Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca duluan, boleh ke Karyakarsa ya. Bab 28-31 sudah update.
Enjoy
Luv,
Carmen
____________________________________________________________________
Tidak, tidak, tidak, ini tidak mungkin. Ini tidak sedang terjadi.
Tapi kontraknya ada pada pria itu, senyum pria itu juga tampak serius, kata-katanya juga terdengar bersungguh-sungguh.
Sekarang, apa kau akan melepaskan pakaianmu dan membiarkanku memeriksamu atau kau ingin aku memaksamu?
Benaknya mengulangi kata-kata pria itu lagi dan Rosalind ingin muntah.
Dengan ngeri, dengan hati yang dicengkeram oleh rasa takut yang teramat sangat, Rosalind menatap pria itu. Bagaimana mungkin seorang pria terhormat melakukan hal seperti ini pada pelayannya yang tak berdaya? Pria itu sedang mempermainkannya, dia menikmati ketakutan Rosalind, dia hanya ingin merendahkan dan menginjak-injak harga diri Rosalind. Mata abu-abu dingin pria itu bahkan tidak menunjukkan banyak emosi. Padahal dia berpakaian seperti seorang gentleman, sama sekali tidak tampak seperti bangsawan kurang ajar yang suka bermain-main dengan wanita. Dia tampil terhormat. Salah satu dari bangsawan yang dihormati. Rambut hitamnya tersisir rapi, wajah bangsawannya sedap dipandang, dia bahkan mengenakan pakaian berkabung formal dan Rosalind bahkan sempat berpikir bahwa pria itu sangatlah tampan ketika dia pertama kali melihat Earl of Wallington. Tapi ternyata, penampilan rapi dan terhormat pria itu hanyalah kedok belaka. Ada iblis yang bersembunyi di balik penampilan itu. Iblis kejam yang menunggu untuk mencengkeram mangsanya dan merobek-robeknya. Persis seperti itulah.
Dasar terkutuk!
"Ayolah, Rosalind... jangan membuatku menunggu terlalu lama. Hmm... tapi kau memiliki nama yang indah, aku penasaran apakah namamu seindah tubuh di balik pakaianmu itu?"
Wajah Rosalind seolah terbakar.
"Siapa yang memberimu nama itu? Hmm? Siapa nama panggilanmu? Rosie? Rose? Lynn?"
"Itu... itu nama yang diberikan ayahku," jawab Rosalind, mencoba meraih simpati pria itu dengan membuat dirinya sendiri terdengar seperti manusia, sama seperti pria itu. "Aku... ibuku meninggal saat aku masih sangat muda. Ayahku adalah seorang bangsawan dan..."
Pria itu sama sekali tidak terkesan.
"Oh? Begitu? Well, itu bisa menjelaskan beberapa figur bangsawanmu. Kau memang tidak begitu mirip seperti wanita-wanita dari rakyat jelata. Kau juga sangat cantik. Jadi kau adalah keturunan bangsawan dari ibu seorang pelacur, eh? Anak haram yang tidak diinginkan dan dibuang ke panti asuhan?" Pria itu lalu kembali terkekeh jahat sambil melambaikan surat kontrak yang memuat detail di mana Hugh menemukan Rosalind. Lalu wajah pria itu kembali serius. "Sekarang, Rosalind, aku akan meminta dengan baik-baik untuk terakhir kalinya, lepaskan semua pakaianmu."
"Kau... kau mau apa?!" tantang Rosalind lagi.
"Memeriksa barang milikku, tentu saja," jawab pria itu tenang. "Kau ingin aku mengulanginya berapa kali? Kau benar-benar memiliki masalah di otakmu."
"Kau... kau bilang aku tidur dengan pamanmu. Apa kau tidak jijik padaku?!"
Pria itu kembali tertawa keras. Dia kemudian mengangkat bahunya dan memperlihatkan kembali ekspresi menjijikkan itu. "Aku tidak peduli, Rosalind. Wanita secantik dirimu harus digunakan dengan sebaik-baiknya, bagaimana mungkin aku bisa melewatkannya?"
Tinju Rosalind terkepal marah.
"Kau... kau pria rendah menjijikkan! Beraninya kau! Keluar dari rumahku sekarang. Satu-satunya keturunan pelacur di tempat ini adalah kau! Kau dan sikap kurang ajarmu itu!"
Rosalind tahu ia sudah keterlaluan tapi segalanya sudah terlambat. Kata-kata itu sudah keluar dan ia tidak bisa menariknya kembali. Rasa takut membuat tubuhnya membeku saat ia menatap dengan ketakutan bagaimana pria besar itu bangkit dari tempat duduknya. Dia melangkah pelan mendekati Rosalind, aura tubuhnya tampak mengancam. "Very well said. Kau memiliki lidah yang tajam, Budak Pelayan. Kalau saja aku tidak melihat kegunaanmu, aku akan menyeretmu ke kantor polisi sekarang. Sekarang kau hanya punya dua pilihan, lakukan apa yang kuperintakan atau kalau tidak, aku akan melemparmu ke rumah pelacuran tempat ibumu mencari nafkah!"
Rosalind begitu marah sehingga tanpa pikir panjang ia meraih poker perapian, bersiap untuk memukul wajah pria itu sekuat tenaganya. Hugh pasti akan melakukan hal yag sama jika dia berada di sini saat ini. Tapi sebelum Rosalind sempat berfokus pada targetnya, pria itu sudah berdiri di hadapannya. Tangan besar itu menangkap ayunan poker besi itu dan menyentaknya ke bawah sambil mencengkeram pergelangan Rosalind dengan keras. Poker besi itu terjatuh dari genggaman Rosalind dan berdentang keras di lantai. Rosalind terlalu kaget untuk bereaksi dan pria itu sudah mencengkeram pergelangan tangannya yang lain dan memutarnya. Pria itu lalu mengunci lengan-lengan Rosalind ke belakang tubuhnya dengan menggunakan satu tangan sementara tangannya yang lain menekan tenggorokan Rosalind. Mata Rosalind kini membelalak ketakutan sementara napas terasa meninggalkan tenggorokannya. Ia merasakan pria itu mendekat dan menarik napasnya dalam, seolah ingin menghidu aroma Rosalind, ingin menyerap aroma ketakutannya.
"Dengarkan aku baik-baik, Budak Pelayan," ujar pria itu di dekat telinganya sambil mempererat cengkeraman tangannya di sekeliling leher Rosalind. "Aku benar-benar berharap kita bisa melakukannya dengan baik-baik, tanpa paksaan. Tapi kau tidak meninggalkanku pilihan, jadi aku terpaksa mengajarimu bagaimana caranya menghormati tuanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Her Bed
RomansA dark romance story Contain forced submission Adult story suitable for 21+ only! Kisah seorang pelayan muda dengan seorang lord yang baru saja menjadi pewaris baru sebuah pertanian.