Prolog: welcome to hell

1.1K 82 63
                                    

Selama 14 jam Min Yoongi merapalkan doa supaya tak ada masalah yang lebih gila daripada korupsi yang dilakukan pemimpin anak perusahaan Kimdae Group ini di Spanyol.

Dua jam setelah pendaratan, bersama anak kandung kedua keluarga Kim membaca laporan keuangan—mungkin dirinya terlalu pendosa sampai doa-nya saat berada di atas awan itu tidak terkabul—mendapati tidak hanya korupsi masuk ke rekening pribadi, ada banyak pula dana keluar yang membengkak, transaksi yang tidak jelas tujuannya dan itu sangat merugikan perusahaan selama 2 tahun terakhir sebesar 30 miliar won.

Yoongi mundur beberapa langkah ketika menemukan saudara tirinya membabi buta menghabisi wakil pimpinan perusahaan suku cadang otomotif KGarage itu yang satu-satunya ada di gedung sejak pimpinannya sendiri sudah kabur. Seperti diperlihatkan bagaimana kehidupannya beberapa bulan—mungkin tahun—ke depan.

"Te arrepentirás de matarme! Yo soy el que ayuda a la compañía—" Pria yang mungkin berumur hampir setengah abad itu berteriak dengan wajahnya yang penuh darah.

"What did he say?" Yoongi masih menatap punggung Seokjin yang empunya berada di atas korbannya yang terbaring sekarat di lantai; kepalanya miring sedikit ke arah belakang, bertanya kepada satu-satunya perempuan Spanish yang berdiri bersama mereka.

"He said you will regret if you guys kill him."

"Why?"

"He's the one who helped company—"

Yoongi mengernyitkan keningnya, tak hanya karena mendengar terjemahan ucapan barusan tetapi juga karena pria yang tengah sekarat itu tiba-tiba saja menyempatkan gerak tangannya—tepatnya telunjuk, menuding ke arah seseorang di belakang Yoongi berdiri. Itu kepada perempuan yang barusan bicara karena cuma ada mereka berempat saja di ruangan itu.

Kini Yoongi dan Seokjin langsung membawa kepalanya berputar menatap tersangka baru. Meski tidak tahu dalam konteks apa gadis dengan kacamata besar, bintik di wajah, pakaian yang tak menunjukkan dia pintar berdandan itu ditunjuk. Perempuan itu sekretaris pimpinan perusahaan, itu yang membuat Seokjin menjatuhi tudingan bila dia adalah tersangka selanjutnya.

Belum Seokjin melangkah, gadis itu berseru, mungkin ingin membela dirinya sendiri sebelum menjadi korban selanjutnya, "No eres de aquí, no sabes cómo funciona. Deberías haber matado al jefe, no a nosotros!"

Tapi gantian Yoongi yang mengambil alih. Kesal. Pria itu berbalik lalu sambil melepaskan kancing kemeja di pergelangan maju satu langkah. "In english."

Gadis itu ikut menatap jengkel. Orang-orang yang seenaknya masuk ke dalam wilayah mereka dan menghabisi tanpa pandang bulu. Pasalnya dia kenal dekat Diego, satu-satunya orang waras di perusahaan ini. "It's Spain, so be Spanish."

Terkekeh, menyeringai, pria itu sudah berada satu jengkal dari si lugu yang pemberani. "Hanguk hwesaya¹. Keep talking in your language if you want to end up like him, Señorita."

¹ini perusahaan Korea

Gadis itu menelan salivanya.

Kembali kepada Seokjin yang kini membawa tubuhnya jongkok di depan pria sekarat itu lagi. Alisnya naik sambil tatapnya bergantian menatap Diego dan si sekretaris yang sebentar lagi akan ikut bertemu ajalnya. "Katakan," gumam pria itu, menendang tangannya yang sudah jatuh lagi di tanah. "Katakan atau kuhancurkan kepalamu karena tidak berguna."

Pria tua itu mengerang kesakitan. Sekali lagi membawa tatapnya ke arah perempuan yang menjulang di depan pria berjas dari Asia itu lalu mendesis, "Montesinos. Give money to Montesinos."

Diablo [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang