chapter ini cukup panjang, jdi slow aja bacanya, gak ada yg perlu dikejar kok, selain sholat lima waktu, doi juga deh upss 🙇
Althea sudah selesai membahas waktu yang tepat bertemu dengan Evara. Sudah diputuskan bahwa mereka akan bertemu tepat di depan perpustakaan fakultas humaniora, jam tiga sore. Bertepatan dengan selesainya Farlan dengan urusan tugasnya.
Dia tidak memberitau soal ini pada kakaknya. Meskipun beberapa jam yang lalu mereka saling membahas pertemuan itu, namun Althea saat itu belum memutuskan waktu yang di sepakati. Sementara Farlan, sudah lebih dulu menuju kampusnya.
Althea saat ini sibuk menikmati pemandangan yang ada di rumah pamannya tersebut. Rumah paman beliau ini bergaya khas timur tengah. Tidak terlalu luas, mewah, namun menyimpan kesan karena desainnya yang minimalis. Juga tetangga yang saling berdekatan, jalan di depan rumah pun juga terbilang sempit, khas vintage. Sejenak Althea berpikir, jalanan di depan rumah dapat dia jadikan spot foto untuk koleksinya nanti di instagram. Terlebih di setiap dinding rumah, masing-masing menaruh tanaman bunga, membuat di sepanjang jalan terkesan indah.
Ponselnya bergetar, dia melirik sebentar layar ponselnya yang menyala sesaat. Lalu dia segera tau siapa pengirimnya. Orang yang dia hindari belakangan ini, setelah dia lulus SMA. Apalagi setelah orang ini seperti memberikan kode padanya bahwa dia ingin melamar, sementara Althea belum ingin. Atau suka. Mungkin jika dia menyukainya, mungkin saja saat ini dia sudah berstatus sebagai istri dan pengantin baru.
Namun dia penasaran, hal apa lagi yang laki-laki itu katakan padanya melalui pesan. Rupanya dia akan ke Madinah. Melanjutkan studi-nya. Althea akui dia cukup kagum padanya. Laki-laki yang mendekatinya ini adalah calon dokter yang katanya sangat ingin menjadi ahli bedah. Merupakan penghafal Qur'an 30 juz saat di pesantren. Terlihat tidak ada kekurangan bagi kalangan perempuan, dan sudah pasti menjadi dambaan karena fisiknya juga mendukung.
Althea memilih tidak membalas dan hanya memberikan sebuah tanggapan jempol. Dia lalu mencari keberadaan pamannya, karena dia sudah janji untuk membawanya jalan-jalan mengitari kampus yang akan dia masuki nanti. Rumah pamannya ini menjadi hidup karena kedatangan Farlan dan adiknya. Paman dan istrinya tidak memiliki anak, namun tidak membuat pasangan suami istri itu tidak terlihat bahagia.
***
Penjelajahan di kampus, dia mulai dari kampus utama di mana terletak di pusat kota Kordoba. Kampus ini terbagi menjadi tiga bagian. Dan tempat yang dia datangi adalah fakultas humaniora, ilmu hukum, dan sosial. Selebihnya tersebar di timur kota dan barat kota. Lain waktu, Althea akan menjelajahi sendiri dua letak cabang kampus tersebut.
"Althea?"
"Ya, paman?"
"Tidak apa-apa, jika kamu jalan-jalan sendiri keliling kampus? Paman ada urusan mendadak mengenai pekerjaan. Atau kamu ingin pulang, paman akan mengatarmu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...