Saudade - Chap.26

15 4 1
                                    

Zhao sudah tidak bernapas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zhao sudah tidak bernapas. Zhao telah pergi ke tempat yang baru. Althea hanya menangis dalam diam, melihat bagaimana Zhao dibawa oleh perawat dan tim dokter ke kamarnya kembali, melihat dengan jelas bagaimana mereka berusaha membuat jantung pria itu kembali berdetak. Namun tidak ada hasil, Zhao sudah benar-benar berangkat ke tempat yang jauh. Tanpa perlu Althea tunggu kabar-kabarnya lagi untuk selanjutnya.

Rasanya hampa. Dunia sekitarnya mendadak sunyi senyap, melihat bagaimana tubuh Zhao terbaring kaku tanpa selang infus dan alat bantu pernafasannya.

"Adek?" Farlan yang baru saja datang itu, langsung merengkuh adiknya ke dalam pelukannya.

Althea lemah saat seseorang memeluknya ketika dia menangis, dan di sanalah Althea menangis sejadi-jadinya. Dadanya begitu sesak, napasnya tersengal, dirinya tengah berusaha menerima keputusan pemilik semua nyawa makhluk.

Farlan memeluk adiknya dengan sangat erat, meredam suara tangis adiknya itu ke dalam pelukannya. "Kamu sempat menemuinya, Dek. Kamu sempat menemuinya."

Hanya kalimat itu yang mampu Farlan keluarkan untuk menenangkan adiknya. Althea kehilangan keseimbangan tubuhnya untuk tetap berdiri, dia tau dirinya tidak boleh begitu menangisi kepergian seseorang, namun ini begitu sakit dan mendadak begitu saja, tanpa sebuah persiapan sedikit sebelumnya.

Farlan membawa adiknya untuk duduk, menenangkan dirinya.

"Jelaskan semuanya, kak," ucap Althea datar. Napasnya masih sesak, air matanya dia tahan sebisa mungkin ketika dia kembali menyadarkan dirinya bahwa Zhao telah tiada.

Farlan duduk menekuk kedua lututnya, berhadapan dengan adiknya yang sedang berusaha menahan tangis, diraihnya kedua tangan adiknya yang terkepal erat itu ke dalam genggaman tangannya sendiri, tangan halus itu berkeringat dingin, dan bergemetar.

"Jelaskan semuanya padaku dari awal!" Althea meronta pelan, kesabarannya perlahan menghilang ketika Farlan hanya memegang tangannya dengan hangat.

"Zhao kecelakaan saat tiba di Madrid. Dikarenakan sebuah bus yang kehilangan kendali dan terlempar dari arah yang berlawanan, dan mengenai mobilnya. Saat dibawa ke rumah sakit, dokter tidak mengetahui bagaimana caranya menghubungi pihak keluarganya sebab kondisi Zhao sangat kritis. Dia di diagnosis mati otak."

Farlan berhenti bercerita sejenak, sebab melihat adiknya itu sedang mengusap air matanya yang kembali turun begitu saja. Satu tangan Farlan naik untuk membantu mengusapnya.

"Sebelum mengetahui cara menghubungi keluarganya di Amerika, polisi menemukan kartu nama kakak yang tersimpan di dompetnya. Zhao menuliskan sebuah kalimat di kartu itu, membuat polisi menelpon kakak untuk menjadi wali Zhao sementara."

"Apa kalimatnya?" tanya Althea dengan suara seraknya.

"My brother." Farlan tersenyum kecil mengingat bagaimana Zhao menuliskan seperti itu di kartu namanya.

Saudade in Andalusia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang