujar Zee saat melihat Ashel yang berada di ambang pitu kamar mandi. Mendengar hal itu Ashel pun langsung menghampiri Zee yang ada di meja makan lalu duduk di sebrang Zee dan meminum air hangat yang telah Zee siapkan. "Ngapain ke club sama Sabil?" tanya Zee dengan wajah yang datar.

Setelah selesai minum Ashel langsung menjawabnya tanpa menatap Zee. "Aku ga sama Sabil." jawabnya.

"Terus?"

"Pergi sendiri."

"Ohh, lu gak punya temen ya?" sarkas Zee mengganti 'kamu' menjadi 'lu' kembali.

Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Ashel, kini dirinya terlihat sedang mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Zee yang melihat itu pun menghela nafas dan meraih tangan Ashel yang ada di depannya. "Kenapa? hm?" tanya nya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Ashel malah semakin menangis. Zee pun langsung pindah menjadi duduk di sebelah Ashel. "Sorry kalau gue berlebihan, gue gini juga karna khawatir Sha sama lu. Lu bayangin dari siang ga ada kabar, gue nanyain ke temen - temen lu gaada yang tau, terus lu balik tengah malem dan dianter sama cowo dalam keadaan lu ga sadar, lu pikir gur ga khawatir Sha?"

i'm hereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang