Bab 8

2.8K 353 12
                                    

Mature Content 21+

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, silakan ke Karyakarsa ya. Sudah update bab 35-38. Part2 ini mengandung adegan 21+ ya.

You can follow my Karyakarsa acc di : carmenlabohemian


Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Cedric melepaskan tangannya dari tenggorokan wanita itu tapi masih menahan lengan Rosalind. Ia bergerak untuk mendorong Rosalind ke depan sehingga wanita itu setengah membungkuk. Lalu satu tangannya yang bebas melepaskan tali pinggang kulitnya. Ia tidak tahu kalau bunyi itu membangunkan trauma tersendiri pada Rosalind. Wanita itu sudah menerima banyak pukulan di panti asuhan. Dalam pikiran Rosalind, Cedric akan menggunakan cara yang sama untuk mendisplikannya, pukulan demi pukulan menyakitkan di punggungnya, persis seperti ketika dia masih kecil. 

Wanita itu mulai berontak ketakutan dan itu membuat Cedric semakin kesal. Wanita liar ini benar-benar perlu diberi pelajaran. Dia tidak punya hak melawan tapi masih saja memberontak begitu keras. Tapi tentu saja apa yang ada dalam pikiran Rosalind berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Cedric. Alih-alih memukul wanita itu, ia menggunakan tali pinggang kulit itu untuk mengikat kedua pergelangan tangan Rosalind. Lalu ia memutar wanita itu agar kembali menghadapnya.

Pelayan rendahan itu berteriak keras di depan wajahnya, matanya tampak menyala nanar dan liar. 

“Apa yang kau lakukan, hah?!”

Cedric sangat marah. Beraninya pelayan rendahan ini melawannya. Bahkan mencoba menghancurkan kepalanya dengan poker besi sialan itu! Wanita itu beruntung karena Cedric masih belum mengusirnya ke jalanan seperti niat awalnya ketika datang kemari. Kemarahannya kini mulai melebur menjadi sesuatu yang jauh lebih kuat dan ganas saat dia mengamati wanita itu dari jarak sedekat ini. Wanita itu tak berdaya di hadapannya, dengan lengan terikat ke belakang sementara leher dan dadanya yang seputih susu menonjol ke depan dengan posisi yang mengundang. Cedric memperhatikan bagaimana napas wanita itu terengah-engah di balik korset yang dikenakannya, yang menyebabkan kedua payudara wanita itu terangkat naik dan turun dalam gerakan cepat. Gairah kembali menguasai Cedric. Ia merenggut rambut wanita itu yang terikat dan menguraikannya dengan kasar, membiarkan helaian-helaian hitam itu jatuh di sekeliling bahu dan punggungnya.
“Begini lebih baik,” ujar Cedric dengan suara serak.

“Lepaskan aku! Apa yang ingin kau lakukan?!”

Cedric tahu kalau wanita itu tidak pernah tidur dengan Paman Hugh. Ia mengatakannya hanya untuk membuat wanita itu kesal dan marah. Tapi wanita itu diperlakukan dengan terlalu baik oleh pamannya itu sehingga dia mulai lupa diri dan bagi Cedric, Rosalind tidak pantas menerima kebaikan tersebut. Seorang pelayan haruslah tahu diri, tahu di mana tempat dia seharusnya berada. Seorang pelayan haruslah diperlakukan seperti pelayan dan bukan sebaliknya. Wanita itu harus diajarkan tentang kepatuhan. Tapi terlebih, sungguh sayang jika menyia-nyiakan pelayan secantik ini. Bukankah sudah tugas mereka untuk menyenangkan para tuannya?

“Apa yang ingin kulakukan?” Ia menyeringai pada wania itu. “Aku akan mengajarimu cara menyenangkan tuanmu, Rosalind.”

Cedric lalu mencengkeram pinggang Rosalind dan mengangkat serta mendudukkannya di atas meja kayu ek lalu ia berdiri di antara kedua kaki wanita itu sementara Rosalind berjuang menyeimbangkan diri tanpa bantuan kedua lengannya.

“Lepaskan aku!” 

Dia masih berteriak histeris, membuat telinga Cedric sakit.

“Kau kucing liar kecil! Diamlah!”

Cedric melingkarkan satu lengannya untuk menyeimbangkan wanita itu sementara tangannya yang lain berusaha mengangkat rok Rosalind. Sementara itu, Rosalind berteriak dan memberontak tanpa henti, matanya berkilat nyalang dan liar, dia berusaha menendang tubuh bawah Cedric sampai-sampai sepatunya lepas dalam usahanya tersebut.

Dasar wanita liar!
Marah, Cedric menjambak rambut wanita itu dengan kuat, menarik dan mendongakkan kepala wanita itu ke belakang sehingga memperlihatkan kulit pucat mulus lehernya. Wanita itu nyaris lumpuh karena panik, untuk sesaat terlalu kaget untuk melawan. Cedric menggunakan kesempatan itu. Bibirnya turun lalu ia menggigit kecil kulit di sekitar tulang selangka Rosalind, mengisap pelan dan dengan lidahnya ia mulai menjilat sisi leher wanita itu.

“Ohh! No… oh!

Rosalind kembali memberontak tapi Cedric sudah siap mengantisipasi. Ia bertekad akan memberi wanita itu pelajaran tentang kepatuhan absolut. Bahwa ia yang memegang semua kendali ke atas diri wanita itu, kendali atas hidupnya, tubuh Rosalind, segalanya tentang pelayan itu. Panas tubuh mereka seolah membakar keduanya, aroma dan cita rasa wanita itu membuat Cedric gila. Ia sangat butuh, sangat butuh untuk berada di dalam tubuh wanita itu sesegera mungkin, untuk merasakan kerapatan pelayan desa ini yang membungkus kekerasannya. 

Gerakan liar wanita itu, tendangannya, perlawanannya, hanya membuat rok wanita itu tersingkap semakin ke atas, kini memperlihatkan sepasang kaki indah yang mulus dan jenjang. Tangan Cedric berkelana ke bawah, menyelinap di balik rok sampai ia menemukan sumber panas di antara kedua paha dalam Rosalind.

“Ja… jangan!”

Wanita itu mulai membuatnya gila, pikir Cedric penuh gairah. Kewanitaan Rosalind yang panas seolah membakar jari-jemarinya saat ia bergerak semakin dekat. Ia bisa merasakan tubuhnya menjadi semakin keras dan bengkak di balik celana breeches-nya. Wanita itu sepertinya sadar bahwa perlawannnya sia-sia. Dia kemudian mengalihkan wajah, menutup matanya rapat sementara air mata membasahi wajahnya ketika merasakan tangan Cedric merobek kain penghalang itu.

Kering… wanita itu sama sekali belum siap. Jari Cedric bergerak semakin jauh, menuju ke dalam, menemukan kerapatan yang sangat ketat yang pelan-pelan menjadi licin saat Cedric terus memaksakan gerakannya. Ia bergerak semakin dalam dan berhenti ketika merasakan penghalang. Dugaannya benar, wanita itu belum tersentuh dan senyum puas tersungging di bibirnya, gairahnya melesak naik oleh pemikiran bahwa ia akan menjadi pria pertama yang menyentuh wanita itu. 

Setidaknya, Cedric harus melakukan sesuatu untuk menyiapkan wanita itu. Jika Cedric tidak melakukannya, maka wanita itu pasti akan sulit menerimanya nanti, mungkin malah akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi Cedric dan ia tentu saja tidak menginginkan hal itu terjadi. Ia menarik jemarinya lagi, mengumpulkan rok wanita itu di sekeliling pinggang dan menarik lepas sisa kain yang robek agar ia bisa melihat dengan lebih jelas keindahan intim yang tersembunyi tak tersentuh di antara kedua kaki mulus itu.

“Oh… it’s beautiful, Young Servant.”

 

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang