A dark romance story
Contain forced submission
Adult story suitable for 21+ only!
Kisah seorang pelayan muda dengan seorang lord yang baru saja menjadi pewaris baru sebuah pertanian.
Cedric berjalan mendekat sementara Rosalind masih berdiri di tengah kamar, tampak begitu cantik dan menawan sehingga Cedric nyaris lepas kendali. Ia ingat ekspresi wanita itu ketika membuka penutup kotak dan mengeluarkan gaun tersebut. Dan baru pertama kali itulah ia melihat ekspresi bahagia memenuhi wajah wanita itu. Ia sudah melihat Rosalind yang marah, sedih, ketakutan, bergairah tapi ia belum pernah melihat wajah wanita itu yang dipenuhi bahagia. Dan entah kenapa, melihat wanita itu bahagia membuat hati Cedric menghangat.
Ia senang ia mengambil keputusan yang benar. Alih-alih meniduri wanita penghibur itu, Cedric membayar wanita itu untuk menemaninya ke penjahit, untuk menjadi model menggantikan Rosalind. Ternyata ia tidak salah melihat, ukuran wanita itu pas dengan Rosalind. Dan saat melihat betapa senangnya wanita itu karena mendapatkan gaun baru, rasanya semua usahanya terbayar lunas. Hanya sayang, raut bahagia wanita itu seketika menghilang ketika dia mengangkat wajah dan menatap Cedric dan saat itulah Cedric menyadari bahwa wanita itu membencinya.
Untuk mengendalikan diri, ia memaksa keluar dari kamar ini dan turun untuk mengusir kedua pelayannya. Memberi mereka perintah untuk ke kota dan membeli berbagai bahan untuk masakan makan malam nanti. Ia sempat ragu sesaat sebelum memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan terkejut ketika mendapati wanita itu mengenakan kamisol yang diberikannya, begitu cantik dan memesona dan bahkan dengan lembutnya meminta bantuan Cedric.
Ia mengarahkan wanita itu agar berdiri di depan cermin. Seumur hidupnya, Cedric sudah melepaskan terlalu banyak pakaian wanita tapi ia tidak pernah membantu mereka mengenakannya. Ia mencobanya sebisa mungkin, dengan pengetahuan minim yang dimilikinya. Tidak ada yang susah, ia hanya perlu membalikkan caranya. Jari-jarinya yang agak kaku berusaha mengikat pita satin itu menjadi ikatan pita yang rapi dan saat berhasil, Cedric menariknya kencang sehingga Rosalind terkesiap. Tubuh belakang wanita itu membentur tubuh depan Cedric dan ia memeluk pinggang wanita itu pelan.
"Be careful..." bisiknya halus.
Ia bisa merasakan wanita itu berjengit halus. Cedric lalu melepaskan wanita itu dan menjauhkannya sedikit, tidak ingin Rosalind tahu bahwa reaksi sesederhana itu saja sudah bisa membangkitkan gairah Cedric sepenuhnya. Dengan mata masih saling melekat lewat pantulan cermin, Cedric kembali mengeratkan ikatan pitanya dan mendorong dada Rosalind semakin tinggi.
Ia bisa melihat aerola wanita itu yang menonjol dari balik gaun kamisol tipis tersebut. Tanpa disadari, Cedric mengelus lengan telanjang wanita itu dan terus menatapnya dari cermin. Ia bisa merasakan napas Rosalind yang semakin cepat saat tangannya bergerak ke punggung Rosalind dan naik ke sisi leher wanita itu, menuruni sepanjang bahunya, kembali ke sisi tubuh wanita itu, lalu bergerak ke depan perut Rosalind dan wanita itu terkesiap saat ia menyentuh halus kewanitaannya.
Lewat pantulan cermin, mereka terlihat begitu serasi dan sempurna. Tangan Cedric naik lagi ke dada wanita itu dan menarik salah satu puting Rosalind, menggodanya dari balik kain sutra tipis tersebut. Wanita itu terkesiap, tanpa sadar menyandarkan tubuh belakangnya pada Cedric. Ia menarik napas panjang, memenuhi paru-parunya dengan aroma wanita itu.
"Aku bisa tersesat dalam aromamu, Rosalind," bisik Cedric kemudian, dengan parau.
Cedric menatap bayangan wanita itu dari cermin, mempelajari ekspresinya. Rosalind jelas bergairah, mulutnya setengah terbuka, mata wanita itu menyipit penuh gairah saat bibir Cedric turun untuk mencium sisi lehernya. Lalu bibir Cedric bergerak kembali, tangannya ikut mengarahkan dagu wanita itu sehingga kini bibir mereka saling menyatu. Lidah Cedric bergerak masuk menggoda kedalaman mulut wanita itu sementara ibu jari Cedric menggosok puncak payudara Rosalind. Ia mendengar desah halus wanita itu.
"Ah..."
Ia memisahkan diri dan menjauhkan bibir mereka lalu tersenyum menatap Rosalind. "Setelah makan malam, My Dear."
Lalu Cedric melepaskan Rosalind dan menjauh.
"Istirahatlah dulu," tambahnya lagi sebelum berjalan keluar kamar.
Melihat gairah dan nafsu yang tergambar di wajah Rosalind rasanya sebanding dengan rasa sakit karena harus menahan kebutuhannya, pikir Cedric saat menutup pintu kamar.