BAB 29 Jodoh Belum Usai

178 5 0
                                    


Widya gemetaran lututnya mendengar ucapan dari sang putra. Kenapa tega putra satu-satunya yang ia banggakan berkata seperti itu. Apakah selama ini Anton lupa siapa yang telah membesarkannya, begitulah pikiran yang ada dibenak Widya.

"Kamu anak lelaki, sampai mati menjadi tanggung jawab ibumu," teriak Sonia.

"Cih, jangan banyak omong kamu, apa kamu lupa dulu yang meninggalkan aku demi menjadi simpanan pria kaya itu siapa," balas Anton.

"Aku hanya memberikan kamu waktu agar tanggung jawab mencari nafkah buat keluarga kita," kilah Sonia.

Anton menertawakan Sonia yang berkilah seperti itu. Padahal sudah jelas waktu itu dia menghinanya sebagai pria miskin dan tidak bisa membuatnya memiliki segala sesuatu yang dia inginkan. Anton menatap kejam ke arah Sonia yang berani mengusik rumah tangganya.

"Anton, kamu lupa siapa yang membesarkanmu. Kalau ibu tidak pantas menjadi orang tua kamu pasti tidak akan bisa mempunyai perusahaan besar seperti sekarang ini," balas Widya.

"Halu sekali, perusahaan besar milik Pak Manto. Ibu Monica hanya mewarisinya dan Pak Manto percaya pada Anton untuk menjadi pendamping putrinya meneruskan perusahaan. Jadi jangan bicara sembarangan!" seru Asisten Santi.

Para tetangga dan wartawan yang ada saling berbisik. Benar juga yang dikatakan oleh asisten Santi semua itu benar. Perusahaan besar yang diklam oleh keluarga Anton itu sejatinya milik pihak perempuan tidak pantas keluarga lelaki menginginkan barang yang bukan miliknya seperti itu. Apalagi sampai memusuhi menantunya.

"Sudahlah mama, kalau mau minta maaf masih ada waktu," ucap Anton.

"Minta maaf sama siapa? Apa aku juga harus minta maaf pada istrimu yang durhaka itu?" tanya Nina.

"Kalau nenek tidak mau aku tidak memaksa. Padahal kalau mau hidup enak 'kan tinggal minta maaf," balas Anton.

"Aku tidak sudi minta maaf pada perempuan iblis seperti itu," jawab Nina sambil melengos.

Widya menghampiri Monica, dia menangis dan minta maaf kepadanya. Dia berjanji tidak akan bertindak kurang ajar dan keji terhadapnya lagi. Semua ini dia lakukan untuk mendapatkan hidup enak kembali. belum tentu kalau Sonia menjadi menantunya dia akan hidup enak seperti ini lagi.

"Aku sudah memaafkan mama, tapi sementara ini mama tidak bisa tinggal di rumah ini lagi. Aku takut mama akan terhasut lagi sama wanita jalang itu," ucap Monica.

"Baiklah, sementara mama akan tinggal di rumah lama," balas Widya.

"Ma, terima kasih sudah mendengarkan Anton. Barang mama dan nenek sudah dikirim ke rumah lama. Anton pulang dulu ya, Ma," ucap Anton.

Widya mengangguk, dia melambaikan tangannya kea rah anak dan menantunya itu. Dia tersenyum tidak jadi hidup melarat lagi. Tapi Nina dan Sonia seakan tidak setuju dengan sikap Widya yang seperti itu.

"Kamu jangan lembek, Widya!" seru Nina.

"Ibu, aku punya rencana sendiri. Jadi tolong dukung saja aku," balas Widya.

"Tante, bagaimana nasibku? Anton sudah berkali-kali meniduriku saat sudah beristri Monica. Itu benar-benar menandakan dia masih mencintaiku 'kan?" tanya Sonia.

Widya mengelus rambut Sonia yang tampak memelas itu. Dia tahu bagaiamna perasaan Sonia saat ini, sudah cerai dan bertemu lagi itu tandanya jodoh belum usai. Apalagi Anton masih mau bersentuhan dengan Sonia mantan istrinya. Pasti di dalam hati kecil Anton masih mencintai Sonia, sayang sekali sekarang dia sudah beristri Monica yang kaya raya.

"Jangan khawatir sayang, mama tahu jodoh kalian belum usai," ucap Widya sambil tersenyum.

"Maksud Tante?" tanya Sonia.

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang