Mature Content 21+
Happy reading, semoga suka.
Ebook sudah lengkap di Karyakarsa dan Playstore.
Another new story from me too, juga tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Enjoy
Luv,
Carmen
_________________________________________________________________________
Saat matahari terbenam di balik bukit, Rosalind duduk di sudut ruang tamu dan mulai menjahit pakaiannya yang robek karena ulah sang iblis berkedok bangsawan terhormat itu. Ia duduk di kursi malas milik Hugh, dengan benang dan jarum di tangan dan mata yang mengabur oleh air mata, hanya ditemani bunyi jangkrik dan serangga malam sementara tangannya bekerja dengan cekatan. Tapi semakin lama, sesak dan sedih itu kembali memenuhi matanya dan tangan Rosalind mulai bergetar. Ia marah pada dirinya sendiri. Bayangan pria itu tidak mau pergi. Ia menutup matanya sejenak, mencoba mengendalikan dirinya tapi bayangan pria itu kembali berkelebat di dalam benaknya, bagaimana rasanya saat ia dipeluk oleh pria itu, ditekan ke atas meja, bagaiman pria itu memompa dirinya dengan kuat dan tanpa ampun, membuat Rosalind begitu sesak sekaligus... Oh! Sial, apa yang terjadi pada dirinya?
Lalu bunyi di luar membuat Rosalind terkejut. Ia dengan cepat meletakkan jarum dan pakaiannya kemudian duduk tegang mendengarkan.
Suara apa itu? Ini sudah malam dan pertanian ini sepi dan berjarak jauh dari pertanian lain dan Rosalind hanya tinggal sendiri. Perasaannya tidak enak dan jantungnya berdebar keras, sejuta bayangan tentang hal buruk menghampirinya terutama setelah kejadian tadi pagi.
Rosalind membeku ketakutan saat mendengar suara pagar yang berderit membuka lalu terdengar suara kuda dan kereta yang ditarik. My Lord! Tidak mungkin! Apakah itu Earl of Wallington, mengapa iblis itu kembali secepat itu? Rosalind bergegas berdiri untuk membuktikan dugaannya dan benar saja, saat ia mengintip dari jendela, pria itu sedang meloncat turun dari kereta kudanya.
Ya Tuhan!
Untuk sesaat, Rosalind panik. Ia tidak siap. Mengapa secepat ini? Pria itu sudah ada di sini sekarang. Rosalind bahkan tidak bisa kabur. Ia juga belum menemukan surat yang ditulis tangan oleh Hugh. Ia membutuhkan Stonebury, tempat ini adalah rumahnya. Dan jika ia tidak bisa menemukan surat itu, maka ia harus benar-benar membuat kesepakatan dengan sang earl. Dua tahun, Rosalind hanya perlu bersabar dua tahun untuk mendapatkan tempat ini dan ia harus memastikan pria itu memenuhi janjinya. Pikirannya masih kacau balau ketika pintu depan terpentang membuka. Ia bergeming saat melihat pria itu melepaskan topi dan coat-nya, kemudian rompi serta cravat-nya menyusul, dengan tenang meletakkan semuanya di rak dekat pintu.
Lalu pria itu berdiri hanya mengenakan kemeja dan celana breeches-nya. Api dari perapian menciptakan siluet hitam besar dan dada Rosalind kembali berdebar kencang. Tetap dengan tenang, tanpa kata, pria itu menutup pintu lalu berjalan menuju ke perapian, mengambil salah satu ranting dan menyalakan lampu minyak.
Rosalind menatap pria itu dan merasa ia harus mengatakan sesuatu karena sepertinya Earl of Wallington menunggunya membuka mulut.
"My Lord... aku... aku tidak tahu Anda akan kembali malam ini juga."
Pria itu masih terdiam.
"Kupikir Anda masih sibuk di kota."
"Ini rumahku, tanahku, aku bebas kembali kapan saja. Kenapa?"
Rosalind menggeleng cepat, memutuskan untuk melunak. "Maksudku... aku bahkan tidak menyiapkan makan malam untuk..."
"Tidak perlu," potong pria itu tegas. Lalu pria itu menegakkan diri dan mata mereka bertemu dalam tatapan lekat. "Kau tahu alasan kenapa aku kembali ke sini."
Hati Rosalind mencelos. Tentu saja ia tahu. Tapi sekarang ia juga tahu jawaban apa yang harus ia berikan karena Rosalind sudah membuat keputusannya.
"Ya, My Lord... kau... kau memintaku untuk mempertimbangkan tawaranmu, bukan?" Ia terkejut ketika mendengar dirinya sendiri mengucapkannya dengan begitu lancar.
"Ya, betul. Kau sudah memiliki jawabannya?" Pria itu berjalan mendekat, cahaya lampu di tangannya ikut bergerak-gerak. "Dan tidak perlu bersikap begitu formal padaku. Kau bahkan kuizinkan memanggil nama depanku, Cedric."
"Ak... aku menerima tawaranmu." Rosalind menelan ludah dan menenangkan sesak di dadanya. "Aku... aku akan melakukan apapun yang kau inginkan."
Pria itu memberi Rosalind senyum penuh kepuasan. "Aku tahu kau adalah wanita yang pintar. Kau tahu mana yang menguntungkanmu, bukan? Tentu saja, kau harus memenuhi bagian kesepakatanmu dulu untuk bisa mendapatkan keinginanmu."
Dasar iblis sialan! Trik licik apalagi yang ingin dimainkannya?
"Dan apa maksudnya itu, My Lord?"
"Biarkan aku melihat kesungguhan dan dedikasimu."
Pria itu menatapnya dari atas ke bawah, menatap gaun chemise katun longgar yang dikenakan Rosalind, satu-satunya penghalang yang melindungi tubuh Rosalind dan ia terlambat menyadari kilat dalam mata pria itu. Saat ia menyadari arti tatapan pria itu, Rosalind merasakan getar di sepanjang tulang punggungnya dan kedua lututnya terasa berubah menjadi jeli lembek. Pria itu melangkah maju lalu menarik tubuh Rosalind merapat padanya. Ia bisa merasakan tubuh kuat pria itu yang sekeras baja.
Pria itu menutup semua jarak di antara mereka, menatap begitu lekat dan dalam ke dalam mata biru Rosalind hingga ia lupa bernapas. Kedekatan mereka menciptakan desir yang membuat tubuh Rosalind bergetar waspada oleh rasa takut.
"Apa yang kuinginkan darimu bukanlah sesuatu yang bisa diucapkan dengan kata-kata, tapi harus ditunjukkan. Biarkan aku menunjukkan padamu apa yang aku inginkan darimu, Young Servant."
Pria itu lalu mendongakkan dagu Rosalind dan kepalanya menunduk, bibir itu menutupi bibir Rosalind sementara dia memeluk tubuhnya kian erat. Jari-jari panjang kuat pria itu menyisir rambut hitamnya yang terurai ke punggung. Telapak besar itu kemudian mengusap punggungnya naik turun, sementara tubuh mereka seolah melebur, kekuatan yang beradu dengan kelembutan hangat. Satu tangan Cedric yang bebas bergerak naik untuk membelai dada Rosalind. Pria itu berbisik padanya, berkata bahwa dia senang karena Rosalind tidak mengenakan apapun di balik gaun itu.
"Kalau aku tidak mengenalmu, aku akan benar-benar berpikir kau memang berencana menggodaku, Young Servant," ejek pria itu pelan sambil tertawa pelan. "Tapi kau terlalu polos untuk tahu bagaimana caranya menggoda seorang pria. Aku sudah membuktikannya tadi pagi."
Rosalind benci ucapan pria itu, terlebih nadanya, tapi ia diam saja.
Bibir pria itu kembali menguasainya, kali ini dengan lebih dalam, dia menyelipkan lidahnya. Rosalind menyadari bahwa dirinya merespon. Dengan mulut pria itu masih memerangkapnya, tangan pria itu menjelajah ke bawah menyusuri perut Rosalind hingga ke bagian di antara kdua kakinya. Rosalind kembali mengerang. Pria itu kemudian merapatkan tubuh Rosalind padanya agar ia bisa merasakan efeknya pada pria itu, bagaimana kejantanan pria itu menekan perut Rosalind. Ia benci mengakuinya, tapi Rosalind tahu ia berubah lembap dan ciuman mereka telah membawa kembali kenangan yang sebenarnya tak ingin lagi Rosalind ingat.
Pria itu kemudian menjauhkan tubuh mereka dan berbisik serak. "Ayo, kita ke atas."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil in Her Bed
RomansaA dark romance story Contain forced submission Adult story suitable for 21+ only! Kisah seorang pelayan muda dengan seorang lord yang baru saja menjadi pewaris baru sebuah pertanian.