Bab 66 Jika Salah Ditegur

120 5 0
                                    


Widya berhenti menangis, tentu saja jawabannya adalah memaki keluarga suami dan memutus semua hubungan dengan keluarga suami.

"Aku akan menceraikan ayahmu, tidak tahu diri sekali," ucap Widya.

"Sama juga dengan Monica, dia sudah memberi kita kehidupan yang layak, lalu mama dan nenek berpihak pada Sonia, masih juga terus menyalahkannya, dia juga wanita sama seperti mama yang mempunyai perasaan," ucap Anton.

Widya terdiam sejenak, mungkin dia sudah salah selama ini karena membela Sonia, tapi tetap saja dia seorang mertua yang ingin dihormati oleh menantunya. Dia ingin semua yang diucapkan diiyakan oleh menantunya seperti para mertua pada umumnya.

"Aku ini orang tua yang melahirkanmu, sampai kapanpun akan menjadi surgamu, istrimu harus tunduk pada aturanku," ucap Widya.

"Tapi yang mempunyai harta adalah Monica, harusnya mama bersyukur ada orang kaya bermartabat, berkuasa yang mau menerima keluarga kita yang miskin," balas Anton.

Wanita setengah baya itu diam, memang benar apa yang dikatakan oleh Anton, orang yang dahulu meremehakan widya, saat Anton mendapatkan keluarga kaya, semua keluarganya langsung menjilat mereka, berbuat baik pada mereka, minta tolong pada mereka. Tidak seperti dahulu yang selalu memandang mereka sebelah mata.

"Anton, kamu seorang lelaki. Jangan terlalu tunduk pada perempuan," ucap Widya.

"Kalau mama tidak mau berbuat baik pada Monica, mungkin akan bernasib sama dengan nenek, berakhir di rumah sakit jiwa," ancam Anton.

"Kamu tega menjebloskan mama ke rumah sakit jiwa?" tanya Widya kaget.

"Kalau tidak mau diatur dan maunya menang sendiri, mau dimengerti dan tidak mau mengerti orang lain, aku tega melakukan itu," ucap Anton.

"Bukannya aku terlalu tunduk pada Monica, tapi aku ini cukup sadar diri siapa yang telah membawaku ke kehidupan mewah seperti sekarang ini," imbuh Anton.

Anton sengaja menegaskan hal semacam ini pada Widya, agar dia tidak lupa kemewahan yang dia miliki sekarang ini asalnya dari mana. Dia bisa beli ini dan itu uang dari mana, tinggal di rumah mewah walau sekarang tidak lagi, itu semua karena perbuatannya sendiri. Mungkin dari pihak Monica sudah lelah, tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Widya dan Nina, memberikan pelajaran yang membuat kapok harus dilakukan.

"Ta-pi wanita harus menuruti perintah suaminya," ucap Widya terbata.

"Selama ini, Monica selalu menurutiku. Sekarang Anton tanya pada mama, apakah mama selalu menuruti perintah dari Ayah, selama ini aku selalu melihat mama membangkah pada Ayah," ucap Anton.

"Ayahmu tidak memberikan nafkah yang layak, makanya mama membangkang," balas Widya.

"Jangan banyak alasan. Sebelum menasehati lebih baik memberikan contoh lebih dulu, jangan hanya bisa banyak omong ngajarin anak," jawab Anton.

Widya malu dengan tingkahnya sendiri, memang dia bukan ibu yang bisa dijadikan panutan oleh anak-anaknya. Dia selalu membangkang dengan Pak Hasan suaminya, apalagi Nina selalu ikut campur rumah tangganya, Widya selalu bertengkar dan tidak mengindahkan perintah, nasehat yang diberikan oleh Pak Hasan selama ini.

"Anton, kamu ini anak kemarin sore, kenapa begitu tajam bicara kepada ibumu," bentak Widya.

"Kalau aku anak kemarin sore tidak bisa bicara dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan buruk," balas Anton.

"Ingat Anton siapa yang mengajarimu bicara, kamu membantah ibu yang susah payah membesarkanmu," ucap Widya.

"Aku tidak lupa akan jasa mama, tapi aku tidak bisa diam ketika mama berbuat tidak baik di depan mataku, daripada orang lain yang menegur lebih baik aku, anakmu sendiri," balas Anton.

Akan menyakitkan kalau orang lain yang mengingatkan, akhirnyan adu debat karena tersinggung dan bertengkar karenanya.

Anton sudah cukup sabar selama ini, dia berterima kasih karena keluarganya tetap membelanya saat melakukan kesalahan, tapi itu tidak benar karena justru akan membuat dia semakin terperosok ke jurang kehancuran.

Bukannya semakin baik akan semakin memburuk kehidupan yang dijalani oleh Anton jika kesalahan yang dilakukan tetap dibela oleh keluarga besar.

"Kamu menyakti hati mama, Anton," ucap Widya sambil pura-pura tersakiti. Dia yakin kalau dia menangis Anton akan bersimpati dan tidak lagi melontarkan kata-kata seolah Widya salah.

"Tidak usah merasa paling tersakiti, mama ini seharusnya bisa melihat sisi baik dan buruk karena sudah mempunyai pengalaman hidup yang melebihi Anton," balas Anton.

"Kamu tidak lagi menghormati ibumu demi seorang wanita, ingat, ya, seorang lelaki meski sudah menikah tetap surganya ada pada ibu," ucap Widya.

"Aku paham itu dengan baik, tapi kalau surganya tidak baik ya harus diingatkan," balas Anton.

Anton pergi meninggalkan mamanya sendirian di rumah mewah milik Monica, dia ke atas ke kamarnya menemui Monica, dia sadar kalau terus bersama mamanya tidak akan menemukan titik temu, yang ada adu debat semakin panjang.

Pak Manto turun dari tangga, entah dia ingin kemana, hal itu membuat Widya takut, dia menggigil ketakutan melihat Pak Manto yang menatap bengis ke arahnya.

***

"Mau apa, Anda?" ucap Widya sembari ketakutan.

"Ini rumah anakku yang aku bangun dengan uangku, mau kemanapun dan mau apapun aku di rumah ini, terserah aku," jawab Pak Manto.

"Kalau kamu, memangnya dari pihak lelaki ngasih modal apa untuk rumah tangga ini," lanjut Pak Manton.

"Ngasih modal burung doang 'kan," imbuh Pak Manto.

Nyali Widya ciut, dia tidak berani membantah karena memang dia tidak membantu apapun dalam rumah tangga anaknya, Anton bisa dibilang mukondo dalam rumah tangganya. Semua biaya dari pihak perempuan semua.

"Walau hanya modal burung doang, tapi anak Anda menyukainya, buktinya dia hamil," ucap Widya.

"Hahaha ... Kamu sangat bangga sekali cuma modal burung doang," balas Pak Manto.

"Sudah Cuma modal burung saja, kamu masih tega minta ini itu pada putriku, rumah, uang belanja, dan semua yang kamu inginkan, dasar tidak tahu malu," imbuh Pak Manto.

"Kalau mau sama anakku, ya harus mau dengan ibu dan keluarganya juga," ucap Widya tidak mau harga dirinya diinjak-injak.

"Kamu kalau mau harta dan kenikmatan fasilitas milikku juga harus mau dengan putriku, dasar tidak tahu malu, menginginkan uang putriku tapi kamu menyakiti putriku," balas Pak Manto.

Widya memang tidak tahu malu, dia terus membantah Pak Manto. Tapi Pak Manto tidak kehilangan akal, dia mengancam Widya akan menuntut hak di pengadilan, selama ini Anton tidak menafkahi putrinya dengan baik, keluarganya selalu mengambil hak Monica secara paksa, tak cukup sampai di situ, mereka ingin menguasai harta Monica dan bersikap seenaknya kepada Monica.

"Kamu ingin Anton menikah kembali dengan Sonia mantan istrinya padahal masih mempunyai istri, itu tandanya kamu mendukung anakmu berzina, bukti sudah banyak aku bisa menjebloskanmu ke penjara beserta seluruh keluargamu," ancam Pak Manto.

"Kamu tidak bisa melakukan itu," ucap Widya.

"Kenapa tidak bisa, semua bukti sudah ada loh," balas Pak Manto sambil tertawa jahat. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang