Saudade - Chap.25

16 3 4
                                    

Farlan segera mengambil ponselnya tersebut, melihat Althea diam membeku di tempat, tanpa suara namun kepalanya tertunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farlan segera mengambil ponselnya tersebut, melihat Althea diam membeku di tempat, tanpa suara namun kepalanya tertunduk. Farlan ingin tau apa yang dirasakan adiknya saat ini. Farlan mulai mendengar beberapa kalimat yang di sampaikan oleh penelpon yang ternyata salah satu perawat dari rumah sakit di mana Zhao dirawat.

Dia terkejut, sekaligus mengucap syukur mendengar kabar baik tersebut. Farlan terlalu fokus mendengar kabar tersebut, juga penjelasan mengenai bagaimana kondisi pasien saat ini. Dia tidak mengetahui jika kini adiknya telah pergi meninggalkan kamar, dengan terdiam seribu bahasa.

"Dek?" Farlan mencari sekeliling ketika sesi teleponnya telah berakhir. Althea sudah pergi lebih dulu, tanpa pamit kepadanya. Namun Farlan tau, kemana adiknya itu akan pergi sebab dia tau di mana Zhao berada saat ini. Mengencek kembali ponsel dan menelpon adiknya, namun tidak diangkat.

Seharusnya mereka bisa pergi bersama, namun Althea begitu syok dengan situasi yang terjadi sekarang, membuat dia tidak bisa menunggu kakaknya. Terlebih ternyata selama ini Farlan menyembunyikan sesuatu darinya.

Althea ingin marah kepada Farlan, juga semua orang yang tau mengenai kondisi Zhao. Mengapa harus perlu merahasiakannya segala? Juga pertanyaan mengapa-mengapa lainnya. Kenapa pria itu bisa koma? Jadi selama tiga bulan ini, pria itu tidak pernah kembali ke Amerika dan ada di Madrid? Apakah kakaknya telah berbohong selama ini? Zhao-kah alasannya yang membuat Farlan rutin ke Madrid?

Perempuan itu kini telah menaiki taksi. Sambil membaca maps lokasi di mana rumah sakit itu berada. Kini Althea tau kenapa Farlan awalnya ingin menginap di hotel dekat dengan rumah sakit yang akan dia tuju, namun hari ini berbeda sebab Farlan memilih hotel di mana lokasinya dekat dengan lokasi pertemuan Althea nanti sore dengan Professornya.

Ponsel Althea kembali berdering, membaca nama pemanggil membuat Althea segera mengangkatnya. Selama tiga bulan, dia menunggu notifikasi ini. Selama tiga bulan, dia begitu menantikan kabar sekecil apapun dari pria ini. Zhao, pria itu saat ini sedang menelpon ke nomornya.

Hal pertama yang di dengar oleh Althea dari ponsel, saat mengangkat telepon adalah suara deruan napas yang begitu lemah dan pendek. Pria di teleponnya terdengar sedang berupaya untuk menghirup napas dengan normal tanpa paksaan.

"Hai, Al. Kamu mendengarku?"

Suara bisikan dari Zhao, terdengar begitu kecil namun begitu dekat di telinga Althea saat ini. Althea membungkam mulutnya dengan tangan, setetes air mata entah kenapa lolos begitu saja dari sudut mata kanannya.

"Al?" Kembali, suara serak basah dari Zhao terdengar.

"Y-ya?" jawab Althea dengan suara pelannya untuk tidak menangis.

Terdengar suara helaan napas lega di ujung sana. Bisa Althea bayangkan, jika pria ini sedang tersenyum setelah mendengar jawabannya.

"Maaf aku baru memberimu kabar."

Saudade in Andalusia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang