"Aku titip Oreo," ucap Zhao dengan senyuman manisnya. Dia mengelus kepala Oreo dengan pelan, sebelum peliharaan kesayangannya itu berlari kecil menuju Althea.
"Tapi, Zhao."
Zhao bangkit berdiri, menangkap sekilas kedua pasang netra milik perempuan yang begitu dia sayangi. "Dia sudah akrab denganmu. Jika aku membawanya pulang, aku akan sibuk dengan kegiatanku di sana dan dia kembali merasakan kehilangan. Tolong jaga dia beberapa waktu, aku nanti akan kembali menjaganya lagi."
Althea hanya bisa mengangguk, sembari menghindari seluruh wajahnya dari pandangan Zhao. Tidak ingin memperlihatkan bentuk kehilangan akan perpisahan ini.
Farlan tiba-tiba muncul di tengah-tengah kegiatan pamit mereka, menepuk pelan pundak kiri adiknya, dan memandang Zhao yang tengah memasang senyum kepadanya.
"Bagaimana, apakah semua barangmu sudah masuk ke bagasi?"
"Sudah. Aku titip Oreo pada Althea. Kak Farlan tidak keberatan, kan?"
"Jika Althea tidak kerepotan, dan dia sangat menyukai kucing. Sudah lama dia ingin mengadopsi mereka."
Syukurlah, pikir Zhao. Oreo sepertinya juga tidak bisa berpisah dengan Althea, dibanding dengan dirinya. Karena sudah berapa kali Zhao melihat, jika dia tidak ada di pandangan Oreo, maka kucing itu lebih mencari keberadaan Althea.
"Al, aku pergi dulu."
Althea lagi-lagi hanya bisa mengangguk, pandangannya tertunduk sejak tadi dan hanya bisa memperhatikan kedua pasang sepatu kets hitam milik Zhao.
"Iya, hati-hati." Kalimat itu akhirnya keluar dengan baik, tanpa tersendak oleh suara seraknya.
Zhao memberikan senyumannya pada Althea. "Terima kasih sudah menemaniku, sampai nanti, Al."
"Iya, sampai nanti."
Zhao melambaikan tangan kanannya pelan, lalu bergerak untuk menuju sisi mobil lainnya, di sana sudah ada Farlan yang berdiri di depan pintu masuk kemudi.
"Terima kasih sudah menerimaku tinggal beberapa hari di sini, kak Farlan."
"Sama-sama. Ini, saya selalu lupa memberikan nomor kontak saya padamu." Farlan memberikan sebuah kartu nama yang saat ini sudah ada di tangan kanan Zhao.
"Aku akan menghubungi kakak nanti, saat tiba di Madrid."
Mereka akhirnya berpelukan seperti kakak dan adik, mengenal Zhao membuat Farlan seperti merasakan bagaimana rasanya memiliki adik laki-laki dalam hidupnya, terlebih jarak umur mereka tidak begitu jauh.
"Harus, itu perlu. Sebab saya selalu menanti kabar-kabar terbarumu. Jangan lupa untuk kembali ke sini, jika kamu kembali berkunjung."
Zhao tersenyum simpul. "Aku akan kembali, kak, secepatnya."
"Oh iya."
"Ada sesuatu yang tertinggal?"
Zhao menggeleng pelan. "Aku tidak ingin membuat adiknya kakak menungguku, jika aku tidak kembali dengan cepat. Dan juga, jika ada sesuatu tentangku yang belum diketahui olehnya, aku meminta pada kak Farlan untuk tidak memberitau padanya. Biar aku yang akan mengabarinya sendiri. Maaf kak, aku meminta hal seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...