Bab 4

2.6K 344 13
                                    

Happy reading, semoga suka.

Untuk mau yang baca duluan, boleh ke Karyakarsa ya, bab 16-19 sudah diupdate. Semua part mengandung adegan dewasa ya, khusus 21+.

 Semua part mengandung adegan dewasa ya, khusus 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________________

Rosalind tidak tahu bagaimana tepatnya kesan pertamanya pada Earl of Wallington itu. Dia sama saja seperti bangsawan umumnya di London, angkuh, berpenampilan rapi dan mahal dengan tatapan mata yang merendahkan saat melirik Rosalind sekilas.

"Jadi kau adalah budak pamanku?"

Budak? Rosalind sama sekali tidak menyukai sebutan itu. Siapa yang masih memakai istilah merendahkan itu? Ia langsung merasa tidak suka dengan keponakan Hugh Prescott ini. Bagaimana mereka berdua memiliki ikatan darah tapi sifatnya begitu jauh berbeda?

Bukankah pria itu terlalu arogan?

Tapi di sampingnya sifatnya yang angkuh serta arogan, Rosalind bisa melihat bahwa pria itu benar-benar peduli pada Hugh. Setelah pemakaman selesai dan mereka kembali ke rumah, Rosalind bisa melihat kesedihan pria itu dengan lebih jelas. Ekspresi sedih di mata abu itu tidak bisa dipalsukan dan entah kenapa, Rosalind merasakan desakan untuk menghibur pria itu.

"Tuan Prescott selalu menyebut-nyebut Anda selama dia masih hidup, My Lord."

Tapi suara dingin pria itu kemudian membuat Rosalind terdiam malu.

"Siapa yang menyuruhmu bicara? Kau tidak punya hak untuk berbicara jika aku tidak mengizinkannya. Apa pamanku memberimu terlalu banyak kebebasan?"

Ia terkejut saat tiba-tiba pria itu berdiri menghadapnya dan mendekat. Napasnya terkesiap saat jari-jemari pria itu tiba-tiba hinggap di dagunya dan mencengkeramnya. Tekanannya tidak menyakitkan tapi cukup membuat Rosalind panik. Apalagi ketika ia menatap ke dalam mata abu dingin pria itu.

"My Lord?"

"Apa hubunganmu dengan pamanku?" tanya pria itu penuh selidik.

"Aku... aku... we are binding by contract, master and worker, My Lord."

Pria itu mengangguk.

"Apa kau juga tidur dengan pamanku?"

Rosalind terkesiap terkejut. "Tentu saja tidak."

"Kau berkata padaku bahwa pamanku ingin memberikan Stonebury padamu."

Rosalind kembali mengangguk kecil. "Itu yang dikatakan Tuan Prescott padaku. Setelah dia meninggal, aku akan menjadi pemilik tempat ini."

Pria itu mendongakkannya kian ke atas dan napas Rosalind semakin cepat saat ia menatap pria itu dari jarak sedekat ini. Tidak bisa dipungkiri, dia memang keturunan aristokrat. Pria itu mewarisi yang terbaik dari orangtuanya. Wajah bangsawan yang rupawan tetapi arogan. Matanya yang berwarna abu pucat tampak begitu tajam dan dingin. Rambut hitamnya tebal dan sedikit lebih panjang. Hidungnya angkuh, seangkuh ekspresinya dan garis wajah pria itu maskulin dan tegas dengan mulut lebar yang menampakkan kesan sinis tapi juga enak dipandang. Tubuh pria itu tinggi menjulang, gagap dan besar, khas bangsawan yang menjaga kebugaran serta penampilan tubuh mereka. Bahkan dari balik pakaian serba hitam yang dikenakannya, Rosalind tahu kalau tubuh pria itu liat dan berotot.

Mulut Rosalind mengering. Ia bertanya-tanya, mengapa juga ia memperhatikan dan menilai penampilan pria itu? Ini bukan seperti dirinya. Tapi ditatap dengan begitu intens dan dekat, tak mungkin Rosalind tidak merasa berdebar.

"My... My Lord? Tolong lepaskan aku."

"Kalau kau tidak memiliki hubungan khusus dengan pamanku, mengapa dia memberimu Stonebury?" Pria itu mengerutkan alis dan menatap Rosalind tajam. "Pamanku juga bukan pria yang mulia."

"Tuan Prescott adalah pria yang terhormat, My Lord. Mungkin dia mengasihaniku, kami saling menyayangi."

Mata abu itu mengerjap. "Saling menyayangi?" Lalu dada lebar pria itu berguncang oleh tawa dalam. "Kau tidur dengannya."

Marah, dengan wajah memerah, Rosalind menepis tangan kasar pria itu lalu mundur. "Jaga kata-kata Anda, My Lord. Anda boleh menghinaku, tapi tidak Tuan Prescott."

"Menghina? Itu bukan penghinaan. Kau adalah propertinya, sah-sah saja dia ingin melakukan apa saja padamu."

Wajah Rosalind semakin merah padam.

Bangsawan satu ini sungguh kurang ajar.

"Begini saja. Aku mengerti maksudmu. Pamanku berjanji akan memberikan Stonebury padamu. Aku sudah berbicara dengan pengacaranya. Dia juga berkata bahwa almarhum pamanku memang pernah berkata akan memberikanmu pertanian bobroknya ini tapi sayangnya, tidak ada dokumen legal yang ditandatangani. Untuk sementara, semua aset atas nama pamanku akan jatuh semuanya ke tanganku, termasuk Stonebury dan rumah ini."

Hati Rosalind mencelos. Apa Hugh lupa? Ia tahu pria itu tidak akan mungkin membohonginya tapi setelah Hugh jatuh sakit, pria itu mungkin saja lupa mengubah surat wasiat awalnya.

"Jadi itu membuatmu harus bergantung pada belas kasihanku. Dan kontrakmu, kontrakmu masih berlaku dan masih ada dua tahun lagi sebelum perjanjian itu berakhir. Jadi mulai dari sekarang sampai dua tahun mendatang, kau, Rosalind Bridgwater, adalah propertiku."

Rosalind menatap pria itu nanar. Ia tidak suka cara pria itu menatapnya. Ia lebih tidak suka lagi dengan cara pria itu tersenyum padanya.

"Sekarang, lepaskan pakaianmu."

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang