Bab 21

2K 291 11
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya. Masih periode diskon sampai akhir Agustus ya.

 Masih periode diskon sampai akhir Agustus ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Cedric tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Bisa-bisanya ia berhenti di atas puncak bukit ini dan diam-diam memperhatikan wanita itu. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Saat melintasi bukit ini, Cedric melihat sosok Rosalind yang berjalan keluar dari lumbung jadi ia menghentikan kereta kuda. Mereka tidak sempat mengucapkan selamat tinggal tapi sepertinya Rosalind tidak peduli. Cedric juga tidak sudi menunggu wanita itu kembali dari ladang hanya untuk mengucapkan salam perpisahan, mengapa ia harus melakukannya? Ia adalah tuan tanah di sini, tuan dari Rosalind sedangkan wanita itu cuma budak pelayannya. Mengapa ia harus merendahkan dirinya demi seorang pelayan rendahan?

Lalu apa yang dilakukannya di sini? Berhenti di bawah pohon, setengah bersembunyi, diam-diam memperhatikan wanita itu. Tapi Cedric tidak bisa melewatkan godaan tersebut. Saat melihat wanita itu berjalan keluar dan menuju ke rumah pertanian, ia otomatis menghentikan kereta kudanya. Lalu mendapati matanya tak lepas dari sosok indah itu. Cedric memperhatikan wanita itu selama beberapa lama. Melihat bagaimana angin yang bertiup lembut membuat roknya memeluk paha dan mencetak bentuknya, melihat bagaimana wanita itu menghapus keringat dari dahinya dan merapikan anak-anak rambut dari wajahnya. Rosalind begitu alami, natural, apa adanya tapi setiap hal kecil yang dilakukannya membuat Cedric bergairah.

Otaknya pasti sudah bergeser, putus Cedric kemudian. Saat ini yang bisa dipikirkannya adalah memutar kembali kereta kudanya untuk kembali ke tanah pertanian lalu meraup wanita itu, menggendongnya kembali ke rumah, membawanya ke kamar tidur dan membaringkan Rosalind kembali di atas ranjang. Lalu membawa mereka berdua hingga tersesat kembali dalam badai nikmat. Dan Cedric tidak akan meninggalkan ranjangnya, ia akan terus memuaskan dirinya dengan wanita itu lagi dan lagi dan lagi... sampai semua energinya terkuras habis hanya untuk Rosalind seorang.

Apa kau sudah gila, Cedric Wallington?

Mungkin, pikir Cedric sedih. Saat wanita itu menoleh seolah sadar ada yang memperhatikannya, tubuh Cedric bergerak sendiri. Ia menjalankan lagi kereta kudanya, merasa seperti bocah tolol yang kedapatan mengintip seorang wanita cantik. Seperti itulah Rosalind mempengaruhinya. Cedric merasa seperti orang bodoh. Ia seperti hilang akal. Bagaimana bisa ia membiarkan seorang pelayan mempengaruhinya seperti ini? Pilihannya sudah tepat, ia harus segera meninggalkan Stonebury dan kembali ke London. Kembali ke kehidupannya yang biasa dan melepaskan dirinya dari pengaruh aneh Rosalind Bridgwater.

Sesampainya di London, semua akan kembali normal. Di sana, ia akan mencari cara untuk melupakan Rosalind. Ini hanya pengaruh sementara, kegilaan sesaat karena hubungan uniknya dengan Rosalind yang membuat Cedrick berpikir bahwa bersama wanita itu, ia mendapatkan kenikmatan yang tak pernah didapatkannya dari wanita lain. Tapi ia salah. Begitu meninggalkan Stonebury dan menjauhi Rosalind, semua akan kembali normal. Mungkin karena Rosalind berbeda, mungkin karena wanita itu terus bertekad menolaknya, jadi Cedric merasa tertantang untuk sesaat. Bukan karena wanita itu perawan, Cedric pernah meniduri perawan, tapi mungkin karena Rosalind berjuang untuk melawannya, menolaknya dengan keras sehingga kesan wanita itu sedikit mendalam. Tapi segera, dia hanya akan menjadi satu dari sekian nama yang dilupakan oleh Cedric.

Tidak ada yang istimewa dari Rosalind. Pada akhirnya, wanita itu akan sama saja dengan wanita-wanita lain yang pernah hadir untuk menghangatkan ranjang Cedric. Hanya sekadar sosok cantik yang singgah sekejap lalu dilewatinya. Ya, hanya akan menjadi sebatas itu.

Dalam perjalanan kembali ke London, tak terhitung berapa kali ia memarahi dirinya sendiri karena untuk sesaat, Cedric membiarkan dirinya terlibat terlalu dalam. Demi Tuhan, ia membiarkan dirinya merasa nyaman bersama seorang pelayan. Itu sungguh memalukan! Rosalind tidak lebih adalah mainan barunya belaka, sesosok tubuh hangat indah yang seharusnya menemani Cedric di ranjang setiap kali ia mengunjungi Stonebury, sesosok tubuh yang tidak lebih dari sekadar alat pemuasan nafsunya belaka. Cedric tidak perlu merasakan apapun untuk wanita itu. Tidak boleh ada simpati, tidak perlu juga merasa bersalah apalagi kasihan ataupun perasaan berbahaya lainnya, hatinya tidak akan terlibat karena ini hanya sekadar hubungan fisik, Rosalind hanyalah sekadar tubuh wanita untuk memuaskan kebutuhan seksualnya. Dan tidak lebih! Wanita pelayan itu hanyalah properti Cedric, benda miliknya, seseorang tidak perlu merasakan simpati pada sebuah properti, apalagi properti tak berharga seperti Rosalind Bridgwater.

Pokoknya, begitu tiba di London, Cedric akan melupakan wanita itu dengan cepat. Rosalind Bridgwater bahkan tidak akan bisa menguasai benaknya walaupun hanya satu detik. Ia akan terlalu sibuk di London. Bisnis dan wanita-wanita cantik sedang menunggu kepulangannya.

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang