BAB 5 Anton Mari Kita Bercerai

688 14 0
                                    


Anton terlihat sangat gelagapan dan tidak biasanya, menimbulkan curiga sang istri. Anton mencoba mengatur nafasnya agar tidak terlihat seperti orang yang sedang berbohong dan dia menjadi tenang.

"Istriku, kenapa kamu tidak percaya padaku, sih. Ini murni aku tidak ingin kamu sakit," ucap Anton.

"Aku bisa istirahat di ruang pribadiku di kantor," balas Monica.

"Baiklah, tapi nanti kalau kamu kecapean dan butuh istirahat aku akan mengantarmu pulang," sahut Anton.

"Aku tidak selemah itu, Anton," bantah Monica.

Ya, Monica adalah wanita yang keras kepala, dan sudah di atur, tapi semua itu menjadikan dia bisa membangun sebuah perusahaan besar. Bahkan mungkin Anton jika tidak mempunyai istri sepertinya tidak akan sesukses ini. Mempunyai banyak kolega bisnis, membawa mobil mahal ke kantor dan juga menikmati kekayaan yang selama ini tidak pernah dia bayangkan. Ironi sekali dia berselingkuh dengan wanita yang dulu pernah membuangnya.

"Ayo kita berangkat," ajak Monica yang sudah siap. "Jangan batalkan puasa kita dengan sesuatu yang tidak penting," imbuh Monica sambil mengambil tasnya dan berjalan menuju mobilnya.

"Huft, hari ini aku tidak aman," keluh Anton dalam hatinya, dia menyambar kunci mobilnya dan menyusul Monica.

Mereka berangkat ke kantor bersama. Hari ini dia tidak menjemput dan mengantar Sonia seperti biasanya, membuat Sonia marah dan langsung menuju perusahaan Anton. Dia membuat onar di ruang resepsionis, memang dia benar-benar cari mati.

***

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Monica dengan tegas. Di sampingnya ada Anton yang hanya diam saja. Jantungnya sudah berdebar kencang saat berhadapan dengan Sonia dan Monica dalam waktu bersamaan. Apakah dia akan ketahuan dan kekayaan yang ia nikmati akan berakhir hari ini juga.

"Aku mencari Pak Anton, tidak ada urusan denganmu!" ucap Sonia ketus.

"Bicara saja di sini, aku adalah istrinya sekaligus pemilik saham terbesar di sini. Ada apa kamu mencari suamiku?" tanya Monica sudah tidak bisa lembut lagi. Padahal dia sedang berpuasa hari ini tapi dia harus berhadapan dengan wanita gatal seperti ini.

Anton mengode Sonia supaya tidak membuat onar dengan mengedipkan matanya. Anton juga menepuk pundak Monica seraya membisikkan sesuatu. Dia tidak mau Sonia yang bodoh itu mengacaukan segalanya.

"Istriku, dia adalah anak buah Pak Yusuf, mungkin dia ingin membicarakan kerja sama dengan perusahaan yang sedang kita jalani," ucap Anton.

"Oh, hanya karyawan biasa tapi lagaknya sudah mirip bos," cela Monica.

"Cih, awas saja aku akan merebut semua yang kamu miliki," gumamnya dalam hati.

"Sudahlah istriku, mungkin gayanya dia memang seperti itu," balas Anton.

"Bilang sama Pak Yusuf ganti saja penanggung jawab proyeknya, atau kontrak kerja sama di batalkan. Aku akan menghubungi Pak Yusuf sekarang," ucap Monica.

Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Pak Yusuf, tapi sayang ponselnya tidak tersambung. Monica meminta satpam mengusir Sonia karena tidak ada kepentingan di perusahaannya. Ini adalah peringatan untuk Anton agar tidak main di belakang Monica dan mengingatkan Anton kalau Monica memiliki kuasa penuh atas perusahaan ini.

"Anton, tolong aku. Aku masih ada urusan denganmu!" tegas Sonia.

"Pergi saja kalau kamu ingin aku pecat dari perusahaan ini," bisik Monica dia mengancam Anton karena walaupun dia suaminya. Untuk menekan suaminya agar tidak bertindak macam-macam memang harus seperti ini.

Anton diam saja dan mengikuti Monica berjalan menuju ruangannya. Tidak ada ucapan yang terlontar dari bibir Monica untuk Anton dia langsung memanggil semua karyawan termasuk HRD. Hari ini juga Monica mengganti beberapa orang dari divisi, orang-orang kepercayaan Anton semua di pindah ke cabang dan diturunkan jabatannya. Ini untuk mengantisipasi tidak ada pengkhianat di perusahaan yang sudah susah payah dia bangun dari nol sebelum Anton datang.

"Hari ini begitu melelahkan," keluh monica lalu menyandarkan punggungnya di kursi.

"Sayang, apa kamu tidak percaya padaku, sehingga orang-orangku kamu pindah tugaskan," ucap Anton lalu membantu Monica mengelap peluh yang keluar dari wajahnya.

"Aku hanya ingin memperkuat posisiku. Perusahaan ini aku bangun dengan susah payah. Kamu hanya menjalankan saja," ucap Monica.

"Lalu wanita tadi, apakah dia alasanmu agar aku tidak berangkat ke perusahaan?" tanya Monica dengan sorot mata tajam.

Anton menggelengkan kepalanya, dia memutar balikkan fakta kalau dia Sonia anak buah dari Pak Yusuf itu yang menggodanya. Dia menggunakan Sonia sekretarisnya untuk mendapatkan proyek kerja sama dengan perusahaan mereka.

"Begitu ceritanya, Monica," ucap Anton.

"Oh, kalau begitu proyek kerja samanya dibatalkan saja. Aku tidak mau mahligai rumah tanggaku ternodai," balas Monica.

Monica masih kesal dengan Anton, dia keluar dari ruangan kerjanya lalu mengajak dua pengawal dan sekretarisnya mengunjungi perusahaan Pak Yusuf tanpa sepengetahuan Anton.

Dia hanya ingin memastikan kalau apa yang dikatakan Anton ini adalah benar. Jangan sampai kepercayaannya terhadap suaminya sendiri luntur.

***

"Ibu Monica, selamat datang," sapa Pak Yusuf dengan hormat.

"Tidak usah basa basi Pak, saya ke sini hanya untuk membatalkan proyek kerja sama antar perusahaan kita," ucap Monica tegas.

"Kamu harus membayar ganti rugi atas gagalnya proyek ini, cih, tidak tahu aturan saja. Kerja sama sudah berjalan main batalkan saja," cela Sonia yang membenci Monica.

Monica menatap tajam Sonia yang berbicara tidak sopan itu. Apakah dia bangga bisa menggunakan tubuhnya itu untuk menggoda Anton dan mendapatkan proyek kerja sama. Tapi dia adalah wanita yang bodoh dan tidak tahu siapa yang dia hadapi.

"Sonia, kenapa kamu bisa lancang terhadap tamu besar kita," ucap Pak Yusuf.

"Pak, dia hanya cemburu saja padaku karena suaminya dekat denganku karena proyek itu, lagipula dia tidak pernah mengurus bisnis apa yang dia tahu tentang perusahaan!" tegas Sonia.

Plak! Monica berdiri dan menampar Sonia dengan keras karena sudah kelewatan. Wanita bodoh di depannya ini memang sudah tidak tahu lagi batasan. Memang pantas mendapatkan tamparan keras agar dia sadar.

"Ibu Monica, tolong sabar," bujuk Pak Yusuf.

"Aku akan mengadu pada Anton, karena istrinya telah membuat onar di perusahaan yang dia ajak kerja sama," ancam Sonia lalu mengambil ponselnya.

"Sonia!" bentak Pak yusuf karena malu.

"Telepon saja, karena sebentar lagi posisi CEO yang dijabat Anton selama ini akan aku ganti!" tegas Monica.

"Memangnya kamu punya hak apa?" tanya Sonia kasar.

"Punya hak apa aku di perusahaan, kamu akan segera tahu," jawab Monica ketus.

"Hari ini juga kamu saya pecat!" seru Pak Yusuf.

"A-pa?" tanya Sonia sampai mengaga, ponselnya terjatuh ke lantai dan Monica melihat tulisan nama suaminya di ponsel Sonia. Lalu di memungutnya dan menempelkannya di telinga.

"Anton, mari kita bercerai!" seru Monica lalu mengembalikan ponsel pada Sonia.

Pak Yusuf mencoba untuk mengejar Monica yang masih emosi itu. Dia tidak ingin kehilangan kerja sama dengan perusahaan besar itu. Tapi sepertinya nasi sudah menjadi bubur. Dia sudah merasa kecewa dengan keadaan ini. Wanita bernama Sonia, suaminya yang sudah berubah semenjak menjalin kerja sama dengan perusahaan Pak Yusuf, mulai hari ini dia menjadi benci dengan yang namanya bukber atau buka bersama kecuali dengan keluarganya sendiri.

"Ibu Monica, tunggu!" seru Pak Yusuf.

"Ada apa lagi Pak Yusuf, bisakah kita tunda pembicaraan kerja sama perusahaan kita?" tanya Monica dengan derai air mata. 

Note : Karya ini ada di klakik, karya karsa di sana babnya sudah banyak. Terima kasih

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang