Malam terakhir di Sevilla, Althea tidak bisa tidur. Padahal dia sangat mengantuk, kedua matanya sudah ingin terpejam, namun dia tidak bisa terlelap. Tubuhnya masih ingin seolah aktif, sementara di luar sudah gelap, besok siang dia dan Zhao sudah meninggalkan Sevilla dan menuju Cordoba.
Dia berdiri di tengah-tengah kamar, menopang dagu sambil memandang sekeliling, melamun. Untung-untung jika tidak ada makhluk halus yang ingin mengganggu lamunannya itu. Memain ponsel sudah, membuat skenario sebelum tidur agar cepat terlelap pun sudah.
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, seharusnya dia bisa melaksanakan sholat malam, namun dia belum pernah tidur. Akan lebih bagus jika dia tidur dulu sejak awal, sehingga dia bisa melaksanakan sholat malam.
Althea akhirnya berinisiatif membuat minuman hangat, mungkin minuman hangat seperti susu vanila hangat akan membantunya membuat bisa mengatasi insomnia-nya. Namun ketika dia ingin menuangkan air panas dari teko listrik yang mendidih itu, tidak sengaja air panas itu tumpah cukup banyak karena Althea sebelumnya tidak hati-hati mengangkatnya.
Alhasil dia menjatuhkannya, hingga teko itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara ribut. Althea meringis pelan karena keterkejutannya, dan telunjuk tangan kirinya yang juga terkena air panas. Segera saja dia mencucinya pada air dingin di keran.
Memilih membersihkan air yang tumpah tadi, ponselnya berbunyi dari balik kantong piyama-nya. Di layar itu muncul notifikasi dari Zhao, membuat Althea bertanya-tanya apakah dia juga belum tertidur?
"Belum tidur?"
"Iya."
"Aku mendengar ada sesuatu yang jatuh di kamar sebelah, kamu tidak apa-apa?"
Althea menutup mulutnya, rupanya kamar mereka ini tidak kedap suara, mungkin karena harganya juga yang relatif murah, namun jika soal kenyamanan ini sudah nyaman kecuali hal kedap suara.
"Tidak apa-apa. Maaf mengganggu tidurmu, Zhao."
"Aku juga belum tidur."
Althea memilih tidak membalasnya, perempuan itu menuju tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya di atas sana. sambil memeluk guling, dia memperhatikan layar tempat chat-nya dengan Zhao. Sebelum Althea menutup aplikasi kirim pesannya, pesan dari Zhao kembali muncul.
"Mau aku nyanyikan lagu biar kamu bisa tidur?"
"Kamu bisa nyanyi?"
"Aku tidak akan menawarkan ini jika aku tidak bisa menyanyi, Al."
Althea tersenyum. "Baiklah, silahkan. Tapi bagaimana?"
Zhao tidak segera membalasnya. Althea menunggu balasan pria itu selama tujuh menit, dia penasaran apa yang akan dilakukan oleh pria tersebut. Dalam menunggu itu, ponselnya kembali berdering dengan dering yang berbeda, di sana muncul nama Zhao sebagai orang yang sedang memanggilnya. Zhao sedang menelponnya, dan ini adalah momen pertama mereka untuk saling berbicara lewat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...