Bab 26

2.2K 292 13
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah lengkap di Playstore dan Karyakarsa ya, bab perbab bisa dibaca di Karyakarsa.

Ebook sudah lengkap di Playstore dan Karyakarsa ya, bab perbab bisa dibaca di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

And you can visit my new series, langsung tamat ya.

And you can visit my new series, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

______________________________________________________________________________

Cedric sudah hampir tiba di Stonebury. Tidak peduli dengan panasnya udara, ia tahu ia harus segera tiba. Panasnya cuaca ini sama sekali tidak sebanding dengan panasnya gairah Cedric terhadap wanita itu. Ia sudah memutuskan bahwa begitu ia tiba, urusan pertamanya adalah Rosalind Bridgwater.

Tidak peduli di mana wanita itu, tidak peduli apa yang sedang dilakukannya, begitu Cedric tiba, ia akan memastikan dirinya beradi di dalam tubuh wanita itu.

Rosalind... Rosalind... Rosalind...

Cedric sudah tidak peduli lagi dengan mantra apa yang disematkan oleh wanita itu padanya hingga ia begitu tergila-gila. Ia hanya tahu ia butuh pelepasan, tubuhnya membutuhkan wanita dan hanya ada satu wanita spesifik yang bisa memenuhi kebutuhannya tersebut, yakni – Rosalind Bridgwater.

Saat ia hampir tiba di Stonebury, ia melihat sebuah gerobak kayu yang tak asing keluar dari jalan utama Stonebury, berbelok menuju Kota Brickwall, kota terdekat dengan pertanian Stonebury. Ia melihat kedua pelayan yang dikirimkannya pada Rosalind dan mendekat.

"Lord Wallington," sapa keduanya ketika kereta kudanya berhenti.

"Di mana Rosalind?" tanya Cedric segera.

"Nona ada di rumah, My Lord," jawab Philippa. "Aku sempat melihatnya berjalan menuju lumbung ketika kami meninggalkan pertanian."

"Kalian akan pergi ke kota sekarang?"

"Ya, benar."

Ia mengangguk lalu mengisyaratkan mereka agar meneruskan perjalanan. "Baguslah. I'll see you later."

Begitu keduanya berlalu dengan gerobak susu, Cedric tersenyum pelan. Sempurna, ucapnya dalam hati. Dengan begitu, tidak akan ada yang mengganggu mereka. Ia bisa bersenang-senang sepuasnya dengan Rosalind. Cedric lalu mencambuk kudanya pelan dan mengarahkan kereta itu memasuki jalan utama pertanian pamannya. Untung saja selama ini ia selalu lebih suka bepergian sendirian, jadi tidak perlu membawa pelayan dan kusir bersama-sama, dengan begitu ia tidak perlu menyingkirkan lebih banyak orang setiap kali ia harus datang ke Stonebury untuk menemui Rosalind.

Begitu tiba di pertanian tersebut, hal pertama yang Cedric lakukan adalah berjalan cepat menuju rumah pertanian itu. Ia mendorong pintu depan hingga terbuka dan menyerbu masuk dengan langkah tergesa.

"Rosalind?"

Tidak ada jawaban.

Cedric keluar lagi menuju lumbung. Tapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Saat menutup pintu kembali, ia berbalik dan berjalan ke sudut di mana kolam penggilingan itu terletak. Dan jantung Cedric seolah berhenti saat ia melihat pemandangan di balik semak pepohonan itu. Cedric bergegas mendekat, memelankan langkah sementara jantungnya memompa, darah seolah mengalir mendesak ke pusat tubuhnya, membuat kejantanannya membengkak sakit karena kebutuhan. Ia begitu keras dan besar sehingga rasanya akan meledak sewaktu-waktu, dan saat melihat pemandangan yang disuguhkan di hadapannya... Cedric menelan ludah keras.

Sial! Rosalind benar-benar memerangkapnya.

Di kolam itu, telanjang dan basah, Rosalind sedang berbaring mengambang dengan kedua dadanya membusung bangga. Kaki-kaki wanita itu terpentang lebar dan yang mengejutkan, ia melihat jemari wanita itu sedang mengelus tubuh bawahnya sendiri. Apa yang dilakukan wanita itu? Dia sedang menyentuh dirinya sendiri? Apakah Cedric mendengar erangan halus? Senyum terbentuk di bibir Cedric. Rosalind ternyata tidak sepolos yang dipikirkannya. Ini lebih menarik. Tahu bahwa wanita itu juga terpengaruh dengan dahsyatnya kebersamaan mereka membuat Cedric merasa... senang. Rupanya bukan hanya ia yang terpengaruh. Wanita itu juga. Rosalind hanya lebih baik dalam hal menyembunyikan kebutuhannya.

Tanpa kata, berusaha sepelan mungkin, ia melepaskan semua pakaiannya dan meletakkannya di dekat lumbung. Lalu dengan pelan dan nyaris tanpa suara, ia bergerak menuju kolam dan turun dengan hati-hati. Rosalind begitu larut dalam gairahnya sendiri sehingga tidak menyadari bahwa Cedric sudah berada di dekatnya. Ia bergerak ke antara kedua kaki wanita itu dan saat melihat wanita itu menyentuh tonjolan nikmatnya, Cedric meraih kedua pinggul Rosalind dan melesakkan dirinya ke dalam.


The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang