BAB 21 Tak Ingin Pindah Rumah

215 8 0
                                    


Disaat Monica sedang bersantai kerena sudah menyelesaikan satu masalahnya. Justru ini adalah awal dari permasalahan baru yang dihadapinya. Teleponnya berdering saat dia sedang menikmati perawatan tubuh di salon kecantikan langganannya.

"Apa ada masalah di kantor, Santi?" tanya Monica.

"Bu, orang yang mengaku keluarga dari Pak Anton membuat onar di perusahaan," jawab Santi asisten kepercayaan Monica.

"Kamu hadapi mereka dulu, aku akan segera ke sana," ucap Monica.

Monica melanjutkan aktivitas perawatan tubuhnya. Saat ini mungkin Anton sedang mengurus beberapa proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Keluarga tidak tahu malu itu mungkin datang tanpa sepengetahuan Anton. Monica sudah menyiapkan hadiah khusus untuk mereka yang tidak thu balas budi.

***

"Kenapa kamu tidak membiarkan kami masuk?" tanya Anita yang merupakan adik Anton.

"Perusahaan ini tidak bisa dimasuki oleh sembarang orng," jawab Santi.

"Apa kamu tidak tahu siapa kami, hah! Aku ini neneknya Anton, dia ini adiknya, dan sebelahnya ini adalah mama Anton," tegas Nina.

Santi tersenyum tipis, lalu melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala mereka dan melihat lagi sebaliknya. Banyak juga yang membicarakan mereka yang berpenampiln bagaikan orang kaya baru itu, norak sekali. Sungguh memalukan untuk seukuran keluarga dari Pak Direktur sekelas Anton.

"Ehem, Pak Anton hanya seorang direktur di perusahaan ini, bukan pemilik. Jadi tidak ada istimewanya," jawab Santi.

"Beraninya kamu berkata seperti itu. Aku akan meminta cucuku untuk memecatmu," bentak Nina.

"Nenekku benar, kami akan mengadu pada abangku agar kamu dipecat!" seru Anita.

Santi menghela nafasnya kesal menghadapi segerombolan orang kampungan yang membuat onar di perusahaan besar seperti ini. Tatapan jijik dari mata para karyawan di perusahaan ini terhadap keluarga Anton, juga bisik-bisik tetangga yang terdengar membuat mereka gerah dan langsung berteriak seperti di pasar, benar-benar tidak ada etika sama sekali.

"Apa benar itu keluarga Pak Anton, benar-benar seperti rumornya. Mereka terlihat tidak berpendidikan dan tidak mempunyai sopan santun," bisik karyawan satu.

"Iya, mereka mirip seperti orang miskin yang tiba-tiba kaya. Lihatlah dandanan mereka," balas karyawan satu.

"Beraninya kalian ini menghinaku. Kalau cucuku tahu kalian semua akan dipecat!" seru Nina.

Mata mereka memutar malas melihat tingkah mereka yang benar-benar memuakkan. Para karyawan itu tidak takut dan menggertak mereka.

"Yang berhak memecat kami hanya Ibu Monica!" seru Karyawan satu.

"Ibu Monica adalah pewaris sah perusahaan besar ini, bukan Pak Anton," balas karyawan satu.

Widya mengepalkan tangannya, dia teringat kata Sonia kalau semua orang tidak mendengarkan kata Anton. Tapi mereka tunduk pada Monica, kenapa sudah dua tahun menikah Anton tidak dapat mendapatkan kehormatan sebagai direktur, sepertinya memang para bawahan Monica ini harus disingkirkan dan semuanya diganti dengan orang-orang Anton agar mudah mengambil alih perusahaan dan seluruh harta kekayaan Monica.

"Sebentar lagi kalian akan dipecat!" seru Widya.

"Apa tadi ibu tidak dengar, yang berhak untuk memecat kami semua adalah Ibu Monica!" tegas Santi.

"Kamu juga sebentar lagi akan dipecat. Berani sekali kamu menghina kami seperti ini," ucap Nani kesal.

"Wah, ibu mertua, nenek mertua, dan adik ipar, kenapa membuat onar di perusahaanku?" tanya Monica yang baru saja datang.

Dari ujung rambut sampai kakinya, memakai barang branded. Anita memandang iri apa yang dipakai kakak iparnya itu. Dia berpikir kalau apa yang dipakai oleh kakak iparnya itu juga merupakan hak nya karena kakaknya merupakan suami dari Monica sekaligus pemilik perusahaan besar ini.

"Kak Monica, kenapa kamu memakai barang mahal sedangkan kamu tidak membelikan aku juga?" tanya Anita.

"Kamu kakak ipar tidak tahu diuntung, memakai barang mewah sementara adikmu memakai barang biasa," ucap Nina.

"Aku sudah mengelurkan uang untuk pendidikannya, memberikan kalian jatah bulanan apa belum cukup! Apa ini cara kalian memperlakukan orang yang telah mengangkat derjat kalian?" tanya Monica.

"Yang mengangkat derajat kami itu Anton bukan kamu, Anton telah bekerja keras sedangkan kamu hanya menikmatinya saja!" tegas Widya.

Monica tersenyum kecut, benar-benar mertuanya itu sudah tidak waras, Monica memang sudah tahu kalau Anton mengungkapkan apa yang telah disepakati pasti kelurganya akan membuat onar. Tapi kenapa harus diperusahaan ini sungguh membuat Anton malu bukan. Dasar tidak tahu berterima kasih dan melihat keadaan.

"Tahukan kalian, kalau sikap kalian seperti ini itu mempermalukan Anton?" tanya Monica.

"Harusnya kamu yang malu, karena sudah membuat kami datang ke sini," jawab Widya.

"Modal dan perusahaan ini adalah milikku, aku juga yang mempunyai ide. Semua klien aku yang mendapatkan, apa buktinya kalau Anton yang bekerja keras?" tanya Monica.

Pernyataan ini membuat keluarga Anton terdiam sejenak dan saling pandang, mereka tidak berani menjawabnya langsung, tapi yang namanya muka tembok ya tidak ada malunya.

"Kamu benar-benar memperbudak Anton demi keuntungan!" seru Nina.

"Loh aku sudah mengangkatnya dari miskin menjadi kaya dan memiliki segalanya, hal yang tidak pernah kalian dapat dari mantan menantu kalian, Sonia. Aku hanya ingin membuatnya tidak dipandang sebelah mata. Sebagai gantinya dia harus bekerja di perusahaanku," ucap Monica.

Monica melirik Santi lalu memberinya sebuah pertanyaan, "Santi, apa ada yang salah dengan keputusanku, untuk bercerai dengan Anton? Lalu aku meminta keluarganya pindah dari tanah dan rumahku. Karena mereka tidak tahu berterima kasih, malah membawa wanita penghancur rumah tanggaku ke rumahku sendiri?"

Santi geram sekali mendengar pernyataan dari bosnya, benar-benar kelurga yang tidak punya rasa berterima kasih dan malu. Santi dan karyawan yang mendengarnya sungguh muak dan ingin mengumpat saja rasanya.

"Bu Monica tidak salah, mengambil kembali apa yang menjadi milik ibu itu tidak ada yang salah. Apalagi orang yang ditolong tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih," jawab Santi tegas.

"Anton itu lelaki, kodratnya lelaki itu ya menjadi kepala kelurga, walaupun kamu kaya kamu harus tunduk pada suamimu. Seorang suami masih berhak menafkahi keluarganya!" tegas Nani.

"Seorang suami masih berhak menafkahi keluarganya. Sayang sekali suamiku miskin, Selama ini yang memberikan jatah bulanan dan tempat tinggal mewah adalah aku. Saat ini aku dan Anton sudah dalam tahap perceraian, jadi aku tegaskan sekali lagi, tinggalkan rumah yang aku berikan atau aku akan melaporkan kalian ke polisi atas tuduhan merebut harta orang!" seru Monica.

Widya, Nina, dan juga Anita marah besar. Mereka tidak mau meninggalkan rumah yang telah dua tahun ditempati oleh mereka. Selain sudah nyaman mereka sangat gengsi bila tinggal di rumah lama. Bisa-bisa mereka akan digunjingkan oleh banyak orang dan mereka akan dibully seperti dulu oleh orang-orang sekitar mereka karena miskin.

"Rumah itu sudah menjadi hak kami!" seru Anita.

"Tapi perjanjiannya aku hanya meminjamkan kepada kalian selama aku dan Anton bersama, kalau cerai ya kalian harus meninggalkan rumahku," jawab Monica sambil tersenyum.

"Dasar wanit jahat, akan aku hancurkan wajah cantikmu itu agar tidak bisa lagi merayu lelaki!" seru Nina yang sudah siap menampar Monica.

"Hentikan, atau aku lapor polisi!" seru seseorang seraya menangkap tangan Nina. 

Selingkuh Berkedok BukberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang