BAB 18 Jangan Jadi Kompor

178 6 0
                                    


"Ya, supaya istrimu itu patuh padamu, istrimu juga menghargai orang tuamu," jawab Sonia tegas.

"Betul itu Anton. Mana ada menantu yang berani dengan mertua," imbuh Widya.

Monica lama-lama lelah dengan semua ini, keluarga suaminya lebih memihak pelakor daripada istri sah. Tidak pantas sekali membalas kebaikan orang dengan kejahatan seperti ini. Apa mereka lupa saat hidup susah siapa yang mengangkat derajat mereka.

"Anton, kalau mau menyelesaikan masalah, ayo kita pulang berdua saja," ajak Monica.

"Nah itu benar, selesaikan masalah kalian berdua saja, tanpa ada pihak kompor dari luar," ucap Doni sambil melirik dua orang wanita tidak berguna di depannya.

Doni menatap jijik kedua wanita yang tidak tahu diri seperti Widya dan Sonia itu. Widya seorang mertua yang tidak tahu berterima kasih lalu Sonia wanita yang tidak punya hati nurani merecoki hubungan rumah tangga orang lain seenaknya.

"Kamu juga jangan jadi kompor, aku ini ibunya sudah sepantasnya menengasi masalah menantu dan anak," ucap Widya.

"Itu tidak perlu, aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri!" tegas Anton.

"Tapi aku ini ibumu. Kamu sudah menikahpun masih menjadi anakku," ucap Widya.

Anton menatap tegas mamanya, biasanya sang mama tidak bebal seperti ini. Bisa dinasehati juga tidak banyak menuntut, semenjak kedatangan Sonia ke rumah mamanya telah berubah drastis sikapnya. Padahal dia selalu menyayangi Monica dengan tulus. Tapi kenapa hari ini berubah total seperti bukan mamanya saja.

"Aku tahu, Ma. Tapi ini masalahku dengan Monica. Biarkan aku selesaikan masalah rumah tanggaku berdua," balas Anton.

"Doni benar, karena aku dan Monica adalah sepasang suami istri. Kami akan menyelesaikan masalah berdua tanpa bantuan pihak luar. Termasuk mama," imbuh Anton.

Widya terlihat gusar, dia akan menjadi miskin kembali kalau Anton dan Monica bercerai. Tapi ucapan Sonia benar adanya. Selama ini Widya dan keluarganya menerima uang setiap bulan dari Monica tapi tidak banyak, padahal perusahaanya besar. Seharusnya Anton yang merupakan kepala rumah tangga yang mengatur semuanya bukan Monica yang menguasai semua perusahaan dan harta.

"Aku yakin istrimu akan banyak menuntut, kalau ada mama mungkin masalahnya akan segera teratasi," ucap Widya.

"Tante, sudahlah biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Kita tunggu saja kabar baik dari Anton," bujuk Sonia padahal dia memberi kode kalau Sonia harus masuk ke kehidupan Anton.

"Baik, mama tidak akan ikut campur masalahmu, tapi Sonia harus bekerja di perusahaanmu!" tegas Widya.

Monica menertawakan ucapan mertuanya. Kenapa jadi dia ikut campur urusan perusahaan sampai mau memasukkan pelakor dan sumber masalah dalam rumah tangganya. Memangnya dia pikir dia siapa, pemegang saham, staff eksekutif, atau penyokong dana di dalam perusahaan milik Monica.

"Orang tanpa kualifikasi khusus tidak bisa bekerja di perusahaanku," ucap Monica dengan tatapan tegas sekaligus jijik pada Sonia.

"Apa maksudmu berkata seperti itu. Kalau tidak punya kualifikasi khusus Sonia tidak mungkin bekerja di perusahaan besar milik Pak Yusuf," balas Widya.

"Aku sampai lupa kalau kualifikasi khususnya adalah menggoda suami orang, naik ranjang suami orang," ucap Monica.

Lalu dia tersenyum sinis memandang wajah Sonia yang sepertinya sedang marah itu. Monica kembali tersenyum sinis menatap wajah penggoda suami orang itu.

"Jaga ucapanmu, Monica," bela Widya.

"Upps, satu lagi aku sampai lupa, dia bahkan bisa meluluhkan hati mama mertua dari suami orang yang dia goda," lanjut Monica sambil melipat kedua tangannya.

Perseteruan semakin sengit karena Sonia tidak mau mengalah, dari awal Anton adalah miliknya. Lalu mereka bercerai dan bertemu lagi itu adalah suatu tanda kalau Tuhan masih ingin mereka bersama. Terbukti dengan Anton yang tidak menolak pesona dirinya, Anton juga masih mau memuaskan hasratnya bersama Sonia.

"Bilang saja kamu iri dengan kedekatan kami berdua. Kamu tidak bisa mengambil hati mertua makanya kamu cemburu padaku. Makanya jadi menantu jangan songong sama mertua," ucap Sonia kesal.

"Loh kok marah, tapi mereka bisa tinggal di rumh mewah itu berkat aku, makan enak juga berkat tunjangan yang aku berikan tiap bulan. Apa saat Anton menjadi suamimu, Ibu Widya yang terhormat itu bisa makan enak setiap hari?" ledek Monica.

Mendengar itu, Widya menjadi kesal dia melakukan drama agar Anton segera mengambil kepuusan. Monica terlalu berani dan dicap tidak menghormati mertua sama sekali. Dia sudah membuat hati Widya terluka.

"Anton, kalau kamu tega ibumu direndahkan seperti ini, teruslah berumah tangga dengan wanita busuk ini," ucap Widya.

"Tapi yang dikatakan Monica benar mah, mama bisa makan enak tiap hari menempati rumah bagus, itu semua berkat Monica. Sedangkan Sonia meninggalkan kita saat susah," balas Anton.

"Benar atau salah dia tidak berhak mengatakan itu pada orang lain. Dia tidak bisa menjaga marwah suami sendiri," Sahut Widya.

Monica mengibaskan rambutnya, lalu dia merangkul tangan Anton. Dia tersenyum menatap Sonia dengan tatapan jijik. Dia ingin menunjukkan kalau Monica adalah orang yang tidak bisa diganggu dengan mudah oleh orang rendahan seperti Sonia ini.

"Anton, ayo kita pulang. Atau aku akan menuntutmu dengan tuduhan perzinahan," ajak Monica.

"Jangan ancam anakku seperti itu. Anton kamu sebagai lelaki juga harus punya harga diri!" tegas Widya.

"Aku juga akan menuntut mertua dengan pasal mendukung pelakor yang merusak rumah tanggaku," ucap Monica sambil tersenyum.

Monica melepaskan rangkulan tangannya pada tangan Anton lalu berjalan menuju mobilnya. Doni mengikuti Monica ke mobilnya sendiri, dia lega kalau Monica tidak mudah ditindas, Doni tetap di situ untuk mendukung sahabatnya. Jika terjadi sesuatu dia bisa menjadi backingannya dan melapor pada polisi.

"Anton keputusan ada di tanganmu, aku tidak akan ikut campur. Tapi lebih baik cepat selesaikan masalah rumah tanggamu," nasihat Doni.

"Aku mengerti, mama lebih baik segera pulang," ucap Anton lalu pergi meninggalkan Widya.

Widya yang kena hasutan Sonia mengejar Anton yang akan masuk ke mobilnya. Dengan tujuan mereka ingin ikut menginap di rumah Anton dan Monica. Mereka terus merengek minta ikut hingga akhirnya mereka dipersilahkan masuk mobil karena malu dilihat banyak orang membuat keributan.

"Sial, Mereka kenapa tetap mengikuti Monica. Aku akan melindungi Monica dari jauh," umpat Doni dari dalam mobilnya.

Doni mengambil ponselnya dan menghubungi Pak Manto selaku orang tua Monica. Dia menceritakan detail masalah yang Monica Alami hari ini. Pak Manto memeng sudah menduga akan terjadi hal seperti ini. Sonia itu wanita licik, akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya.

"Terima kasih telah menghubungiku, Doni," jawab Pak Manto.

"Aku masih mengikuti mobil Monica takut terjadi hal yang tidak diinginkan," ucap Doni.

"Kamu wakili aku menjaga Monica di jalan ya," pinta Pak Manto.

"Baik om," jawab Doni tegas.

***

Monica dan rombongan sudah sampai rumah tinggal mereka. Sonia mengumpat kesal karena melihat rumah mewah tiga lantai yang ditinggali Anton dan Monica, semua peralatannya canggih dan modern. Sonia semakin ingin menguasai Anton dan ingin merebut apa yang Monica punya.

"Apa Sonia baru pertama kali menginjakkan kaki ke rumah orang kaya seperti ini?" ledek Monica. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang