Bab 9

2.9K 347 5
                                    

Mature Content 21+

Happy Reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, silakan ke Karyakarsa ya. Bab 39-41 sudah update. Part2 tersebut mengandung adegan 21+ ya.

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

________________________________________

Kata-kata pria itu, perbuatannya yang sangat tidak senonoh dan merendahkan seharusnya membuat Rosalind ingin muntah. Tapi di saat yang sama, perasaan aneh yang asing juga memenuhi Rosalind, membuatnya mematung, membeku, tak mampu melawan. Pria itu sedang menyentuhnya dengan paksa dengan cara yang tidak pernah diketahui oleh Rosalind sebelumnya. Ia ingin pria itu pergi, meninggalkannya, Rosalind juga ingin menghilang, ia merasa begitu malu dan terhina sehingga berharap ia musnah saja dari muka bumi ini. Tapi jari yang tengah menyentuhnya itu, Rosalind juga tidak ingin pria itu berhenti melakukannya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tubuhnya mendambakan sentuhan pria itu tapi Rosalind tidak mampu menahan gairah yang membanjiri tubuhnya. Betapa rendahnya ia, benar saja kata pria itu, Rosalind memang rendah, seperti pelacur. Ia menutup matanya kembali dan menahan air mata amarahnya, berharap seandainya saja ia bisa menghilang saat ini juga.

Oh Lord… tolonglah dirinya. Hentikan semua perasaan menggelitik gila di dalam dirinya ini, padamkan semua api yang membakar menjilatnya hingga ia ingin mengerang dan mendesah.

Tapi bukannya mereda, api itu semakin panas membakarnya. Dimulai dari kewanitaannya lalu menyebar. Panas itu memenuhi perut bawahnya, bergerak menyambar ke mana-mana, pelan-pelan mencapai setiap inci tubuhnya. Dan saat tangan pria itu tiba-tiba menjauh, Rosalind merasakan kekosongan. Mengapa? Mengapa pria itu berhenti?

Tapi ia segera mendapatkan jawabannya. Pria itu bergerak ke atas, sedang mengurai tali korset di depan dada Rosalind. Begitu terlepas, Rosalind bisa merasakan dadanya yang tadi kencang terikat kini terasa bebas memberat di depan tubuhnya. Lalu tanpa ampun, pria itu menarik kamisolnya ke atas dan merobek kain malang itu sehingga menimbulkan bunyi yang menyedihkan di telinga Rosalind. Dengan tak berdaya, Rosalind memandang terkejut pada korset malangnya yang telah longgar itu juga kamisolnya yang robek. 

Lalu ia terkesiap keras saat pria itu tiba-tiba menundukkan kepalanya dan mulai mengisap keras salah satu puncak payudaranya, lalu menggoda dan membuat ujung itu mengeras oleh sapuan lidahnya. Kedua kaki Rosalind mendesak terbuka saat tangan pria itu sekali lagi menyentuhnya di bawah sana. Ia berusaha melawan, mencoba membuka mulutnya untuk berteriak tapi ia terkejut ketika menyadari bahwa bukan jeritan yang keluar dari mulutnya, tetapi erangan bernada tinggi yang sama sekali tidak mirip dengan suaranya.

“Ohhhhh!”

Suara anehnya itu sepertinya membuat pria itu senang. Dia berbisik kasar pada Rosalind, mengucapkan hal-hal tak senonoh. 

I can’t wait to bury myself deep inside your sweet little hole, Rosalind.”

Rosalind marah, dia ingin kembali membentak pria itu tapi yang keluar masih tetap adalah erangan yang menjijikkan.

Ia tidak mengerti kenapa. Apakah memang seperti ini rasanya jika disentuh oleh seorang pria? Rosalind tidak punya pengalaman. Apakah semua wanita sama seperti dirinya, tidak ingin sentuhan dan godaan itu berakhir karena rasanya seluruh tubuhnya kini bergetar mendamba? Ia mengerang kembali saat pria itu dengan pelan menggunakan lidahnya untuk menjentik lalu melingkari area sekitar puncak payudara Rosalind.

“Oh Lord…

Pria itu kemudian menjauhkan mulutnya dan tertawa kecil. “Dasar penyihir kecil yang menggairahkan,” bisik pria itu serak.

Pria kurang ajar itu kembali mendekatkan mulutnya dan menangkap puncak payudara Rosalind yang lain di antara gigi-giginya kemudian menggunakan lidahnya untuk menggoda puncak tersebut. Jari pria itu tidak tinggal diam. Rosalind kembali terkesiap saat ia merasakan pria itu mendesakkan dirinya di bawah sana, satu jemarinya berada di belahan rapat Rosalind, mendesak, dengan pelan bergerak masuk, membuat Rosalind menjerit kecil dan berusaha bergeser karena ngeri. Ia bisa merasakan ujung jemari pria itu yang keras yang membuatnya takut sekaligus tak nyaman. Napas Rosalind kembali terlepas saat pria itu menarik jemarinya keluar.

“Please… please…” pinta Rosalind, menginginkan pria itu berhenti.

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang