BAB 4 Jangan ada Noda di pernikahan kita

539 8 0
                                    


Sonia yang terus menelpon Anton, dia melihat ponselnya lalu melirik ke arah Monica yang sudah tertidur lelap di sampingnya sebelum mengangkat telepon dari Sonia. Dia turun dari ranjang dan agak menjauh dari Monica sebelum benar-benar berbicara dengan Sonia dari balik telepon.

"Ada apa malam begini menelponku?" tanya Anton.

"Aku takut karena kamu marah tadi, aku minta maaf ya," jawab Sonia dengan nada manja.

"Lain kali jangan lakukan itu lagi, Monica tetap istriku yang sah dan aku mencintainya," ucap Anton dengan nada tegas. Dia tidak ingin pernikahan dengan Monica juga gagal seperti saat dia menikah dengan Sonia dahulu.

"Kamu mencintainya tapi kamu bermain denganku," balas Sonia lagi-lagi dengan kata manja.

"Heh, aku bermain denganmu itu hanya untuk menyenangkanmu saja. Kamu masih ingat 'kan bagaimana kamu membuangku dahulu?" tanya Anton mengingatkan masa lalu.

Sonia kaget dengan ucapan Anton, dia mencoba mengingat semuanya. Saat menikah dengan Anton dulu mereka masih miskin bahkan saat sudah mengarungi bahtera rumah tangga selama dua tahun lamanya mereka masih miskin dan belum dikaruniai seorang anak. Sonia yang lelah memilih menggugat cerai Anton. Dia bekerja di sebuah perusahaan besar dengan menggoda salah seorang petinggi di perusahaan itu.

"Anton semua itu sudah lama berlalu. Kita bertemu lagi itu karena sebuah takdir," ucap Sonia.

"Tapi semuanya tidak sama seperti dahulu," balas Anton.

Anton menutup teleponnya lalu pergi ke ranjang dan memeluk istrinya. Dia mencumbui sang istri dan ingin memuaskannya tapi entah kenapa tenanganya seperti terkuras habis, alhasil dia tidur kembali sampai esok pagi.

***

"Aroma masakan ini harum sekali," ucap Anton yang sudah bangun untuk sahur.

"Aku sengaja memasak menu ayam gingseng agar staminamu kembali prima," jawab Monica.

Anton memeluk Monica, dia malu karena tidak bisa memuaskannya. Padahal dia bisa menikmati hidup enak seperti ini berkat Monica. Dia menciumi Monica dengan lembut dan rasa bersalah.

"Maafkan aku yang akhir-akhir ini tidak bisa memuaskanmu," ucap Anton.

"Kamu hanya kelelahan, pekerjaan banyak dan saat ini bulan puasa," balas Monica tanpa rasa curiga, dia menyajikan menu sahur dengan gembira seperti biasa.

"Terima kasih sudah mengerti aku, istriku," ucap Anton.

Mereka sahur bersama, seperti biasa sambil membicarakan pekerjaan Anton di perusahaan. Monica terus memantau perkembangan perusahaannya melalui Anton. Tapi kali ini Anton terlihat tidak fokus karena mamainkan ponselnya saat berbicara dengan Monica.

"Mas, apa di ponselmu ada yang penting, kita sedang berbicara serius loh," tegur Monica.

"Ah, maafkan aku, itu aku membalas pesan dari perusahaan Pak Yusuf," jawab Anton gelagapan lalu meletakkan ponselnya.

"Dari perusahaan Pak Yusuf, kenapa tidak tahu aturan padahal ini adalah waktunya orang sahur?" tanya Monica dengan nada penuh tekanan.

Anton terlihat gelagapan menanggapi pertanyaan istrinya. Dia memang sedang tidak membahas soal perusahaan tapi membalas chat dari Sonia, gundik yang sedang ia pelihara saat ini. Monica wanita yang cerdas bagaimana dia bisa menipunya.

"Chat itu sudah dari sore tadi, tapi 'kan aku baru buka ponsel, jadi aku baru membalasnya," ucap Anton mencari alasan.

"Kamu tidak seperti biasanya, mas. Jangan sampai aku menemukan kalau kamu selingkuh di belakangku!" tegas Monica yang mulai curiga, pertama suaminya selalu loyo diatas ranjang, kedua kini dia mulai tidak fokus saat bersamanya dan sibuk dengan ponselnya.

Anton menjadi pucat wajahnya, dia tidak ingin kalau Monica mengetahui hubungan terlarangnya dengan Sonia. Bisa gawat kalau sampai ketahuan, dia mungkin akan diceraikan tanpa membawa sepeserpun harta karena mereka sudah melakukan perjanjian pra nikah sebelumnya.

"Istriku, aku tidak akan menodai pernikahan kita, cukup sekali saja aku gagal menikah," ucap Anton.

"Aku percaya padamu saat ini, tapi ingat tidak ada lain kali, banyak lelaki kaya dan mapan yang menginginkan aku menjadi istrinya, tapi saat itu aku memilih kamu," balas Monica mengingatkan Anton. Monica juga memperjelas darimana asal usul Anton, yakni dari karyawan kepercayaan papanya, jika dia berkhianat dia tidak akan menikmati lagi kekayaan yang saat ini dia rasakan.

Anton berdiri dan memeluk Monica, dia tidak ingin kehilangan Monica, dia merasa bersalah saat ini telah bermain api di belakang Monica, tapi lambat laun mungkin permainannya akan mencuat ke permukaan ibarat pepatah sebuah bangkai kalau ditutupi akan tercium juga.

"Istriku tercinta, aku janji padamu, aku akan setia dalam pernikahan ini," ucap Anton.

"Aku percaya padamu, mas. Pesanku hanya satu, jangan berkhianat," balas Monica.

"Aku tidak dapat menolerir itu, pasti perpisahan adalah jalan satu-satunya," imbuh Monica.

Anton memeluk erat Monica sekali lagi, dia mencoba untuk mencumbui Monica lagi. Kali ini dia begitu kuat memuaskan Monica berkat menu makanan berbumbu gingseng yang Monica masak. Alhasil mereka harus mandi keramas sebelum adzan subuh berkumandang untuk menjalankan ibadah puasa sehari nanti.

"Dingin sekali," ucap Monica saat keluar dari kamar mandi, tubuhnya menggigil saat selesai mandi wajib.

"Sayangku minumlah the jahe ini agar kamu tidak kedinginan," sahut Anton yang gercep membuat teh hitam, jahe dan sereh untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan.

"Terima kasih, kamu memang paling pengertian," balas Monica.

"Kamu adalah istriku jadi aku harus perhatian padamu," ucap Anton.

Selepas subuh mereka bersiap-siap menuju perusahaan bersama, hari ini jadwal Monica ke perusahaan untuk mengecek para pegawainya. Dia sudah membaca laporan adminitrasi dan keuangan di tabletnya. Dia tampak serius kalau bekerja, selama ini walau dia mempercayai Anton sebagai pemimpin perusahaan tetap dia yang memeriksa jalannya perusahaan. Dia tidak mau tertipu oleh paras lelaki yang tampan. Kalau dia percaya begitu saja pada Anton, dia akan kehilangan semuanya.

"Sayang, bagaimana kalau kamu hari ini istirahat di rumah saja, kamu kelelahan loh," bujuk Anton, kalau Monica ikut ke perusahaan dia takut kalau saat bertemu dengan Sonia nanti tidak bisa menahan hasratnya. Padahal dia sudah berjanji setiap pagi akan mengantar Sonia pergi ke perusahaan dan menjemputnya lagi saat pulang. Itulah kenapa dia selalu telat pulang akhir-akhir ini.

"Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu di belakangku?" tanya Monica.

"Tidak ada, hanya aku merasa kamu kecapekan saat melayaniku tadi," jawab Anton.

"Kamu tidak seperti biasanya, apa kamu sedang berselingkuh dengan sekretarismu, atau salah satu wanita di perusahaan?" tanya Monica tegas, hal seperti ini sudah biasa terjadi di kalangan pebisnis bukan.

Anton mengehmbuskan nafasnya kasar, harus bagaimana dia menjawab, beruntung sekali gundik yang ia pelihara bukan berada di perusahaan itu.

"Monica, aku mana mungkin mengkhianati kamu," ucap Anton meyakinkan Monica dengan mimic wajahnya yang serius.

"Kalau begitu kenapa kamu melarangku pergi ke perusahaan hari ini?" tanya Monica.

"Aku rasa kalau kamu tidak menyembunyikan sesuatu kamu tidak boleh takut!" tegas Monica.

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang