9. yo toy solo y tú tas sola

278 54 32
                                    

Padahal Hoseok memberikan 3 bungkus karena biasanya pria itu melakukannya 2 kali. Tapi semalam malah sisa 2. Yoongi cuma bisa berdiri dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan ketika ia kembali ke kamar dan gadis itu benar-benar sudah tidur. Melirik ke gelasnya yang sudah ia isi wiski, entah untuk apa kalau tidak dihabiskan sampai gairahnya muncul lagi karena gadis itu sudah terlelap.

Tapi Yoongi bergerak mendekati ranjang, bermaksud melepaskan sabuk itu dari leher Estelle, dan jika gadis itu terbangun, maka dia ingin lanjutkan malam alias ronde kedua. Tapi ketika ia bergerak melepaskannya dengan agak kasar juga gadis itu tak bergeming.

Pria itu tertawa kesal. "Ah, sialan, Estelle," gumamnya. Kemudian ia bergerak menarik selimut lalu menyelimuti tubuh setengah telanjang gadis itu sebelum menaruh gelasnya di meja, mengambil kaus baru yang sudah disiapkan Hoseok, mengenakannya, lalu keluar dari kamar hotel. Meninggalkan sisanya termasuk gadis itu sendirian untuk istirahat.

~❉~

"Semalam hyung tidur dimana?" Hoseok menyapanya pagi itu, jelas penasaran dan ingin mendengar kisah panasnya.

"Di unitku."

"Tidak di kamar hotel?"

Kepalanya menggeleng, malas mengingat yang semalam meski tak munafik jika itu menyenangkan. Estelle bukan pasangan seks terbaiknya, jelas, tapi karena itu Estelle, perempuan yang menarik hatinya pertama kali di kelab, pembuktian bahwa ia bisa membawa gadis itu ke ranjang, maka bisa jadi semalam tak akan ia lupakan.

"Kembali jam berapa semalam? Pasti dini hari?"

Pria itu terkekeh, entah Hoseok sengaja untuk menyakiti hatinya atau apa. "Jam 12 saja tidak ada."

"Serius?!" Untung Hoseok tak menyetir pagi ini, jadi pria itu bebas berekspresi. Ini hari Minggu, Yoongi mengajaknya ke Madrid untuk bertemu temannya yang pernah ia ceritakan akan menitipkan Namjoon. Orang pertama yang memberi informasi jalanan Barcelona, rekomendasi-rekomendasi yang ia butuhkan pula. "Kalian bertengkar?"

"Dia sudah pingsan."

Hoseok terbahak-bahak sampai puas. "Min Yoongi, you lucky bastard." Lalu perjalanan dilanjutkan dengan tenang sambil Hoseok sesekali memikirkan bagaimana caranya untuk menyampaikan sebuah rencana yang ia sedang ingin lakukan. Itu adalah tentang, "Hyung, kau tak memintaku untuk mencari Philipe?"

Yang diajak bicara sedang menyentuh daerah lehernya, mengusap-usap beberapa kali karena merasa tak nyaman tanpa mengenakan kalungnya yang hilang. "Sebenarnya aku masih tidak tahu apa yang kulakukan disini, seberapa jauh harus bertindak, dan apakah cuma mengikuti perintah dari para Kim saja."

"Setidaknya mengetahui dimana pria itu sekarang, jadi ketika kau membutuhkan sesuatu darinya bisa kita langsung dapatkan."

Yoongi menaikkan alisnya, menimbang dengan baik usulan itu, dan memang sampai saat ini tidak ada yang tahu dimana Philipe dan apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya. "Kau butuh tim untuk melakukannya?"

Hoseok mengangguk. "Boleh. Satu orang Korea dan satu orang Spanyol."

Yoongi ikut mengangguk. "Jam berapa sekarang di Korea? Aku akan menghubungi Seokjin sekarang jika perlu."

Dari jam di ponsel Hoseok sekarang menunjukkan jika Barcelona masih jam 11 siang sementara di Seoul pukul 7 malam. "Jam 7."

"Akan kuhubungi Seokjin, kalau begitu. Kapan kau akan mulai melakukannya?" Yoongi mengambil ponselnya dari saku dan mulai mencari nomor saudara tirinya itu.

"Mungkin dalam seminggu, tidak apa-apa."

"Lima hari?" Yoongi menawarkan sambil ia sudah menyambungkan sambungan teleponnya. "Kehidupannya dikelilingi preman, untuk mencari satu anggota kompeten tak mungkin selama itu."

Diablo [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang