Bab 12

2.7K 359 16
                                    

Happy reading, semoga suka.

Cerita ini sudah tersedia di Karyakarsa, baik part per part maupun cerita keseluruhan ya. Silakan cari saja ke sana.

Or kalian juga bisa beli file pdf-nya, bisa kontak no WA yang tertera di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Or kalian juga bisa beli file pdf-nya, bisa kontak no WA yang tertera di bawah.

Or kalian juga bisa beli file pdf-nya, bisa kontak no WA yang tertera di bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk yang menunggu playstore, mungkin dalam 2/3 hari ini.

Enjoy

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________________

Aku rasa aku punya penawaran menarik untukmu.

Rosalind ingin mendengus saat mendengar pernyataan tersebut. Tawaran apalagi yang bisa diberikan pria itu padanya? Dalam sekejap mata, pria itu telah merenggut segala yang tersisa dalam diri Rosalind. Ia ingin berkata pada pria itu bahwa dia boleh pergi ke neraka saja tapi setelah kejadian barusan dan mengingat tubuhnya masih menyisakan rasa sakit, Rosalind memilih untuk diam. Lebih bijaksana jika ia tidak memancing amarah pria itu. Bagaimana kalau iblis itu meradang dan menghancurkan tubuhnya lagi? Bisa-bisa Rosalind harus merangkak untuk naik ke kamarnya nanti.

Ia memaksa diri untuk menatap pria itu yang sedang mengenakan pakaiannya kembali, tampak rapi seperti sediakala, seolah tidak terjadi apa-apa.

Rosalind tidak tahu tawaran seperti apa yang ingin disampaikan pria itu padanya. Toh bangsawan itu sudah membuktikan diri bahwa dia bisa mendapatkan apa saja dari Rosalind, entah ia suka ataupun tidak suka. Betapa ia membenci pria itu tapi bahkan tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya secara terang-terangan.

"Kau tidak tertarik?" tanya pria itu kemudian karena Rosalind masih diam.

"Katakan saja dan setelah itu, tolong pergilah," ucap Rosalind akhirnya, lelah.

Dengan cepat, pria itu menutup jarak di antara mereka. Dengan waspada, Rosalind cepat-cepat bangkit dan duduk, berusaha menghindar dari pria itu. Ia tidak akan sanggup jika pria itu memaksanya lagi. Tapi pria itu lebih cepat. Dia meraih rahang Rosalind, menahannya dan mengarahkannya agar mereka saling bertatapan kemudian menunduk untuk melumat bibir Rosalind dengan dalam.

Ciuman itu seketika membakar gairah Rosalind sebesar kebencian yang membakar tubuhnya. Lidah pria itu menyelinap ke antara giginya, bergerak ke dalam mulutnya. Pelan, rasa sakit di tubuh Rosalind seolah tergantikan oleh kenikmatan yang pelan terbangun. Ia berusaha menggeliat, menjauh dari pria itu namun tangan lain pria itu kemudian menahan punggungnya, merapatkan mereka saat dia menciumi Rosalind hingga puas sebelum menjauhkan dirinya.

"Tawaranku adalah," ucap pria itu kemudian sambil menatapnya. "Kau sebagai ganti Stonebury."

"Apa?"

Pria itu kemudian menjauh, tampak bersiap-siap untuk pergi. "Aku masih harus menyelesaikan beberapa urusan terkait dengan warisan pamanku dan aku benci menginap di penginapan desa ini. Wanita-wanita di sana juga jelek. Aku lebih suka tinggal di sini. Jadi, inilah penawaranku – setiap kali aku datang mengunjungi pertanianku di sini, kau akan menemaniku di ranjang dan melanjutkan apa yang tadi kita mulai. Jika kau bisa memuaskan dan menyenangkanku, saat kontrakmu berakhir, aku akan memberikan Stonebury padamu. Bagaimana? Penawaran yang sama sekali tidak buruk, bukan? Ini penawaran yang sangat murah hati menurutku, Rosalind."

Murah hati? Ia ingin kembali memaki pria itu tapi menahan diri. Rosalind sebenarnya tidak tahu harus memikirkan apa. Ia tahu tempat ini adalah tempat yang bisa disebutnya rumah. Satu-satunya tempat yang bisa ia sebut sebagai rumah setelah ibunya tiada. Dan jika ia sampai menolak tawaran pria itu, ia yakin iblis jahat ini tidak akan segan-segan melemparnya ke jalanan atau bahkan menjualnya ke rumah pelacuran.

Tapi...

"Apa maksudmu dengan kata-kata jika aku memuaskanmu? Memuaskanmu seperti apa?" Ia tidak percaya ia menanyakan syarat pria itu seperti sedang membicarakan syarat sebuah transaksi bisnis. Betapa menyedihkan.

"Submit to me willingly. Kapan saja aku menginginkannya, dengan cara apapun aku menginginkannya, di manapun aku menginginkannya dan jika aku senang dan puas, kau akan mendapatkan pertanian bobrok yang sepertinya sangat kau cintai ini begitu kontrakmu berakhir. Aku sebenarnya tidak peduli dengan tempat ini, tapi karena bagaimanapun aku adalah pemiliknya dan aku tetap akan mempertahankan hakku sampai aku merasa aku ingin memberikannya padamu, maka kurasa pertukaran ini adalah pertukaran yang adil."

"Maksudmu aku harus menjadi pelacurmu, bukan? Melakukan apapun yang kau inginkan tanpa boleh membantah?"

Pria itu hanya tertawa.

"Ya, kurang lebih. Tapi kau hanya akan menjadi pelacurku seorang. Dan anggaplah pertanian ini sebagai bayaranmu. Terserah padamu, Rosalind. Pilihannya ada padamu. Kau ingin mendapatkah tempat ini atau kau akan membiarkanku menjualnya, apapun pilihanmu, aku tidak rugi kedua-duanya. Kalau aku menjual tempat ini, akibatnya akan buruk untukmu. Tapi tidak perlu menjadi seperti itu jika kau bersedia menurut padaku. Apa susahnya menyerahkan dirimu padaku? Pikirkan secara logis, bagaimanapun juga, aku adalah tuanmu dan patuh padaku adalah kewajiban dasarmu. Melayaniku juga adalah kewajiban utamamu. Jadi, bagaimana? Kau setuju dengan perjanjian kita, Rosalind?"

Sebenarnya, ini bukanlah sebuah perjanjian. Ini juga bukan pilihan. Ini adalah perintah... dari tuan barunya. Rosalind menatap pria itu dengan benci. Air mata amarah kembali memenuhinya. Pria itu sudah berbalik, meraih topinya dari gantungan dan memakainya di kepala.

Lalu setelah membuka pintu depan, pria itu melanjutkan. "Untuk sekarang, karena kau tidak menjawab, maka aku menganggapmu telah setuju. Aku akan kembali lagi nanti untuk mendiskusikan masalah ini lebih lanjut. Have a good day, Rosalind Bridgwater. Senang bertemu denganmu."

Lalu pria itu keluar dan pintu terbanting di belakangnya, meninggalkan Rosalind sendirian, hancur dan patah, masih bergulung di atas meja ek itu. Ia kini mengizinkan air matanya mengalir hingga puas, masih merasa syok atas apa yang telah terjadi dan apa yang baru saja ia setujui.

Sementara itu, Cedric sudah meninggalkan tanah pertanian Stonebury dengan kereta kudanya. Ia berencana pergi selama beberapa hari ke kota untuk mengurus masalah warisan ini dengan almarhum pamannya sekaligus juga menjernihkan kepalanya. Tubuhnya yang berkhianat menjerit meminta agar ia segera kembali ke Stonebury, membawa wanita itu ke tempat tidur dan memeluknya serta bermain-main dengan tubuh itu sepanjang hari. Tapi Cedric menolak untuk menyerah dan mencoba mengendalikan dirinya lagi. Ini tidak seperti dirinya. Mungkin karena wanita itu adalah wanita pertama yang membangkang dan melawannya, mungkin juga ia merasa sedikit posesif karena wanita cantik itu tidak tersentuh sebelumnya dan ia adalah pria pertamanya. Cedric masih tidak mampu menghilangkan bayangan tersebut, bagaimana wajah dan ekspresi wanita itu saat Cedric merenggut keperawanannya. Tidak diragukan lagi, wanita itu sudah menyihirnya hingga ia hilang akal.

Sial! Kamar yang sudah dipesannya di penginapan, mereka boleh menyimpan uangnya, Cedric sama sekali tidak peduli. Jumlah itu sama sekali tidak sebanding dengan di mana ia nanti akan bermalam, di samping kehangatan tubuh wanita itu. Ia mencambuk kudanya agar bergerak lebih cepat, bergerak menuju ke kota untuk menyelesaikan urusannya lalu ia akan mengepak barangnya yang ada di penginapan dan kembali ke rumah pertanian ini sebelum matahari terbenam.

Nama wanita itu kini bergema di kepala Cedric saat ia menjalanka keretanya.

Rosalind... Rosalind... Rosalind...

Rosalind Bridgwater benar-benar telah menguasai otak dan tubuhnya!

The Devil in Her BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang