Althea berada di kampung halamannya. Cordoba merupakan kota yang bagi Althea tidak hanya menjadi saksi bisu peradaban islam, namun juga menjadi saksi bisu baginya yang menuntut ilmu di sana. Juga diam-diam menjadi tempat pertamanya bertemu dengan pria yang bersamanya kini.
Sebab Althea di Cordoba, merasa tidak perlu merasa asing dengan kota yang sudah hampir empat tahun dia tempati. Zhao menanyakan alamat tempat tinggal perempuan itu, yang ternyata tinggal serumah dengan Farlan yang setelah menikah membeli rumah untuk dia tinggali sendiri bersama keluarganya, dan adiknya yang masih ingin mengikuti kakaknya tersebut.
Mereka sama-sama tidak ingin membahas apa yang akan terjadi kedepannya, sehabis ini. Sehabis mereka mengitari setiap sudut Cordoba. Sehabis mereka meninggalkan jejak bersama di atas tanah kota ini.
Namun Zhao tetap menunjukkannya, dari kalimat yang ia sampaikan pada Althea. "Aku ingin waktu berjalan sangat lambat saat aku di Cordoba."
Althea tidak bisa mengatakan apa-apa, selain diam. Mengingat hari-hari singkat dan cepat yang berlalu kemarin. Mobil yang mereka naiki kini sudah berada tepat di hadapan rumah kakaknya, Farlan. Althea sudah menghubunginya, dan sepertinya Farlan sudah menunggunya di dalam rumah.
Belum sempat Althea membuka pintu pagar, Farlan sudah muncul dari sana dengan wajah segarnya kala dia memandang Zhao yang juga baru keluar dari pintu mobil. Althea dapat melihat jika dirinya terlihat seperti bukan adiknya Farlan, melainkan Zhao.
Kedua laki-laki itu saling berpelukan layaknya adik dengan kakaknya. Evara muncul dari balik pintu pagar berwarna hitam, segera menyambut Althea dengan senyuman manisnya. Evara hanya tertawa kecil, memeluk sebentar adik iparnya itu, dia tau jika Althea memberi kode padanya jika Farlan tidak memeluknya terlebih dahulu.
"Ada kabar baik?" tanyanya pada Althea.
Althea hanya menautkan alis bingung, bingung ingin menjawab bagaimana. "Kabar baik seperti apa, kak?"
"Pria itu." Evara menunjuk ke arah Zhao melalui lirikan mata lentiknya.
Althea menggumam pelan, sambil tersenyum tipis. "Dia baik. Dia menjaga Althea selama hampir satu bulan ini. Itu membuat Althea merasa nyaman dalam menjaga batasan."
"Dia sudah memeluk islam?"
"Belum, meskipun aku melihat hatinya sudah mantap."
Evara sedikit bingung mendengar jawaban adik ipar sekaligus teman terbaiknya tersebut. "Apa maksudnya?"
"Ada sesuatu yang menahannya. Kakak tidak perlu ikut memikirkan hal ini, deh. Tidak baik buat wanita hamil."
Mendengar Althea mengetahuinya jika Evara hamil, kini Farlan baru melirik adiknya tersebut. "Loh, adek tau dari mana?"
Althea hanya memasang wajah masamnya, melihat kakaknya itu baru mengajaknya berbicara. "Dikasih tau abi sama umi."
"Yah, bukan kejutan, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...