Bab 28 Wanita Iblis

196 3 0
                                    


Sonia merasa terhina dengan ucapan Monica kenapa bisa dia disudutkan seperti ini. Padahal seharusnya Monica menjadi topic utama usai video mempermalukan mertuanya tersebar. Sepertinya dia sama sekali tidak terpengaruh dengan video itu.

"Tante, aku memang tidak bisa memberi rumah mewah dan tunjangan seperti Monica. Tapi hatiku sakit saat Monica menghinaku," ucap Sonia sembari berpura pura menangis.

"Jangan sedih seperti itu, kamu memang tidak memberi kami barang mewah, tapi hatimu lembut tidak sombong seperti Monica," balas Widya.

"Untuk apa juga memberi barang mewah tapi diminta lagi, dasar wanita jalang!" seru Nina.

Adanya pembelaan dari Widya dan Nina membuat Sonia merasa menang mewalan Monica. Padahal sebenarnya dia kalah telak dari Monica yang sudah menyiapkan wartawan dan merekam kejadian ini. Terbukti dari sikap mereka yang lebih berat ke Sonia adalah bentuk hanya ingin mengereti harta Monica saja.

"Kenapa ada banyak wartawan?" tanya Nina kaget.

"Bu Widya, sebenarnya menantu Anda ini Monica atau Sonia sih, kenapa Anda sebagai seorang mertua tapi bersikap dingin menantu tapi hangat ke selingkuhan anak?" tanya wartawan yang langsung mengerubungi Widya dan Sonia.

Mereka gelagapan menjawab pertanyaan wartawan yang bertubi-tubi tidak ada habisnya. Hingga rumah telah kosong dan barang mereka sudah berada di atas mobil pickup yang disediakan oleh Monica.

***

"Sonia, berhubung sepertinya mertuaku sangat menyukaimu lebih baik sekarang kamu pikirkan tempat tinggal baru untuk mereka," ucap Monica dengan sinis.

"Dasar perempuan jalang beraninya kamu menyengsarakan aku!" seru Nina.

"Kamu bukannya dari dulu sudah hidup sengsara, jangan membentakku dengan kalimat jalang, justru kalianlah yang jalang. Kalau bukan milik lebih baik tahu diri saja!" tegas Monica.

Widya lemas dan tertunduk di lantai dia menangis meratapi nasibnya. Melihat kejadian ini apakah dia harus tetap melawan Monica yang sudah jelas dia sendiri tidak memiliki kekuatan untuk itu. Tapi kalau dia mengaku kalah mau ditaruh mana mukanya di depan para tetangga dan kerabatnya.

"Monica kami harus tinggal di mana?" tanya Widya.

"Terserah kalian, mau tinggal di rumah lama kalian juga boleh," balas Monica.

Wartawan masih berada di tempat itu. Mereka masih asyik merekam dan meliput kejadian seru keluarga ternama dan mertuanya yang sedang berseteru. Keluarga dari pihak suami yang lebih condong memilih selingkuhan daripada menantu sah. Mereka juga ingin menguasai semua harta yang ada, bahkan tak segan membayar akun gosip berusaha untuk menjatuhkan nama baik menantu yang sudah mengangkat derajat keluarganya yang miskin.

"Kurang ajar, menantu durhaka. Walau kamu wanita kaya tapi harus tetap tunduk pada suamimu!" seru Nina.

"Kami 'kan mau bercerai, kami memiliki surat perjanjian pra nikah barang siapa yang berselingkuh tidak ada pembagian harta!" balas Monica sambil mengibaskan rambutnya.

Nina jadi geram dan ingin mencakar wajah Monica. Santi dengan sigap menangkis tangan wanita tua itu. Karena tidak berhasil dia langsung marah dan memaki semua orang yang ada di tempat itu. Seperti biasa Sonia seolah lari dari tanggung jawabnya. Setelah mengobarkan bara api dia langsung pergi begitu kelihatan tak mampu melawan Monica.

"Untuk apa marah sampai segitunya, lihatlah cucu menantu kesayanganmu itu, dia pergi membersihkan tangan begitu tahu kalian tidak bisa melawanku," ucap Monica.

"Wanita iblis, pergi dari sini aku muak melihat wajahmu," bentak Nina.

"Selamat tinggal Nenek mertua. Semoga hari-harimu menyenangkan setelah pindah rumah," balas Monica.

Monica meninggalkan rumah yang ditempati oleh mertuanya. Sebelumnya dia meminta para pengawalnya untuk membawa tukang kayu mengganti semua kunci rumah dan gembok pagar setelah hari pengusiran itu. Monica sengaja melakukan ini agar mereka tahu letak kesalahan mereka dimana. Tidak lagi semena-mena terhadap orang yang sudah mau menerima kekurangan anaknya dengan ikhlas.

"Anton, lihat perilaku istrimu itu, dia tega membuat orang tuamu menderita," ucap Sonia sambil menunjuk Monica.

"Ternyata kamu pergi karena melihat suamiku dari kejauhan ya," balas Monica sembari memeluk Anton.

"Anton, jangan percaya omongan perempuan ini, aku sejak tadi menemani mama dan nenekmu, sementara dia terus menekan dan mengosongkan rumah dengan egois," ucap Monica.

Anton hanya menatap sekilas Sonia yang mencoba mengadu domba keduanya. Anton lalu mengecup kening Monica dan mengelus perut Monica.

"Ayo kita pergi dari sini, kamu sedang hamil dan butuh waktu untuk istirahat," ucap Anton.

"A-pa, wanita itu sedang hamil?" tanya Sonia terbata.

"Kalau iya kenapa. Kami tidak jadi bercerai karena aku sedang mengandung anak Anton," jawab Monica sambil melingkarkan tangannya ke lengan Anton.

Bagaikan disayat pisau hati Sonia terasa pilu. Kenapa bisa wanita itu hamil anak Anton saat ini. Seharusnya yang berbahagia itu dia dan Anton bukan Monica atau wanita lain. Menikmati kekayaan yang Anton miliki sekarang dan juga mengandung anaknya untuk mempererat hubungan mereka.

"Cih, mau kamu hamil juga tidak akan mempengaruhi keharmonisan rumah tanggamu. Karena kamu sudah menggores hati mertuamu," ledek Sonia.

"Siapa yang hamil?" tanya Widya.

"Wanita iblis itu hamil anak Anton," jawab Sonia.

"Lekas gugurkan anak itu, aku tidak sudi mempunyai cucu yang lahir dari rahim wanita iblis sepertimu!" seru Widya.

Plak! Anton menambar ibunya sendiri karena kesal, tidak pantas seorang nenek berkata seperti itu. Apalagi anak yang ada di rahim Monica saat ini adalah calon bayi dari anak lelakinya sendiri. Apa masih kurang kebaikan yang diberikan oleh Monica selama dua tahun ini kepada keluarga Anton.

"Te-ga sekali kamu pada ibumu sendiri," ucap Widya sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Jangan jadi anak durhaka kamu, Anton," tegas Nina.

"Apa kalian sudah pantas menjadi orang tua yang patut di contoh?!" bentak Anton. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang