Plaza de Espana. Saat ini mereka berada di sebuah alun-alun dengan tempat wisata populer lainnya di Madrid. Merupakan fitur untuk Miguel de Cervantes Savedra dan berdekatan dengan dua gedung pencakar langit yang paling menonjol di Madrid. Selain alun-alun itu, mereka juga sekaligus singgah di plaza de Oriente, taman yang berbentuk persegi panjang dan berkarakter monumental.
Setelah jalan-jalan santai, berkeliling di atas matahari yang terik tidak membuat dua jenis manusia dan seekor kucing itu lelah. Mereka menikmati sekeliling dengan ngobrolin apapun yang mereka lihat, sekali-kali mereka berteduh di bawah pohon.
Althea membetulkan topi berwarna biru langit di atas kepalanya.
"Kamu kepanasan?" Zhao bertanya, memperhatikan ekspresi wajah perempuan tersebut.
"Tidak. Topiku sedikit longgar."
"Tukar dengan topiku?" Zhao menawarkan topi hitamnya. Saat dia pakai tadi memang tidak muat, sepertinya ukuran mereka tertukar saat membeli topi sebelumnya.
"Oke."
Selepas prosesi menukar topi, mereka melanjutkan jalan sampai mereka berdiri di depan gedung opera-Teatro Real. "Ingin masuk?" Zhao menawarkan pada Althea yang tengah memandang tempat itu dari luar.
"Pernah ke sini?" Althea bertanya balik.
Zhao mengangguk sekilas. "Pernah waktu di high school mengadakan study tour. Jika ingin menonton, ada baiknya kita pesan untuk besok. Kalau tiket untuk hari ini, pasti sudah habis."
Althea mengangguk paham. "Aku tidak begitu tau soal teater, tapi juga penasaran menonton di gedung opera paling dikenal di Eropa."
"Ayo. Aku akan memesan dua tiket untuk kita besok malam. Bagaimana? Tidak masalah?"
Althea menggelengkan kepalanya. Entah sudah berapa kali pria itu selalu bertanya pada dirinya apakah dia tidak keberatan dengan pilihan pria tersebut.
Berjalan beberapa langkah, menuju tempat selanjutnya, Zhao memanggilnya. Althea menoleh.
"Sebentar lagi waktu dzuhur, kita harus cari masjid."
Althea berpikir sejenak mengenai sesuatu. Awalnya tadi dia memang ingin mencari masjid terdekat di area mereka sekarang.
"Aku kenal masjid yang selalu aku kunjungi saat singgah di Madrid. Namun cukup jauh dari sini."
"Kalau begitu, kita ke sana."
Mereka memanggil taksi, dan bergegas menuju Central Cultural Islamico de Madrid. Sebuah masjid dengan pusat pembelajaran islam di sana, lengkap dengan perpustakaannya.
"Wah, ini juga merupakan tempat yang ingin aku datangi. Tempat utama di Madrid dalam penelitianku." Zhao mendengarkan ketika Althea menyebut nama alamat pada sang supir.
"Benarkah? Kalau begitu, ini adalah pilihan yang tepat."
Althea tidak tau apakah saat itu Zhao sudah masuk islam, apakah pria yang bersamanya ini, yang menarik perhatiannya dalam waktu tercepat tanpa sebuah usaha seperti laki-laki lain sudah menjadi seiman dengannya? Dia tidak mampu menanyakan hal itu. Zhao yang mengingatkannya waktu sholat, namun belum bisa menunjukkan apakah tembok penghalang diantara mereka sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...