Bab 13

2.5K 317 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

E-book lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Rosalind berusaha untuk tidak menangis saat ia menggantung pakaiannya di halaman belakang rumah pertanian Hugh. Setelah pria jahat itu pergi, ia membutuhkan waktu sejenak untuk menguatkan dan mengumpulkan tenaga serta jiwanya yang hancur berkeping karena ulah Earl of Wallington lalu mengganti pakaiannya dan membawa semua pakaian-pakaian itu untuk dicuci. Ia menatap sedih kamisolnya yang robek, lalu mencuci semua pakaiannya itu agar tidak ada noda yang tertinggal, supaya ada tidak ada bekas dan aroma pria itu yang tertinggal. 

Tapi tetap saja, air matanya mengalir. Rosalind mengusapnya cepat. Ia tidak bisa melupakan kejadian tadi. Bunyi kain robek itu masih terasa memekakkan telinga, suara pria itu yang berbisik serak, kekuatannya ketika menahan Rosalind, gerakannya yang kasar dan kuat ketika melecehkan tubuh Rosalind… ia tidak bisa menghilangkan memori tersebut dari benaknya. Dengan cepat, Rosalind kembali berlari masuk ke dalam rumah, menutup pintu belakang dan menguncinya rapat. Ia lalu menatap sekeliling tempat itu, yang sekarang sudah sepi, meja ek di dapur itu menjadi saksi bisu betapa pilunya Rosalind karena perlakuan jahat Cedric Wallington padanya.

Ia terisak kembali. Betapa semuanya berubah begitu cepat. Tidak sampai seminggu yang lalu, ia masih duduk di sana dengan Hugh, makan dan menertawakan lelucon yang diceritakan Hugh padanya. Pria itu memiliki banyak cerita menarik di masa mudanya dan Rosalind selalu senang mendengarkan. Ia tidak pernah lagi pergi ke kota, apalagi London, ia tidak tahu seberapa jauh tempat itu sudah berubah tetapi ia merasa senang ketika mendengar Hugh bercerita karena itu seolah-olah ia juga berada di sana.

Hugh Prescott benar-benar majikan yang sangat baik. Hubungan mereka lebih seperti sahabat. Pria itu memintanya untuk memanggilnya dengan nama depan. Mereka bukan seperti pelayan dan tuan tapi lebih seperti partner kerja. Selain mengurus rumah dan menyiapkan makanan, Rosalind juga kerap membantu pria itu menggarap ladangnya. Lalu ketika malam tiba, mereka akan duduk dan bersantap malam, di kebanyakan waktu, pria itu selalu meminum brandy. Rosalind sudah sering mencegahnya tapi itu tidak pernah berhasil. Hugh berkata bahwa minuman inilah yang sering menyelamatkannya dari mimpi buruk. Kalau ada satu kekurangan Hugh, maka pria itu suka minum hingga mabuk, bersikap melankolis dan terkadang bahkan menangis sedih saat menceritakan kembali kebakaran yang merenggut seluruh keluarganya. Biasanya, Rosalind akan memapah pria itu ke kamar tidur dan membaringkannya di sana. Setidaknya ketika mabuk, pria itu bisa tidur dengan tenang tanpa terlalu menderita.

Tapi tentu saja, bertahun-tahun menyaksikan pria itu merusak dirinya dengan minuman sebenarnya merupakan pemandangan yang menyakitkan. Tapi ia mengerti kepedihan pria itu, kesepiannya, tentu saja, walaupun mereka berdua bisa saling menghibur tapi itu tidak akan bisa mengganti kekosongan karena kehilangan keluarga tercinta. Rosalind paling mengerti itu. Dan efek dari minuman itu mulai membuat perubahan nyata pada kesehatan Hugh ketika dia mulai sakit-sakitan dan kesehatannya menurun drastis sampai pada tahap dia tidak bisa lagi turun dari ranjang. Rosalind yang kemudian menjaga dan merawat pria itu. Dan selama itu juga, Hugh menolak untuk memberikan kabar kesehatannya pada keponakan satu-satunya. Dia hanya selalu berpesan bahwa jika sudah tiba waktunya, ia akan memberitahu Rosalind untuk meminta Cedric Wallington datang ke Stonebury.
Dan ternyata, ketika pria itu akhirnya bersedia untuk memanggil Cedric Wallington, itu adalah hari terakhirnya. Rosalind pikir mungkin Hugh tidak ingin melihat keponakannya yang bejat itu. Tidak heran kalau Hugh tidak ingin bertemu dengan Cedric. Tapi Hugh mungkin lupa memberitahu Rosalind bahwa keponakannya itu bajingan paling bangsat sedunia. 

Sama seperti pria itu lupa menuliskan surat wasiat baru yang menyatakan bahwa Rosalind berhak atas Stonebury. Ia menghela napas, Rosalind tidak menyalahkan Hugh, pria itu sudah sangat bermurah hati, hanya saja Cedric Wellington sama sekali tidak punya belas kasihan. 

I menatap sekali lagi pada meja ek tempat di mana banyak sekali kenangan menyenangkan bersama Hugh yang kini terhapus dengan kejam oleh perbuatan sang Earl. Pria itu dengan kejam dan tanpa perasaan memaksakan dirinya pada Rosalind tepat di atas meja itu. Rosalind menutup mata tapi tetap tak mampu mencegah bayangan itu terbentuk di benaknya. Ia masih mengingat bagaimana rasa tangan pria itu saat menggerayangi tubuhnya tanpa perasaan apapun, bagaimana rasa mulut pria itu di dadanya saat dia mengisap puting Rosalind begitu keras hingga terasa pedih juga tak mampu menghilangkan ingatan betapa sakit dan panasnya tubuh bawah Rosalind saat pria itu mendesak masuk dengan paksa lalu bergerak kuat di dalam tubuhnya seperti kuda liar. 

Setelah pria itu meninggalkannya dan ia selesai membersihkan diri, Rosalind dengan panik mencari ke seluruh rumah tapi ia tidak menemukan surat pernyataan yang bisa menjadi bukti bahwa Rosalind-lah pemilik baru Stonebury. Rosalind tahu surat itu pasti ada di suatu tempat di rumah ini. Hugh sudah menulis surat kepada pengacaranya untuk memberikan properti ini pada Rosalind ketika dia meninggal, Rosalind bahkan menyaksikan pria itu membuat surat tersebut. Tapi di antara kebiasaan mabuk-mabukannya lalu kemudian kesehatannya mulai menunjukkan dampak serius, Rosalind ragu kalau pria itu ingat untuk mengirimkan surat tersebut kepada pengacaranya. Jadi surat itu pasti masih ada di suatu tempat di rumah ini. Rosalind hanya harus menemukannya. Ia tidak akan memberikan informasi tersebut kepada Cedric, pria itu pasti akan menjadi lebih waspada dan mungkin akan memikirkan cara licik lain untuk mencegah Rosalind mendapatkan surat tersebut. Rosalind hanya harus menemukannya. Ia harus menjadi orang pertama yang menemukannya. Dan setelah itu, ia akan melambaikan surat tersebut di hadapan Cedric lalu mendepak pria itu keluar dari tanah pertaniannya.

Pikiran itu memberinya sedikit penghiburan dan ia tersenyum tipis. 

Tapi semua itu tidak akan terjadi jika ia tidak cepat menemukan surat tersebut. Jika Rosalind tidak bisa menemukannya sebelum pria itu kembali lagi, apa yang harus ia lakukan? Ia sempat berpikir untuk kabur saja. Daripada dijadikan budak seks, lebih baik ia pergi dari Stonebury. Namun Rosalind juga realistis, ia tahu pilihan yang dimilikinya tidaklah banyak. Jika beruntung, ia mungkin akan mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan di tempat lain. Jika tidak dan saat uangnya habis, ia mungkin harus mencuri untuk bisa bertahan hidup atau bahkan melacurkan diri di rumah pelacuran, pastinya harus ada pilihan yang dibuat agar bisa tetap bertahan hidup, bukan? Mana yang lebih baik dan mana yang lebih beresiko – tentu Rosalind tahu itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, tingga di sini masih merupakan pilihan yang lebih baik. Ia pernah bertahan menghadapi hal yang lebih buruk dari Earl of Wallington dan daripada hidup luntang lantung serta berakhir di rumah pelacuran, lebih baik ia melacurkan dirinya pada pria itu seorang sambil mencari jalan untuk melepaskan diri dari pria itu dan mengambilalih Stonebury seperti janji Hugh padanya.

Ya, itu adalah keputusan yang jauh lebih baik.

Lagipula, tubuhmu berdenyut mendambakan sentuhannya lagi, bukan? Kau membayangkan dia menyesaki tubuh bawahmu lagi, Rosalind?

Rosalind tersentak dengan pemikiran tiba-tiba itu. Dari mana ia mendapatkan pikiran seperti itu? Rosalind mengabaikan desir yang menjalari tubuhnya ketika mengingat kembali kejadian tadi sambil mengutuk dirinya sendiri. Ia pasti sudah sinting! Pokoknya yang terpenting sekarang adalah menemukan surat Hugh sebelum pria itu kembali lagi ke tempat ini. Masih ada waktu, masih ada harapan bagi Rosalind.

 

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang