Bab 56 Kamu tidak akan bahagia kalau tidak bersamaku

196 1 0
                                    


Pak Yusuf menatap Pak Manto dengan tatapan bengis, kenapa pria tua itu seolah merendahkan Sonia.

"Tentu saja aku yakin. Sonia juga tidak bodoh-bodoh amat. Dia pekerja yang cerdas, berpendidikan dan tahu caranya mengelola bisnis," jawab Pak Yusuf.

"Kalau begitu, Sinta, lepaskan lelaki yang telah mencampakanmu ini. Kamu dan anak-anak berhak bahagia," ucap Pak Manto.

Bu Sinta mengangguk, walau hatinya sakit, memang sudah saatnya untuk melepaskan Pak Yusuf yang begitu dia cintai sepanjang hidup ini.

"Aku rela, berpisah denganmu, aku sudah mengurus surat ke pengadilan. Aku harap kamu tidak mempersulitku untuk lepas denganmu," ucap Bu Sinta.

"Kalau begitu, aku akan minta hak asuh anak dan aku juga tidak mau membagi harta gono gini," balas Pak Yusuf.

"Lakukanlah selagi kamu bisa," ucap Bu Sinta.

Pak Yusuf berdiri, dia menatap penuh kebencian dengan Bu Sinta. apa yang dia inginkan hari ini tidak terpenuhi. Padahal sebenarnya dia masih ingin bersama dengan sang istri, berkata menginginkan hak asuh anak dan tidak mau membagi harta gono gini berharap Bu Sinta akan menahannya untuk pergi, tapi ternyata kenyataan berkata lain. Bu Sinta sudah tidak bisa menarik kata-katanya lagi, Bu Sinta tetap menginginkan perpisahan.

"Jangan menyesal kalau itu sudah keputusanmu," ucap Pak yusuf.

"Aku tidak akan menyesal, aku akan hidup lebih bahagia tanpamu," balas Bu Sinta.

"Kamu tidak akan bisa bahagia kalau tidak bersamaku," ucap Pak Yusuf.

"Pergilah Yusuf, mungkin wanita yang sedang kamu cintai saat ini sedang menunggumu dengan cemas karena menemuiku. Mungkin saja wanita itu galau karena beranggapan kamu memadu kasih lagi denganku saat ini," ledek Bu Sinta.

"Sonia bukan wanita seperti itu, dia tulus mencintaiku," ucap Pak Yusuf.

"Lebih tepatnya mencintai uang dan perusahaanmu, kalau kamu hanya lelaki tua yang tidak punya harta, wanita seperti Sonia tidak akan pernah mendekatimu apalagi naik ranjangmu," balas Bu Sinta.

Pak Yusuf pergi dengan hati yang panas, tidak mungkin seorang Sonia yang lemah lembut di matanya tidak bisa melebihi Sinta. Sonia dimata Pak Yusuf seorang wanita yang nurut dengan lekaki, tidak kasar, manis dan istri yang baik.

"Aku akan buktikan kalau Sonia bisa mengembangkan perusahaan melebihi Sinta," gumam Pak Yusuf sambil berjalan.

***

Air mata Bu Sinta menetes dengan deras, berulang kali dia menyeka air matanya, sebenarnya dia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan teman-temannya.

"Menangislah, jangan ditahan," ucap Monica.

"Aku bersumpah, akan hidup bahagia setelah melepas Yusuf," ucap Bu Sinta.

"Sinta, aku yakin kamu akan berjaya melebihi kekayaan Yusuf," ucap Pak Manto.

Bu Sinta mengangguk, lalu mereka berdiskusi mengenai apa yang sebaiknya Bu Sinta lakukan kedepannya. Mengingat dia tidak memiliki suami lagi dan harus menghidupi dua anak yang masih bersekolah. Mereka harus mewujudkan mimpi walau ayah mereka memilih bercerai dan menikahi wanita lain.

"Bu Sinta, bukannya sudah memiliki butik baju dan beberapa toko aksesoris wantia?" tanya Monica.

"Aku dengar juga Bu Sinta memiliki salon?" tanya Anton.

"Bukan beberapa toko aksesori, tapi hanya satu, salon dan butik juga satu ruko," jawab Bu Sinta.

"Aku mendirikan itu semua untuk berjaga-jaga kalau Yusuf akan meninggalkanku demi wanita lain," imbuh Bu Sinta.

"Siapa sangka, hal yang aku lakukan di kala waktu senggang sekarang akan menjadi mata pencaharianku," ucap Bu Sinta lagi.

"Kedepannya aku akan menjadi pelanggan salonmu, aku juga akan merekomendasikan salon Bu Sinta kepada teman-temanku," ucap Monica.

Ketiga teman Bu Sinta juga melakukan hal yang sama, mereka akan menjadi pelanggan salon Bu Sinta dan akan merekomendasikan kepada saudara, tetangga dan teman-teman mereka lainnya. Monica juga akan membantu promosi di media sosial, agar semakin terkenal salon milik Bu Sinta ini, karena jaman sekarang media sosial paling ampuh diigunakan untuk promosi.

"Terima kasih teman-teman aku jadi terharu," ucap Bu Sinta.

"Sekarang sudah malam, aku dan istriku butuh waktu untuk istirahat. Apalagi istriku sedang hamil," ucap Anton.

"Bilang saja kamu sedang ingin berduaan saja dengan istrimu," ledek Bu Sinta.

"Memang iya," balas Anton bersemangat.

"Kalau begitu, aku tidak mengganggu kalian lagi. Terima kasih, ya, Anton dan Monica," ucap Bu Sinta.

"Sama-sama jangan sungkan untuk datang ke rumahku, aku sudah menganggap Bu Sinta sebagai ibuku sendiri," balas Monica.

"Kamu anak yang manis, aku akan sering mengunjungimu, ceritalah kalau suamimu ini selingkuh lagi. Ibu akan turun tangan untuk memotong burungnya," goda Bu Sinta.

Semua orang tertawa, tapi Anton malah reflek menutup kedua celah pahanya karena ngilu mendengar apa yang diucapkan oleh Bu Sinta, kalau dia kehilangan asset berharganya, dia tidak bisa memuaskan Monica selamanya.

"Jangan lakukan itu, aku tidak bisa memberikan kenikmatan kalau barang berhargaku hilang," ucap Anton.

"Kalau kamu selingkuh lagi, aku akan memotongnya," balas Monica.

"Kamu sedang hamil Monica, jangan berkata sembarangan," ucap Anton.

"Jangan cemas seperti itu, emang itu yang kamu punya 'kan. Makanya jangan coba-coba selingkuh lagi," balas Monica.

Lagi-lagi semua orang yang ada di ruangan itu tertawa melihat tingkah laku Anton yang menggelikan, dia lucu, pernah melakukan kesalahan tapi sekarang dia ketakutan sendiri. Memang seharusnya Anton tahu diri, juga tidak lupa darimana dia berasal. Monica yang dengan tulus meninggikan derajatnya seharusnya tidak tega menyakitinya.

"Sudahlah, kami pulang dulu, ya. Pak Manto dan keluarga," ucap Bu Sinta.

"Hati-hati di jalan," balas Pak Manto.

"Ayah, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Monica.

"Tidak usah, kamu lebih baik ke kamar bersama suamimu, sepertinya dia sudah tidak tahan untuk bermesraan denganmu," goda Pak Manto.

"Ih, Ayah ini kenapa meledekku seperti itu, biarkan dia menunggu beberapa menit karena aku sedang mengantar Ayah," balas Monica.

"Hahaha ... Kamu lucu sekali," ucap Pak Manto.

Pak Manto senang menantunya sudah berubah, dia berubah karena ada anak dikandungan Monica. Baguslah, daripada nanti cucunya lahir tanpa ayah lebih baik mereka rujuk, Anton bukan tipe lelaki yang gampang tergoda, entah pelet apa yang digunakan oleh Sonia sehingga lelaki yang pernah ia sakiti itu bertekuk lutut padanya.

"Putriku, sampai sini saja. Kembalilah ke suamimu," ucap Pak Manto.

"Baiklah," balas Monica.

"Putriku sudah besar dan dewasa sekarang, tidak lagi manja seperti waktu itu," gumam Pak Manto.

***

Monica masuk ke kamarnya, dia melihat Anton habis mandi, rambutnya masih setengah basah. Dia mengeringkan sendiri dengan hair dryer di depan meja rias. Monica segera merebut pengering rambut itu dan mengeringkan rambut suaminya.

"Biar aku bantu," ucap Monica.

"Terima kasih, istriku" balas Anton.

"Sudah lama semenjak kasus itu, aku jarang mengeringkan rambutmu," ucap Monica.

"Sekarang lakukanlah seperti yang kamu mau," balas Anton.

"Apa wanita itu juga mengeringkan rambutmu seperti ini. Lalu gaya apa yang sering dia mainkan jika bersamamu?" tanya Monica. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang