"Dek..."
"Ya..."
Farlan melirik adeknya yang tengah memejamkan matanya. Sesuai arahan pilot, pesawat mereka akan berada di langit Madrid satu jam lagi. Setelah hampir menghabiskan waktu dua puluh empat jam di atas pesawat, sebentar lagi mereka mendarat di ibu kota Spanyol tersebut.
Althea membuka mata, sebab kakaknya itu tidak menyampaikan perkataan selanjutnya kenapa dia dipanggil. Ingin lanjut tidur, tapi dia penasaran. "Jangan iseng deh kak, panggil doang terus digantung tanpa alasan."
"Soal teman barumu yang dari Brazil itu."
"Kenapa?"
"Kakak baru kepikiran, di sana kan dikenal negara yang bebas dengan haram-haramnya aturan dalam islam? Seperti seks bebas di mana aja, alkohol."
"Lalu?"
"Dia muallaf?"
"Iya. Kan sudah Althea kasih tau."
"Waktu kalian saling kirim pesan, itu berarti di sana sekitar jam 4 subuh, ya?"
Ada apa dengan kakaknya? Sepertinya dia kehabisan ide pembahasan, suntuk, tidak ngantuk, jadinya membahas teman barunya itu.
"Benar. Kak Eva saat itu katanya bangun buat sahur, terus dia sambil gabung komunitas di Line, lalu dia mengirim pesan padaku karena katanya dari sekian profil orang yang dia lihat hanya profilku yang dapat diajak ngobrol dengan lancar."
Farlan diam menyimak tanpa berkomentar. Tumben, biasanya lelaki itu tidak suka mendengar cerita runtut yang tidak penting dari Althea, apalagi mengenai perempuan.
"Wah, memangnya adek taruh apa di profil Line?"
"Naruh kecantikan akhlak."
Farlan mencibir mendengar pujian Althea untuk dirinya sendiri tersebut. "Namanya Eva, kayak nama Indo."
"Evara Estelle. Althea memanggilnya kak Eva biar lebih akrab aja. Usianya 22 tahun, sama kayak kak Farlan."
"Masih saling kirim pesan?"
Althea menggelengkan kepalanya. "Dia lagi sibuk sama pekerjaannya. Althea juga gak berani ganggu kalau bukan dia duluan yang kirim pesan. Terakhir cuma hari itu, hari pertama kita kenalan."
"Berarti sudah tiga belas hari."
Althea duduk tegak mengarah ke Farlan. "Kakak kenapa? Tumben, mau lihat wajahnya tidak?"
"Kakak cuma bosan nunggu satu jam lagi."
"Mau lihat fotonya? Lihat aja, loh. Minimal kenal wajah."
"Tidak berminat."
"Huffhhtt.."
Althea lebih memilih melanjutkan tidur, namun urung ketika dia melihat bayangan lampu-lampu kota sudah tidak jauh dari penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...