Bab 17

2.3K 305 6
                                    

Mature Content 21+

Happy Reading, chapter utuh hanya tersedia di versi berbayar ya. But still this won't change the storyline.

I have new series in Karyakarsa and Playstore too

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I have new series in Karyakarsa and Playstore too. Enjoy

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Cedric masih menatap wajah wanita itu dan ia bisa menangkap perubahan ekspresi Rosalind ketika wanita itu memandang ke bawah tubuh Cedric. Wanita itu masih takut, dia terlihat tegang dan Cedric harus berusaha setidaknya membuat wanita itu lebih rileks. Ia setidaknya harus membuat wanita itu lebih santai, lebih melunak. Jika Rosalind terus menerus takut padanya, wanita itu akan selalu tegang dan akan sulit membangkitkan gairah wanita itu sepenuhnya. Jika begitu, maka seks akan menjadi semacam kegiatan hunjam menghunjam yang tidak nyaman dan Cedric pun pasti tidak akan bisa merasakan kenikmatan puncak. Cedric membutuhkan Rosalind untuk bergairah padanya, menginginkan dirinya di dalam tubuhnya, mendambakannya dan bukannya takut padanya. Selama ini, tidak ada seorangpun wanita yang takut pada Cedric di ranjang. Rosalind juga tidak akan menjadi pengecualian.

Cedric mendekatkan dirinya pada Rosalind lalu mencium wanita itu, pelan-pelan merasakan wanita itu meleleh dan bagaimana tubuh wanita itu merapat padanya. Ia meraih pergelangan wanita itu dengan lembut dan membimbing tangan itu ke bawah tubuhnya. Rosalind terkesiap kaget dan tubuhnya terlonjak kecil saat jari-jarinya menyentuh kulit panas dan mulus milik Cedric. Cedric menahannya, melingkarkan jari-jari lembut wanita itu ke sekeliling tubuh kerasnya dan ia mengerang saat merasakan wanita itu meremasnya lembut.

Rosalind memutus ciuman mereka dan kembali menatap ke bawah lalu menarik tangannya dari kepala tersebut kemudian menelusurkan jemarinya di tepian. Cedric menahan diri, mengendalikan gairah dengan segenap kekuatan yang dimilikinya agar wanita itu bisa bebas bereksplorasi. Wanita itu terkesiap pelan ketika menyentuhnya lagi dan Cedric kembali mengerang.

"It's... it's so smooth," ujar wanita itu polos dan malu.

Pernyataan itu mengundang seloroh pelan Cedric. Bukankah wanita itu sungguh menggemaskan.

"Yes, it is, Rosalind. Keep going on."

Rosalind mematuhinya. Jari-jari wanita itu kembali menyentuhnya, bergerak melingkar sepanjang ukurannya sampai menyentuh ke pangkalnya. Dia menyentuh kantong lembut yang ada di bawah, bermain ringan dengan bola-bola di tangannya sementara Cedric menutup mata dan terkesiap dalam nikmat. Sebenarnya ini adalah siksaan bagi Cedric. Jika Rosalind terus menyentuhnya seperti itu, bisa-bisa ia akan meledak lebih dulu. Ia berusaha keras untuk berfokus pada hal lain, memikirkan apa saja asal bukan tangan yang sedang menyentuhnya, tapi hal itu hampir mustahil. Perut Cedric menegang ketika jari-jari Rosalind kemudian bergerak naik sebelum melingkari kepalanya, menggenggamnya lembut. Napas Cedric terasa bergetar melalui gigi-giginya yang dirapatkan saat wanita itu mulai bergerak naik turun mengusapnya.

"Does this please you, My Lord?"

Pertanyaan polos wanita itu hampir saja membuat Cedric meledak saat itu juga.

Cedric menggeretakkan giginya sebelum menjawab. "Lebih dari yang bisa kau bayangkan, Rosalind."

Seandainya saja Rosalind tahu, seberapa dahsyatnya efek sentuhannya pada Cedric. Ia tadinya ingin membiarkan Rosalind mengeksplor dan menjelajahinya, belajar tentang tubuh pria untuk menyenangkannya tapi siapa yang tahu, hanya melihat wanita itu menyentuhnya, merasakan sentuhan ringan mencoba-coba Rosalind, ia sudah hampir lepas kendali. Gairahnya sudah berada di ujung, satu lagi sentuhan dan Cedric benar-benar akan meledak. Ia lalu menjauhkan tangan wanita itu tepat waktunya, menarik pergelangan Rosalind menjauh lalu memutar wanita itu hingga punggungnya menekan tubuh Cedric. Ia ingin merasakan bokong kencang wanita itu menekan kekerasannya, memberitahu wanita itu tanpa kata betapa sentuhannya membuat Cedric sekeras batu.

"Kau merasakannya? I am as hard as rock."

"Jadi, aku melakukannya dengan baik?" tanya Rosalind, dengan suara agak tercekik.

"You did very well, Rosalind."

Ia memeluk wanita itu kian rapat. Aroma bebungaan dari rambut wanita itu memenuhi indera penciuman Cedric dan ia yakin mulai saat ini, aroma itu adalah aroma favoritnya. Begitu memabukkan, membuatnya kecanduan. Ia tidak tahu lagi siapa yang sebenarnya sedang menggoda siapa.

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang