Bab 10

2.9K 360 10
                                    

Mature Content 21+

Part mature nya bisa dibaca lengkap di Karyakarsa ya.

Yang mau baca duluan juga bisa ke Karyakarsa, sudah update sampai bab 44

Yang mau baca duluan juga bisa ke Karyakarsa, sudah update sampai bab 44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________

Cedric sama sekali tidak berencana untuk menyentuh dan menyiapkan wanita itu selama ini. Ia seharusnya menghukum wanita itu, merobek tubuh Rosalind entah wanita itu siap ataupun tidak. Mengapa ia harus peduli menyiapkan wanita itu agar bisa menerimanya dengan baik? Tapi entah kenapa ia tidak bisa melakukannya, ia merasakan sesuatu, entah itu simpati, atau karena dia terlihat tulus menyayangi pamannya atau memang pelayan itu terlalu cantik dan menggairahkan sehingga Cedric tidak ingin melewatkan satupun kesempatan menjelajahi dan menikmati tubuh seindah itu. Dan saat ia melihat bagaimana tubuh wanita itu meresponnya, hal itu membuat Cedric semakin bergairah.

Ia ingin tubuh Rosalind menginginkannya.

Cedric menarik jari-jarinya keluar sebelum ia mulai membuka celananya. Kontrol diri Cedric sudah lenyap dan ia tahu kalau Rosalind lebih dari siap untuk menerimanya. Ia melepaskan semua pakaiannya sampai tak bersisa dan merasakan bagaimana kekerasannya yang berdenyut kini terbebas sepenuhnya.

Rosalind membuka matanya ketika Cedric berjalan kembali ke antara kedua kakinya. Wanita itu membelalakkan matanya lebar dan berusaha menarik dirinya ketika Cedric mendekat.

“Kenapa? Ini pertama kalinya kau melihat tubuh telanjang pria?”

“Don’t do this to me,” bisik Rosalind memohon.

“Tidak usah berpura-pura tidak menginginkannya.”

Wanita itu terkejut dan tersentak saat merasakan kekerasan Cedric mendesak jalan masuknya. Dia memekik kecil ketika menyadari bahwa ukuran yang jauh lebih besar itu akan mengivasi dirinya. 

“Please… please, don’t…

“Diam!”

Sebenarnya, Rosalind tidak punya hak untuk melakukan tawar menawar dengan Cedric. Dia beruntung karena Cedric bukan pria yang kasar. Kalau ia adalah pria lain, pelayan rendahan itu pasti sudah ditampar dan dihajar habis-habisan sebelum diperkosa. Tapi Cedric bukan pria seperti itu. Ia memang bukan pria mulia, tapi setidaknya ia tidak akan pernah memukuli wanita. Ia lalu mendorong Rosalind hingga terbaring di atas meja. Siku-siku wanita itu menahannya sehingga posisinya masih setengah terbaring. 

Lalu Cedric kembali menekan dirinya, menggosok dan membaluri dirinya dengan kelembapan Rosalind agar nanti memudahkannya untuk bergerak memasuki wanita itu. Ia lalu dengan pelan menekankan kepalanya melewati bibir-bibir rapat itu dan membuat kedua kaki Rosalind tersentak kuat.

“Tidak… tidak… please!” jerit wanita itu di antara tangisnya.

Tapi Cedric tidak peduli. Wanita itu tidak akan bisa menghentikannya. Bahkan setan sekalipun tidak bisa. Cedric akan mati jika ia berhenti. Ia harus memiliki Rosalind sekarang juga. Ia menekan lagi lebih keras, mendesak dan mengentak lebih kuat, memaksa wanita itu menerimanya. Ia bergerak sepelan mungkin sementara wanita itu menggeliat di bawahnya, merintih dan menangis oleh invasi paksa itu. Cedric menarik kembali kepalanya pelan lalu mulai mendesak masuk kembali, mendorong dirinya lebih dalam lagi di tengah lava panas yang membungkusnya itu sampai ia menemukan pembatas. Cedric kemudian berhenti. Lalu kedua tangan kuatnya mencengkeram kedua pinggul Rosalind erat, menstabilkan gerakan menggeliat wanita itu, menahannya agar tetap diam di tempat lalu sambil menatap ke bawah, memandang wajah cantik wanita itu yang memerah dan lembap, menatap ke dalam kedua mata biru Rosalind yang indah, Cedric mendorong dirinya ke dalam dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.

“Aarrgghh!”

Rosalind melepaskan jeritan keras yang memilukan ketika keperawanannya direnggut dengan keras dan kasar.

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang