Bab 37 Pria Bebas Memiliki Dua Istri

292 8 0
                                    


Plak! Anton menampar Soraya karena kesal. Wanita itu menghina adik yang ia sayangi. Perbuatan Anton membuat Soraya kaget, Anton bukan orang yang suka memukul perempuan.

"Anton apa yang kamu lakukan!" tegas Nina sambil memeluk Soraya.

"Kamu bukan lelaki kalau tega memukul perempuan," hardik Widya.

"Dia pantas mendapatkan tamparan dariku karena menghina adik satu-satunya yang aku miliki," balas Anton.

Widya bukannya membela anak sendiri, malah membela Soraya, perempuan yang membuat kehidupan anaknya berantakan.

"Tapi Soraya benar, kalau memang adikmu bukan simpanan gadun, lantas uang darimana dia bisa menyewa apartemen mahal," ucap Widya.

"Monica yang membayar apartement itu," jawab Anton.

Nina dan Widya sangat kesal dengan menantunya yang kaya itu. Kenapa hanya Anita yang dibiayai tinggal di tempat kelas atas seperti itu. Padahal mereka berdua juga keluarga dari Anton, hal ini membuat Soraya mempunyai kesempatan untuk mengadu domba mereka.

"Anton, aku memang salah. Tapi pantaskan Anita tinggal di tempat mewah seperti itu sedangkan ibu dan nenekmu tinggal di gubuk reot seperti ini," ucap Soraya sambil memegangi pipinya yang kena tamparan.

"Kalau ibu dan nenekku tidak pantas tinggal di sini, kenapa tidak kamu tampung saja mereka tinggal di rumah yang kamu miliki itu," balas Anton.

Anton duduk di kursi ruang tamu orang tuanya, menatap bengis Soraya yang pandai menghasut keluarganya. Saat ini manusia yang paling dia benci adalah Soraya, dia menghancurkan hidupnya tidak hanya satu kali, tapi saat ini dia sudah berumah tangga lagi dengan orang yang tulus mencintainya, kenapa wanita tidak tahu diri itu merusak semua kebahagiaan yang telah ia dapatkan susah payah.

"Kalau begitu, kamu harus menikah denganku, aku bersedia merawat mereka. Aku jadi yang kedua tidak apa-apa," ucap Soraya.

"Benar, pria bebas memiliki dua istri," balas Widya bersemangat.

"Aku tidak akan menikahi wanita lain," ucap Anton.

"Kamu kaya, kamu mampu beristri dua. Toh perusahaanmu besar, masih mampu menghidupi kami bertiga," balas Nina.

Anton menggebrak meja, dia tidak menyangka sang nenek akan berucap tidak logis seperti itu. Benar-benar sudah terhasut oleh Soraya yang licik itu.

"Aku sangat kecewa dengan kalian," ucap Anton.

"Kamu sudah dicuci otakmu dengan wanita itu, semenjak menikah dengan wanita itu kamu menjadi kejam dengan kami," ucap Nina.

"Kalian lupa, setelah menikah dengan Monica, kalian semua bisa tinggal di rumah bagus, tidak lagi kekuarangan uang, dan bisa membeli apapun yang kalian inginkan. Hal seperti itu tidak bisa kalian dapatkan saat aku menikah dengan Soraya," balas Anton.

Soraya merasa sakit hati dengan ucapan Anton, memang benar waktu itu mereka tidak bisa hidup bahagia dan serba kekurangan, tapi Soraya tidak pernah berpikir Anton akan merendahkan Soraya seperti ini.

"Anton, aku tahu saat kita menikah dulu sangat kekurangan, tapi kamu kenapa tega menyakiti aku seperti ini," ucap Soraya sambil menangis.

"Walau kalian hidup kekurangan, tapi Soraya masih mau menghormati ibu dan nenekmu ini," balas Nina.

"Mulai sekarang, kalian minta dihidupi saja oleh Soraya. Aku Anton mulai detik ini bukan lagi keluarga kalian," ucap Anton tegas.

"Anton, sadarlah, kenapa kamu tega berucap seperti itu pada orang yang telah melahirkan dan merawatmu sejak lahir," ucap Widya.

Anton berdiri dari duduknya, dia sepertinya sudah muak dengan apa yang dialaminya saat ini. Dia menata ketiga wanita yang telah bersekongkol menghancurkan hidupnya itu. Dengan tatapan penuh kebencian Anton mengucapkan kalimat yang membuat mereka panas dingin.

"Jangan pernah lagi ganggu kehidupanku. Karena aku tidak segan melaporkan kalian atas tuduhan pemerasan dan percobaan menghancurkan rumah tanggaku," ucap Anton lalu pergi dari rumah ibunya.

"Anton," teriak Widya.

"Baiklah kalau begitu, kami bisa hidup tanpamu. Tapi kalau kamu sedang kesusahan jangan lagi minta tolong pada kami," balas Nina penuh emosi.

Nina mengumpat kesal, cucu yang ia sayangi dan banggakan karena berhasil mendapatkan istri yang kaya. Malah membuat sakit hatinya dan tidak mau lagi mengakuai dirinya sebagai nenek.

"Wanita sialan itu benar-benar menjijikkan. Dia berani membuat cucuku tunduk padanya," keluh Nina.

"Ibu apa yang harus kita lakukan, kita tidak punya penghasilan setelah ini," ucap Widya kesal.

"Soraya. Kamu mau 'kan menampung kami," bujuk Nina.

Soraya sang wanita licik itu mana mau menampung orang yang tidak berguna bagi kehidupannya. Selama ini dia baik kepada Nina dan Widya karena dia ingin menahklukan Anton. Dia ingin mengeruk kekayaan Anton yang saat ini begitu banyak.

"Aduh maaf Tante, Nenek, kalian masih punya Anita 'kan. Sepertinya dia sudah hidup enak," ucap Soraya.

"Nomor kami sudah diblokir oleh anak itu. Kami tidak bisa menghubunginya," ucap Widya.

"Aku akan membantu kalian untuk bertemu dengan Anita," jawab Soraya.

"Benarkah demikian?" tanya Nina sumringah.

"Benar, kalau aku menampung kalian, apa kata orang nanti. Aku dan Anton sudah tidak ada hubungan lagi. Sementara kalian ikut dengan Anita dulu, ya," jawab Soraya.

Penolakan secara halus itu tidak membuat Nina dan Widya marah. Mereka masih bisa bernafas lega karena ada Anita yang sepertinya sudah hidup dengan layak saat ini.

***

"Benar-benar wanita tidak tahu diri," keluh Anton dari dalam mobilnya.

Secara diam-diam dia memasang alat pengintai di rumah orang tuanya. Jadi dia bisa memantau apapun yang terjadi di rumah itu, seperti saat ini dia tengah memperhatikan dari layar ponselnya apa yang dibicarakan oleh ketiga wanita yang membuatnya kecewa itu.

"Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil mengganggu adikku," gumam Anton lalu menyetir mobilnya menjauh dari rumah orang tuanya.

***

Soraya telah pergi dari rumah orang tua Anton dengan umpatan dan cacian untuk mereka berdua. Wanita itu kembali ke rumah yang telah ia dapatkan dari beberapa suami orang yang dia kencani.

Dia kaget saat di rumahnya ada seorang pria yang sudah menunggu kedatangannya.

"Darimana saja jam segini baru sampai rumah?" tanya Pria itu.

"Bukan urusanmu," jawab Soraya ketus.

"Tentu saja ini urusanku. Kamu adalah wanitaku," balas Pria itu.

"Wanitamu apanya, kamu telah menghinaku di depan istri sahmu," ucap Soraya.

"Maafkan aku karena tidak bisa membelamu waktu itu, aku tidak bisa kehilangan bisnis yang sudah aku besarkan itu," jawab Sang pria.

Soraya masih ngambek saja, tapi pria berumur itu mengenggam tangannya dan menariknya ke sofa, lalu mereka berdua bercumbu mesra di sofa dengan panasnya. Mereka tidak menyadari kalau bidikan kamera beberapa kali mengabadikan pose-pose kenikmatan yang mereka lakukan.

"Sayangku, aku merindukanmu," ucap pria tua itu.

"Nakal sekali, lalu bagaimana dengan istrimu yang galak itu?" tanya Soraya.

"Selama dia tidak tahu, kita masih aman," jawab Pria itu.

***

"Sungguh menjijikkan," seru seseorang yang berada di dekat rumah Soraya. Orang itu melakukan pengintaian terhadap Soraya karena dibayar oleh orang.

"Bos, aku mual melihat gaya mereka saat bercinta," bisik seseorang.

"Aku juga mual karena jijik," balas orang bayaran itu.

"Apa sudah boleh menghubungi Pak Anton?" tanya orang bayaran itu. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang